2. OREOS

23 3 0
                                    

Love is COLOUR series

My playlist
🎶Way back home-Shaun
<Indo vers> by JW

My playlist🎶Way back home-Shaun<Indo vers> by JW

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mataku terpejam selagi tangan menyentuh gundukan tanah merah basah itu. Gerimis menguyur kota seakan ikut menanggis ikut merasakan kehilangan sosok didalam gundukan tanah tersebut.

Tanganku terulur memeluk nisan yang menjulang bertuliskan nama seseorang yang mengisi hatinya.

"Yeca—kenapa kamu ninggalin aku?" ujarku dan hanya kesunyian yang ada  didalam hatiku.

"Kenapa, Ca? Kamu bilang bakal berjuang demi aku! Kenapa Yeca!, hisk—hisk" jerit tangisku yang semakin lama membuat sesak dadaku.

"Ca—Yeca, bangun hisk" masih dengan jerit tangisku, aku tak rela dengan semua ini. Tak pernah terbanyang olehku kehilangan sahabat kecilku dan juga cinta pertamaku. Sepuluh tahun yang lalu, ketika aku memasuki sekolah dasar bertemu sosok Yeca.

Perempuan menyenangkan dan perempuan secerah matahari. Jika saja pada saat Yeca berjuang dengan penyakitnya aku ada disana. Menggenggam tangannya sepanjang dokter berlalu, mungkin Yeca takkan kehilangan semangat hidupnya dan akhirnya takkan begini.

Kanker Darah.

Penyakit yang menghancurkan segala impian Yeca, yang ingin menjadi dokter anak. Menghancurkan masa remaja Yeca yang harusnya dihabiskan diluar tetapi harus dihabiskan dirumah sakit.

Aku masih tersedu-sedu mengelus  batu nisan itu, seakan tak rela Yeca—nya ada dibalik gundukan tanah itu. Kenangan antara ia dan Yeca, kembali mengingat bagaimana semangat Yeca ketika aku menjengguknya dirumah sakit.

Rasanya, baru kemarin aku menghabiskan waktu bersama Yeca. Yeca-ku tertawa melihat salah satu aktor komedian yang sangat ia sukai. Yeca-ku yang masih bisa bernyanyi dengan semangat.

Aku mengusap air mataku yang mengalir. Mengambil secarik kertas yang diberikan suster kepadanya. Aku membuka kertas tersebut dengan rintik-rintik gerimis yang setia menemaniku.

Dear Oreos sang lelaki yang kukenal dalam separuh hidupku...

Ketika mungkin kamu membaca ini...
Akan ada gundukan tanah serta nisan yang mengatasnamakan diriku. Aku tak ingin kamu menatap tempat terakhirku dengan pandangan sendu. Karena kamu tahu aku membenci pandangan itu.

Bersama dirimu tentang kamu yang menceritakan indahnya masa remaja. Yang terus membuatku berandai-andai ingin merasakannya. Aku tahu, tentang ini... Aku sadar... Oreos...

Jangan menangisiku, aku pernah mendengar ketika seseorang menangisi orang yang sudah tiada langkah seseorang tiada itu akan terhambat. Aku mohon... Biarkan aku bebas, karena tak ada lagi kesakitan yang aku rasakan...

Lelakiku, jangan lupakan aku... Jangan hilangkan aku... Simpan rapat-rapat aku dihatimu dengan mengatasnamakan persahabatan. Karena akan datang perempuan yang berbalik sifat dengan diriku. Ceritakanlah aku, jangan buat hatinya cemburu, Oreos.

Aku hanya melihatmu dari tempat tuhan ini... Aku mohon berbahagialah karena Yeca akan selalu bahagia... Melihat Oreos lelakinya berbahagia...

Friend with love,
Yeca Queda

***

Aku berjalan lesu. Kemeja putih lusu yang sudah terkana noda tanah merah. Rambut lepek ku, seolah sepeti lelaki yang sedang patah hati. Memang aku sedang patah hati, karen perpisahan alam sungguh sangat menyakitkan.

Aku memandang taman didepan mataku, ayunan berwarna putih yang sudah berkarat dimakan waktu. Tempat dimana Yeca selalu menghabiskan waktunya. Tertawa lepas ketika ayunan berada diketinggian.

Yeca, Yeca dan Yeca. Pikiran dan hatiku sepertinya selalu dipenuhi oleh Yeca tentang senyumnya, tentang tawanya dan semua tentang celoteh yang selalu membuatku mengusap rambut yang tidak terlalu lebat itu.

Aku menduduki diri disalah satu ayunan yang selalu diduduki oleh Yeca. Tanpa aku sadari lagu favoritnya terucap dibibirku.

Diwaktu yang terhenti disaat ini...
Kakiku trus melangkah mencari dirimu Karna akulah tujuanmu yang terakhir tempatku berpulang hanya
dalam dekapmu...

(Way back home—Shaun
<Indonesia Ver> byJW)

Aku tersentak, ketika sebuah tangan menepuk bahuku. Tepukan bahu ini? Yeca?.

"Yeca" ucapku sambil berbalik. Dan lagi-lagi harapanku pupus melihat bukan Yeca disana seorang gadis berambut pendek.

"Aku hanya memberi tahumu sesuatu. Jika patah memang tak bisa dihilangkan tetapi bisa disambung. Pintaku sabunglah patahan tersebut. Karna menangis hanya akan menyakiti-Nya" ucap gadis itu

"Kamu tahu?" tanyaku ragu. Gadis itu menduduki dirinya ayunan yang bersebelahan.

"Aku tak tahu. Tapi aku hanya memberimu saran"

"Kamu pernah merasakan sakit karena seseorang yang kau puja diambil oleh Tuhan?"

"Haha, aku lebih senior darimu" tawanya yang menurutku hampa. Pandangan gadis itu meredup, tapi tetap hangat jika dilihat lebih dalam.

"Hah?"

"Kehilangan mungkin adalah hal yang menyakitkan. Hanya saja Tuhan tak mengizinkan aku untuk membunuh kehilangan"

"Apakah membunuh kehilangan adalah harapanmu?" Gadis itu mengangguk. "Lalu jika kau tak bisa membunuhnya, bagaimana?" sambungku

Gadis itu lagi-lagi terkekeh kaku, "Jika aku bisa membunuhnya aku tak akan jadi seperti ini, Oreos"

"Bagaimana kamu bisa tau namaku?"

"Siapa yang tak mengenal salah satu pangeran SMA Gemilang"

"Apakah aku sangat terkenal sampai semua orang memanggilku pangeran?"

"Yah, kamu memang pangeran. Pangeran lusuh"

"Jadi apakah kamu serius ingin membunuh kehilangan?"

Gadis itu mengangkat bahunya acuh. "Aku selalu membencinya bahkan membenci fartamogana. Karena abu-abu adalah sifatnya dan tidak pasti adalah kemampuannya"

"Namamu?"

"Grey"

"Namamu adalah Grey yang berarti abu-abu. Apakah kamu akan membunuh namamu sendiri?"

"Bukan hanya membunuh namaku, bahkan aku ingin membunuh diriku. Karna diriku adalah sumber fartamogana"

***

NanaSoo <Su>
17.09.2019
Just call me Su, ok👌

Contact me in my instagram
Account private (realratnana09_)
Account just wattpad (nanasoo_sides)

UP&DOWN (ANTOLOGI CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang