Satu bulan berlalu dengan cepat. Kini Loretta sudah mulai terbiasa hidup di dunia ini. Kalau dipikir-pikir, hidup di sana tidak terlalu buruk. Sebab sejak dulu, Loretta memang sering bermimpi hidup di jaman klasik abad pertengahan.
Sekarang, ia tidak perlu pusing-pusing memikirkan PR dan tugas sekolah lainnya. Dan Loretta juga tidak perlu memikirkan tentang cintanya pada Hillarion Jimmie Selvagio yang bertepuk sebelah tangan.
Untuk saat ini, Loretta hanya ingin menikmati kehidupan barunya. Meskipun sederhana, ia sudah senang. Rasanya seperti memulihkan diri dari sekian banyak luka yang sudah ia alami selama ini.
Loretta menghirup udara pagi dengan perasaan riang. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. Mulai dari memasak sarapan, mencuci baju, hingga beres-beres rumah. Setelah itupun ia harus pergi ke toko untuk membantu Ibu.
"Kyle, bangun!" ujar Loretta seraya menyibak tirai agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan.
Adik laki-lakinya itu menggeliat, lalu mengucek matanya. "Apa Ibu sudah berangkat?" tanyanya.
Sambil membantu Kyle menegakkan punggung, Loretta menjawab, "Ibu selalu berangkat pagi-pagi buta."
Kyle mengangguk, ia masih duduk di atas tempat tidur untuk mengumpulkan nyawa. Tetapi Loretta sudah gesit melipat selimutnya.
"Mandilah, kau harus ke akademi. Biar aku yang buat sarapan," ujar Loretta setelah selesai dengan kegiatannya.
Seketika Kyle meneguk ludah kala mendengar bahwa Loretta akan memasak. Membayangkan bagaimana kemarin ia berakhir muntah-muntah setelah memakan masakan Loretta benar-benar membuat Kyle trauma berat.
Alhasil Kyle cepat-cepat beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi. "A-aku berniat bermain sepak bola sebelum jam masuk. Jadi aku akan langsung berangkat. Maaf, aku tidak bisa sarapan di rumah," elaknya. Sungguh, Kyle tidak ingin keracunan untuk yang kedua kalinya.
Beruntungnya Loretta tidak curiga. Ia hanya mengangguk dan melanjutkan aktivitasnya. Memilih untuk langsung mencuci pakaian dan melewatkan memasak. Lagipula, Loretta tidak terlalu lapar. Mungkin ia akan langsung makan siang saja nanti.
Hari-hari biasa seperti ini Loretta akan menghabiskan waktunya dengan membantu di toko roti milik Ibu. Sedangkan di akhir pekan ia akan ke kebun Paman Charlie―ayah Steve, bersama Kyle.
Oh, bahkan Loretta dan Atalie sering mengendap keluar malam-malam hanya untuk melihat kunang-kunang di dekat sungai. Meskipun mereka sering ketahuan dan berakhir dimarahi.
Intinya, Loretta cukup bahagia tinggal di sana.
Usai menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Loretta bersiap-siap untuk pergi ke toko. Ia membersihkan badan sebelum berpakaian dengan rapi. Saat mematut dirinya di depan cermin, Loretta meringis.
Dia sangat tidak cocok pakai gaun. Loretta juga tidak terbiasa. Rasanya sesak dan gerah. Memakai kaos dan jeans jauh lebih nyaman bagi Loretta. Sayangnya di jaman ini belum ada pakaian seperti itu.
Namun, sekarang bukan saatnya untuk mempermasalahkan penampilan, Loretta harus cepat-cepat pergi ke toko sebelum hari semakin siang. Biasanya dari jam sepuluh pagi hingga jam lima sore adalah saat-saat paling sibuk.
Sebelum pergi, tentunya Loretta tidak lupa mengunci pintu. Ia berjalan santai di jalan batu sambil menikmati pemandangan alam yang terbentang luas. Itu adalah kelebihan dari dunia ini. Pemandangannya sangat asri dan beragam. Tidak hanya berupa gedung pencakar langit seperti di jaman modern.
Udaranya juga sangat sejuk dan angin tak pernah berhenti berembus. Loretta sangat menyukainya. Bahkan Loretta sesekali menyapa beberapa orang yang dia temui. Sebuah hal yang sebelumnya sangat jarang dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oblivion : Step Into Classic Imperial Palace
FantasíaYang Loretta ingat, dia menangis di taman. Sendirian. Tapi kenapa saat dia membuka mata semuanya berubah, secara drastis. Loretta tentunya bingung setengah mati, semua orang bersikap aneh dan dia merasa asing. Kota tempat tinggalnya, kenapa berubah...