#JD8: This Shit Isn't Fate

17.9K 3K 1.1K
                                    



Sena menutup pintu mobilnya kemudian berjalan cepat memasuki gedung bertingkat di depannya. Sebelum memasuki lift, Sena melihat salah seorang office boy yang tengah sibuk dengan alat pembersih lantai di tangannya. Hal tersebut langsung membuat Sena memelankan langkahnya.

"Maaf ya.." ujar Sena pelan, berusaha nggak melangkahi bagian yang baru saja dibersihkan. "Permisi."

"Nggak apa-apa, Mas."

Senyum simpul menghiasi wajah Sena. Namun, begitu sudah memasuki lift, Sena bisa merasakan sekujur tubuhnya kembali kaku. Tangannya memencet angka dua, di mana studio milik Creatrix berada.

Pintu lift terbuka dan rasanya Sena ingin melompat saja kalau nggak melihat seseorang yang dia harapkan di studio. Sesaat setelah membuka pintu studio yang nggak dikunci, Sena mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Nggak ada siapapun.

Kecuali Nino yang duduk di kursi kecil di tengah-tengah studio.

"No..."

Dengan nafas terengah, Sena berjalan menghampiri Nino yang sedang membereskan berbagai peralatannya sendirian.

"Ayas mana?"

Sempat Sena terkagum melihat suasana studio Creatrix yang selalu berubah 180 derajat setiap kali Nino sedang bekerja.

Nuansa hitam-putih yang sengaja Nino setting sedemikian rupa demi mendukung tema vintage untuk photoshoot sebelumnya sungguh indah.

Nino and his magic hands.

Entah berapa kali Sena harus menyatakan bahwa dirinya nggak pernah menyesal menjadikan Nino sebagai creative director di team-nya.

Koneksi luas serta kreativitas tak terbatas yang dimiliki Nino merupakan dua alasan utama mengapa Creatrix bisa sampai di titik ini.

Nino menatap Sena sekilas. "Udah balik, dijemput bokapnya."

Sena terhenyak.

"Kenapa...." bisik Sena, "Kenapa nggak tunggu sampe gue dateng?"

"Nggak apa-apa kali, Sen.." Nino menghela nafas, berdiri dari duduknya untuk memasukkan tripod-nya ke dalam tas. "Ayas selalu bisa handle semua masalahnya sendiri."

"Iya, semuanya. Tapi nggak bisa kalau udah menyangkut bokapnya," ralat Sena tegas.

Rasanya begitu menyesakkan di dada, untuk harus kembali mengkhawatirkan Ayas segininya.


Sena menghempaskan dirinya ke sofa, menarik rambutnya ke belakang.

"Dulu nggak begini.." gumam Sena.

Sewaktu Sena memutuskan untuk menciptakan Creatrix bersama Ayas, Nino, Egi, dan Raje, dia berani bersumpah bahwa niatnya nggak lebih dari sekedar berbisnis.

Hubungannya dengan Kia berjalan dengan sangat baik. Sena nggak pernah melewati garis yang dia buat sendiri antara dirinya dengan Ayas.

Namun, semuanya seketika berubah saat Ayas kembali dihadapkan dengan masalah yang... Sena sendiri nggak bisa membayangkan apabila dirinya yang berada di posisi tersebut.

Sena kembali merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi tempat Ayas bersandar.

Sena kembali merasa memiliki kewajiban untuk menepati janjinya dulu... bahwa dirinya akan selalu ada di sisi Ayas.

PodcastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang