00 (Prologue)

692 49 3
                                    

"Aku mencintainya"


"Dasar tak berguna!"



'Hentikan...'


"Gadis sial!"


"Mungkin kau bukan apa-apa baginya"


'Kumohon hentikan...'



"Sudahlah. Menyerah saja!"


"Bodoh! Pergi kau dari sini!"

Deg!

Gadis itu dengan cepat membuka matanya, namun yang ia temui justru hanyalah kegelapan. Dia tidak bisa melihat apapun, semuanya gelap. Tak ada satupun sumber cahaya di sana.

Udaranya begitu kering, seolah-olah dia berada di suatu dimensi kosong yang tak berpenghuni. Ia mulai takut. Dia tidak tahu ada di mana sekarang.

Sedangkan suara-suara itu masih terdengar, begitu jelas, semakin banyak dan bergema. Dia mulai kalut, suara-suara itu kini terasa menyakitkan di telinganya.

"Hentikan! Tolong hentikan!" Teriaknya sembari menutup kedua telinga rapat-rapat.

Akan tetapi itu adalah hal yang sia-sia, sebab suara-suara yang bergema tersebut semakin banyak, semakin keras terdengar.

Kemudian berubah menjadi suara tawa, tawa ramai yang terdengar seperti mengejek. Dilihatnya lagi baik-baik tempat itu, banyak pasang mata berwarna merah yang sekarang menatapnya dengan tajam. Juga seringai lebar seram yang terus mengeluarkan tawa mengerikan.

Ini terasa sangat buruk. Gadis itu mulai menangis ketakutan. Sekuat apapun dia menutup telinga, suara tawa tersebut akan tetap terdengar dengan jelas.

Dia harus segera pergi dari sana sebelum kehilangan akal sehat akibat suara-suara tersebut. Maka dari itu dia segera berlari, berlari sekencang yang dia bisa, pergi menjauh dari suara-suara tawa menyeramkan yang entah kenapa seakan mengikutinya ke manapun dia pergi.

"Tolong! Tolong aku!" Ia terus berteriak, berlari dengan tergesa-gesa di dalam kegelapan yang seolah tak ada ujungnya.

Kakinya mulai lemas karena terlalu lama berlari, untungnya suara-suara tawa tadi sudah tak begitu terdengar. Hanya saja rasanya ia akan mati karena sesak berada di tempat segelap itu.

"Aku ingin pergi dari sini. Jadi siapapun itu, tolong bawa aku" ucapnya pada kekosongan tempat ini.

Ketika dia nyaris putus asa, setitik cahaya tiba-tiba muncul seakan menjadi harapan. Manik sendu gadis itu menatap penuh harap pada setitik cahaya tersebut.

Dan tanpa memikirkan apapun lagi dia melangkah mendekatinya, sambil berdoa semoga itulah jalan keluar dari segala kegelapan ini.

Kedua kakinya dengan mantap melangkah lebar-lebar. Bisa ia rasakan ada aura hangat dari cahaya yang semakin lama semakin besar itu. Dan setelah dekat ia baru tahu bahwa cahaya tersebut ternyata adalah sebuah sinar portable yang tampaknya merupakan pintu masuk ke dunia lain.

Karena tidak tahan dengan tempat itu, tanpa pikir panjang ia melangkah masuk. Lalu hal pertama yang menyambutnya adalah hembusan angin yang begitu sejuk.

Whuss...

Daun-daun bertebaran di depan matanya. Sebuah langit biru berhiaskan awan seakan tersenyum senang dengan kedatangannya di sana.

Gadis tersebut menyisir sekitar dengan matanya, kemudian dia baru sadar kalau ternyata ia tengah berbaring di tengah padang rumput yang luas. Dan karena merasa asing juga dengan tempat itu, ia segera bangkit duduk.

"Di mana... aku?"

༄༅Õblivion࿐༵

Enjoy reading all (^▽^)

.
.
.

Luluahnw

Oblivion : Step Into Classic Imperial PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang