Iyyah terbangun pukul 02.00 malam mendengar suara Qahtan yang tak henti memanggilnya. Ia bangkit dari tidurnya lalu melihat bocah itu. Ia memegang keningnya "deman?" batin Iyyah.
"Bibi..." panggil Qahtan.
"Iya? Kau kenapa syng?" tanya Iyyah.
"Dingin" rengeknya.
Iyyah segera menyelimuti Qahtan, namun bocah itu tetap saja gelisah. Iyyah pun kemudian turun, ia melihat rumah begitu gelap. Ia menghidupkan senter handphonenya lalu berjalan menuju dapur.
Didapur, ia mencari mangkuk lalu diambil sebuah kain kecil. Saat ia ingin kembali, tangannya ditarik oleh seseorang dan mulutnya dibekap.
"Mmmmm" teriaknya.
"Iyyah? Ngapain malem malem kedapur?" tanya Saaih lalu melepaskan tangannya.
"Astagfirullah Saaih! Gausah bekap bekap kek" ucap Iyyah mengatur nafasnya.
"Heheh maap, lu ngapain disini? Mangkuk? Air? Kain? Untuk apa?" tanya Saaih penasaran.
"Qahtan demam, dia selalu gelisah mknya aku mencari ini untuk mengompresnya" ucap Iyyah.
"Apa? Demam?"
"Hmm, kau menyimpan obatnya?" tanya Iyyah.
"Ada," Saaih pun berlari mengambil kotak obat, lalu mengambil salah satu obat demam.
Iyyah pun kembali kekamar terlebih dahulu, ia duduk disebelah Qahtan lalu menaruh kainnya dikening bocah itu lalu mengusap ngusap bibirnya yang mulai pecat.
"Ini obatnya" ucap Saaih yang tiba tiba datng.
"Periksa terlebih dahulu kadar nya" ucap Iyyah mengambil minum dimeja sebelahnya.
"Ehh-"
"Apalagi? Dia butuh obat kemarikan" pinta Iyyah.
"Habis" ucap Saaih.
"Apanya?" tanya Iyyah.
"Obatnya hehehe" jawab Saaih nyengir.
Iyyah hanya melihatnya malas.
"Kau jaga qahtan dulu, aku ingin membuat sesuatu" Iyyah lalu kembali menuju dapur.
"Kau mau kemana hey?" tanya Saaih heran, ia segera mendekati putranya itu lalu memeluknya.
"Ayahh" panggil Qahtan.
"Ayah disini syng, kau istirahat yah bibi Iyyah sedang membuat sesuatu untukmu" ucap Saaih tersenyum.
"Pizza? Burger? Hihi" tanya Qahtan tertawa kecil.
"Apa pizza? burger? Tidak ada kau masi sakit" ucap Saaih.
"Huuh baiklah ayah" Qahtan pun kembali cemberut.
"Kau istirahatlah ayah akan melihat bibi iyyah sedang apa" ucap Saaih lalu keluar dari kamar Qahtan.
"Baiklah ayah" ucap qahtan menggeleng.
Saaih keluar dari kamar Qahtan dan diam diam mengintip Iyyah yang sedang membuat sesuatu didapur. Ia melihat kasih sayang pada diri Iyyah untuk Qahtan, Saaih pun tersenyum lalu berjalan menghampirinya.
Saat hendak berjalan, tiba tiba saja lampu mati seketika. Ia membuka handphonenya lalu menghidupkan senter handphonenya. Ia berjalan kearah dapur seraya melihat Iyyah.
"Yahh mati lampu, sedikit lagi ini" dengus Iyyah kesal.
"Yyah..." panggil Saaih.
"Hmm" respon Iyyah seraya mengaduk ngaduk rebusannya.
"Lu ngapain sih?" tanya Saaih.
"Membuat obat untuk qahtan"
"Terima kasih banyak Yyah, aku pernah mengalami ini tapi dulu terasa begitu berat" ucap Saaih puitis.
"Aku tau, memang sulit menjaga anak. Aku pernah mengasuh anak anak di Jerman yang terkena penyakit demam ya sama seperti Qahtan, selalu saja mengeluh, tidak nafsu makan dan ya begitulah" ucap Iyyah lalu menuangkan rebusan itu kedalam gelas.
"Sudah selesai?" tanya Saaih.
"Sudah, ayo" ajak Iyyah.
Mereka berdua pun kembali kekamar Qahtan, bocah itu masih saja mengulet karena merasa kedinginan.
"Sayang ayo minum obatmu" ucap Saaih lembut.
"Aku tidak mau minum obat" ucap Qahtan menutup mulutnya dengan tangannya.
"Ayolah ayah janji akan memberikan mu mainan dino bsk" bujuk Saaih.
"Tidak mau ayah" jawab Qahtan yang masih menutup mulutnya.
"Biar aku yang membujuknya" ucap Iyyah. Saaih pun kemudian berjalan kearah sofa lalu duduk dan melihat kedua orang itu.
"Qahtan sayang, ayo minum obat dulu" bujuk Iyyah.
"Tidak bibi, obat itu pahit. Ayah pernah memberikannya padaku dan aku muntah" ucap Qahtan menggigit lidahnya.
"Ya itu memang obat dri ayahmu, tapi percayalah obat diri bibi sangat enak dan tidak pahit" bujuknya lagi.
"Serius bi? Tidak bohong?" tanya Qahtan menyakinkan.
"Serius, ayo coba"
Qahtan pun akhirnya menyetujui ucapan Iyyah, ia meminumnya dengan rasa ragu ragu.
"Bagaimana?" tanya Iyyah.
"Enak sekali, terima kasih bibi" ucap Qahtan tersenyum.
"Baiklah kau tidur lha" ucap Iyyah.
"Bisakah lampunya dihidupkan?" pinta Qahtan.
"Mati lampu sayang, ayahmu lupa membayar tagihan listriknya" ucap Iyyah berbisik.
"Baiklah Saaih, kau selalu salah" ucap Saaih yang sudah terkantuk disofa.
Iyyah pun segera menemani Qahtan yang ingin tertidur. Ia menepuk nepuk punggungnya agar tertidur.
Iyyah turun dari tempat tidur dan melihat Saaih yang tertidur disofa. Ia pun mengambil selimut diatas lemari Qahtan, lalu menyelimuti Saaih. Ia tersenyum tipis lalu kembali ketempat tidurnya.
"Geet well soon baby, aku menyanyangimu" bisik Iyyah didekat telinga Qahtan.
Iyyah segera merebahkan dirinya lalu tidur memeluk Qahtan.
Voteee🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Dia (Hiatus)
Fiksi Penggemar"Kita putus!" ucap seorang pria baldy sambil menatap seorang wanita. "Kenapa? apa salahku Ih?" ucap wanita tersebut memegang tangannya. "Kamu gasalah yyah, aku yang salah. Sebenarnya aku udah dijodohin sama anak temen umi" ucapnya menunduk. Wanita i...