Dejavu

32 6 1
                                    

"Kaya pernah terjadi, tapi dimana ya?" -Afgar pradata

***

---Lanjut dari bab kemarin.

Tetttt!!!! Bel pulang Sekolah pun tiba.

Ini adalah hal yang di tunggu-tunggu oleh afgar. Dimana ia harus pulang ke rumah dan melanjutkan main Game yang terpotong oleh PR-sekolah. Afgar langsung membereskan buku Matematika catatan dan buku paket nya. Padahal, percuma saja jika dilihat buku catatan nya. Masih mulus Kaya aspal. Bedanya, aspal warna hitam sedangkan buku catatan warna putih. Afgar terlalu Rajin jika menulis rumus. Toh, percuma di tulis kalo gak di pake pada saat Belanja ke Pasar. Pikirnya gitu.

Afgar langsung menaiki si baroon sambil mengusap-ngusap, "Baroon, yuhuu." Panggil Afgar. Namun tidak ada jawaban dari si baroon. Ya jelas lah, baroon itu cuma kendaraan motor lama yang sudah di rawat mati-matian oleh Afgar. Afgar sangat menyayangi motor Vespa milik almarhum kakeknya. Sebelumnya, belum ada yang pernah menaiki si baroon kecuali afgar, ibu dan almarhum kakeknya. Ayah nya selalu saja menolak jika di tawari untuk menaiki Vespa butut milik Afgar. Katanya si, Menghindari Mogok karna terlalu berat tumpangan nya. Cih, alasan. 

Dari kejauhan, Afgar melihat ada seorang cewek yang sedang duduk manis membaca novel sambil mendengarkan musik. "Samperin?atau jangan?." Tanya Afgar dalam hati. Saat Afgar hendak pergi mendekati cewek tersebut, tiba-tiba

"Afgar? Bisa minta tolong gak?." Tanya feli. Afgar membuka kaca helm nya dan melihat feli membawa buku yang sangat banyak. "Apa lagi si fel?." Tanya balik Afgar. Muka feli terlihat sangat sedih ketika mendengar respon Afgar seperti tadi. "Ck! Yaudah, cepet mau minta apa?." Lanjut afgar. Kini muka feli terlihat 90% lebih semangat. "Tolong bawain buku ini ke rumah aku. Aku nya bisa naik ojek ko." Kata feli. Afgar hanya bisa pasrah mengiyakan permintaan Feli. Ketika Afgar melihat ke arah halte tersebut, Cewek itu sudah menaiki angkutan umum. Afgar menghela nafas nya lengah. "Gagal lagi." Umpat Afgar dalam hati.

***

Ketika perjalanan pulang, Farah melihat handphone nya berdering dan menampilkan nama 'Anin cantik'. Farah langsung saja menerima telfon tersebut, "Far?udah di rumah?katanya mau kerumah gua?ibu gua nanyain elo terus far. Sini ke rumah gua." Anin memulai pembicaraan dengan deretan pertanyaan. "Otw." Hanya itu yang di ucapkan farah.

Tok-tok-tok. "Assalamualaikum tanteeee." sapa farah.

"Waalaiku---" belum sempat selesai bicara, Farah langsung menghamburkan perasaan rindu pada tante ella. Tante ella adalah ibu nya Anin, beliau sangat amat menyayangi farah seperti anak sendiri. Begitu juga dengan Farah.

"Faraahh?apa kabar nak?gimana abang Reno? Masi suka jahil?" Tanya tante ella.

"Alhamduliah baik sehat wal'afiat, bang reno juga. Tapi jahil nya masih si sampai sekarang." ucap farah panjang lebar. Jika farah sudah bertemu dengan tante ella, Farah lupa kalo dirinya yang sekarang tertutup. Bahkan jika bersama dengan tantenya, farah bisa tertawa dan melepaskan kebahagiaan yang sempat hilang kemarin.

"Ekhemm. Kaya nya ada yang di lupain nih kalo ada teletubis gak ketemu lama." Suara lembut Anin menghentikan topik yang sedang di bahas oleh Farah dan ibu nya. "Eh Anin." Ucap farah sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Anin kalo mau gabung sini, engga yaudah." Kata tante ella. "Huuuuh ibu mah, ya udah deh aku kebelakang aja." Anin langsung berbalik, namun tangan nya di tahan oleh farah. "Jangan, temenin gua disini." Balas farah. "Gpp ko far, gua juga ada urusan di belakang. Santai aja kali." Kata Anin lagi. Tante ella langsung merangkul mereka dari belakang. "Kalian putri ibu, jadi jangan bertengkar, gimana kalo kita bikin barbeque kecil-kecilan?." Tanya tante ella yang di angguki antusias oleh ke-dua putrinya.

***

Afgar sedang berada di balkon kamarnya di temani oleh gitar dan secangkir teh hangat buatan ibu nya. Seperti biasa, Afgar selalu saja men-stalker cewek-cewek di akun instagram nya yang membuat dirinya tertarik hanya Sesaat.

Kemudian ada notif masuk,

--from Feli ; "Gar, ajarin aku matematika bisa ga?." Kata feli.

Bukannya Afgar gak mau, Hanya saja Afgar terlalu malas yang berkaitan dengan Matematika. Feli sudah memilih orang yang salah  jika meminta ajarkan dalam soal akademik. Afgar hanya mengacuhkan pesan Feli sampai di kemudian hari.

***

Hari Selasa adalah hari besar-besaran Rajia. Dari mulai Menyita tip-x cair, topi sekolah yang di corat-coret, dasi yang tidak di pakai, ikat pinggang yang terlupa di pakai juga. Dan tali sepatu warna-warni. Afgar tengah melanggar peraturan terakhir tadi, lupa mengganti warna tali sepatu. Ternyata deretan siswa/siswi yang melanggar peraturan Sangat amat banyak. Dan lagi-lagi, Afgar melihat sosok yang tak asing bagi nya. Dengan penasaran, afgar berlari sebelum ada yang menahan nya untuk pergi seperti kemarin.

Secepat kilat Afgar mengejar siswi itu sampai benar-benar sudah ada di depan mata. Kini afgar membalikan tubuh cewek itu, sehingga mereka berdua saling bertatap dan berhadapan. "Monyet?!" Kata cewek itu, dia adalah farah. Dengan cepat Afgar menutup mulut farah. "Mppphhh, Lepphhsinnn." Ucap farah kesusahan. Tuk! Farah mengetuk-kan  bolpoin nya ke arah jidat Afgar. "Awhh. Sakit bego!" Afgar meringis sambil menggaruk jidat nya. Farah kesal. Bola mata Afgar membuat farah teringat sesuatu akan kejadian masa lalu nya waktu itu. Namun farah menganggap itu hanya khalusinasi kerinduan nya saja.

"Kaya pernah terjadi, tapi dimana ya?" -Afgar pradata. Afgar teringat sesuatu tentang mimpi nya yang bertemu dengan manik mata sama persis Milik farah. Coklat terang. Itu warnanya. Seseorang yang di cari oleh Afgar selama 12 tahun ini. Namun Afgar berpikir Positive, dia sedang melawan rindu yang berat.

***

Bonus chapter ni guys wkwk. Jangan lupa bintang di bawah nya ya, biar nambah semangat

Me And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang