Saaih masuk kedalam ruangannya. Ia disambut dengan hangat oleh asistennya.
"Pak, hari ini jam 11 kita ada rapat dengan orang dri paris" ucap asistennya seraya memberikan sebuah dokumen.
"Baiklah, sekarang kau urus persiapan kita ingat jangan sampai ada yang kurang" ucap Saaih sambil mengembalikan dokumen tersebut.
"Baik pak, saya permisi" ucap asistennya kemudian keluar dari ruangannya.
Tiba tiba saja handphone nya berdering, ia segera melihat siapa yang menelponnya, "nomor tidak dikenal?" batinnya. Ia segera mengangkatnya.
"Hallo," ucapnya.
"Rey kau dimana? Aku sudah menunggumu dibandara" ucap si penelpon dari balik handphone.
"Maaf dengan siapa?" tanyanya heran.
"Hey Rey cepat jemput aku dibandara, jika kau tidak datang aku akan-" ucap orang itu ditengah bnyak orng.
"Oke oke, aku datang" Saaih segera beranjak pergi keluar.
"Nah gitu donk, gw kirim alamatnya okey" ucap orang itu segera memutusnya.
"Ini orang siapa sih? Tiba tiba nelpon minta jemput dibandara, yaelah" ucap Saaih segera melajukan mobilnya menuju bandara dan tempat yng sudah dikirimkan ornh tadi.
Saaih sampai dibandara, ia kemudian berjalan menuju tempat orang itu. Benar saja seorang wanita sedang menunggu seseorang.
"Maaf kau yang menyuruhku kesini tadi?" ucap Saaih dibelakangnya. Wanita itu segera berbalik.
"Re- Saaih?" ucap wanita itu kaget.
"Iyyah? Elo?" ucap Saaih yang jg kaget.
"Ma.. Maaf gw kira temen gw" ucap wanita yang bernama Iyyah itu menunduk.
"Gapapa, itu nomer lo?" tanya Saaih.
"Iya, maaf gw gatau mungkin gw salah ketik nomer" ucap Iyyah kembali.
"Gapapa, lo dri mana? Kok dibandara?" tanya Saaih kembali.
"Gw baru balik dari Jerman, gw ngikutin falkultas kedokteran disana" jawabnya.
"Hmm barbera caffe?" ucap Saaih.
"Tidak usah, nanti kau kerepotan" tolak Iyyah.
"Gapapa kok, ayolah aku ingin tau kehidupanmu selama 6 tahun ini, bagaimana pekerjaanmu" ucap Saaih kemudian.
"Baiklah ayo," akhirnya Iyyah menyetujui ajakan Saaih.
Mereka berjalan menuju parkiran mobil, Saaih segera mengambil mobilnya. Iyyah kemudian masuk, didalam mobil itu hanya ada keheningan. Hanya lagu barat yang terputar didalam musik mobilnya.
Tiba tiba lagu Flashlight terputar, lagu ini adalah lagu favorite mereka waktu masih pacaran. Iyyah hanya tersenyum mendengerkan lagu itu. Saaih yang meliriknya dari tadi mulai membuka percakapan.
"Kau ingat lagu ini?" tanya Saaih.
"Ini hidup yang indah, seperti arti lagu ini ketika kau kehilangan seseorang coba lha cari teman untuk berbagi dan kau coba untuk membuatnya menjadi senter kehidupanmu, itu yang slalu kau katakan dulu" ucap Iyyah mengingat masa lalu nya.
"Kau tidak melupakan itu?" ucap Saaih tersenyum.
"Ketika melihatmu kembali, semua yang dulu pernah coba aku lupakan, ingatan, kenangan itu kembali setelah kau datang kembali" ucap Iyyah melihat Saaih.
"Dan kau kembali menyesal bertemu denganku?" ucap Saaih yang fokus menyetir.
"Tidak, aku tidak menyesal. Aku hanya kaget dan tak ingin masa lalu itu kembali" ucap Iyyah memainkan jarinya.
Keheningan pun terjadi kembali sampai di Barbera caffe. Kedua orang itu kemudian turun dan masuk lalu memesan tempatnya.
"Meja nomor 23 kosong pak" ucap seorang pelayan.
Mereka berdua kemudian berjalan menuju meja 23, Saaih kemudian memesan 2 coffe latte dan pasta karna ia sudah menebak Iyyah tidak akan memesan apapun.
"Jadi kau berapa tahun di Jerman?" tanya Saaih memecahkan keheningan.
"2 tahun," jawab Iyyah.
"Dan sekarang profesimu dokter?" tanya Saaih kembali.
"Ya seperti itulah bisa dibilang, dan bagaimana hidupmu sekarang?" tanya Iyyah. Saaih kemudian meliriknya, Iyyah pun akhirnya tertunduk kembali.
"Siska meninggal ketika melahirkan anakku, ternyata dia mengidap kanker selama 3 tahun tanpa ia sadari" cerita Saaih.
"Maaf bukannya aku ingin membuatmu kembali bersedih" ucap Iyyah kemudian tak sengaja memegang tangan Saaih.
"Tidak apa apa yyah," balas Saaih tersenyum tipis.
"Maaf," Iyyah kemudian melepas tangannya.
"Tidak apa apa"
Tak lama pesanan datang, mereka berdua menikmati makanan. Sama seperti tadi hanya ada keheningan saja. Keduanya sangat canggung untuk saling bicara.
"Kau banyak berubah sekarang" ucap Saaih memainkan makananya.
"Dengar sebenarnya bukan aku ingin menasehatimu, tapi jika makanan yang kau mainkan itu kau biarkan hingga dingin maka tidak baik bagi kesehatanmu" ucap Iyyah melihatnya.
"Baiklah bu dokter, akan kumakan" Saaih kemudian memakan pastanya.
"Sebenarnya aku tidak berubah, waktu yang berubah. Kadang dia datang terlambat dan pergi sangat cepat" ucapnya kembali menjawab pertanyaan Saaih.
"Inilah dunia-" ucapannya pun terputus.
"Dengar jangan terus bersyair jika makan, hentikan kebiasaanmu atau kau akan tersedak"
"Oke dua kali Saaih, kau harus hati hati dengan ibu dokter ini" ucap Saaih sendiri.
Mereka pun menghabiskan makanannya. Tidak ada yang dibicarakan, Saaih bingung mencari topik dan Iyyah masih canggung berbicara dengannya.
"Terima kasih atas makanannya, tapi aku harus pergi kerumah sakit" pamit Iyyah.
"Ayo kuantarkan?" tawar Saaih.
"Tidak perlu, terima kasih banyak aku sudah banyak merepotkanmu" ucapnya kemudian bangkit.
"Tidak perlu sungkan, baiklah aku tau kau keras kepala" jawab Saaih yang juga bangkit dari kursinya.
"Aku duluan..." Iyyah kemudian beranjak pergi dari hadapan Saaih.
"Ya baiklah Saaih, kau harus bayar semua ini" Saaih kemudian berjalan kekasir untuk membayar makanannya.
Saaih keluar dari caffe tersebut, ia kemudian masuk kedalam mobilnya lalu melajukan gas mobilnya menuju kantor nya.
"Dan aku bertemu denganmu kembali" ucap Saaih tersenyum.
Voteeeeee🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Dia (Hiatus)
Fanfiction"Kita putus!" ucap seorang pria baldy sambil menatap seorang wanita. "Kenapa? apa salahku Ih?" ucap wanita tersebut memegang tangannya. "Kamu gasalah yyah, aku yang salah. Sebenarnya aku udah dijodohin sama anak temen umi" ucapnya menunduk. Wanita i...