Mereka pun sampai diresto. Pelayan datang dan memberikan menu. Saaih hanya memesan salad dan coffe saja.
"Bibi aku mau pizza" pinta Qahtan.
"Sayang kau tidak boleh banyak memakan pizza, kau bilang tadi pada bibi kalau siang tadi kau sudah makan pizza kan? Yang lain saja jangan pizza" ucap Iyyah melihatnya.
"Ice cream saja bagaimana? Itu boleh bu dokter?" ledek Saaih tertawa diikuti Qahtan yang juga tertawa.
"Hemm dicuaca seperti ini apa kau ingin anakmu terkena demam? Kau taukan Jakarta sekarang sering hujan, dan keadaan dingin tidak baik bagi anak anak maupun orang dewasa" ucap Iyyah kembali.
"Yasudah makan roti saja" ucap Qahtan.
"Itu boleh karna roti sangat sehat bagi tubuhmu, jangan tiru ayahmu itu dia kurang memakan makanan sehat" ucap Iyyah berbisik membuat Qahtan dan dirinya menahan tawa.
"Aku dengar apa yang kalian bicarakan, gini gini ayah sehat. Kau slalu liat ayah bermain tinju setiap pagi dan juga push up" ucap Saaih melihat kedua orang dihadapannya.
"Bibi apakah ayahku dulu tetap seperti ini?" tanya Qahtan.
Iyyah melihat Saaih lalu malarikan pandangannya ke Qahtan, ia terdiam sejenak mengenang masa lalunya.
"Bibi tidak tau, tanyakan pada ayahmu saja" jawab Iyyah canggung.
"Ayah apakah bibi Iyyah berubah?" Iyyah yang membenarkan kerah baju Qahtan terhenti dan melihatnya lekat.
"Emm bibi Iyyah banyak berubah" Saaih menatapnya dan begitu juga Iyyah. "Tetapi yang tidak berubah adalah dia sangat cerewet dulu, seriap hari kami hampir dihukum karna dia sangat nakal" ucap Saaih membuat Iyyah menahan tawanya.
"Serius? Bibi Iyyah sangat nakal?" Tanya Qahtan menyakinkan.
"Ya dia lebih nakal darimu kau tau itu" ucap Saaih tertawa.
"Tetapi aku selalu pintar dalam semua matapelajaran, tidak sepertimu setiap ulangan selalu menyontek" balas Iyyah.
"Ayah kata bu guru tidak baik menyontek, lebih baik nilai buruk tetapi hasil pikiran sendiri daripada nilai bagus tapi hasil kerja orang lain" kata Qahtan.
"Wahh wahh anak kecil saja tau" ucap Iyyah tertawa.
"Ya baiklah, itukan masa lalu sayang sekarang ayah tidak pernah menyontek lagi" ucap Saaih.
Makanan pun kemudian datang. Pelayan menetapkan makanan dimeja. Mereka mulai makan, Iyyah pun membantu Qahtan untuk mengoleskan selai dirotinya.
"Andai saja dulu aku tidak menerima Siska, mungkin kita sudah menjadi keluarga bahagia" batin Saaih.
"Dimakan jangan diliatin, dia tidak akan jatuh cinta padamu jika terus kau liati" ucap Iyyah menahan tawanya.
"Ck ayolah aku tidak menyukai salad ini, kau ini aneh sekali dasar tupai" ucap Saaih keceplosan memanggil Iyyah tupai.
"Tupai?" tanya Qahtan.
"Biarkan harimau itu bicara, dia memang suka mengejek bibi. Tolong jangan kau tiru ayahmu itu" ucap Iyyah.
"Dasar tupai" ledek Saaih.
Iyyah pun menghiraukannya dan fokus membantu Qahtan memakan rotinya. Ia pun sedikit memakan saladnya.
Setelah selesai makan, Qahtan sudah terlihat sangat mengantuk sehingga tertidur dipangkuan Iyyah.
"Mau kuantar pulang?" tawar Saaih.
"Tidak usah Ih, aku akan pulang naik taxsi saja" tolak Iyyah.
"Kau bilang cuaca seperti ini tidak bagus untuk anak anak maupun orng dewasa, dan kau mencari taxsi hujan hujan begini? Hey ini bukan film india yang susah senang pasti hujan" ucap Saaih menatapnya.
"Bibi jangan pergi" ucap Qahtan yang setengah sadar.
"Iya bibi tidak pergi" jawab Iyyah lalu menepuk nepuk punggungnya.
"Ayolah kau akan susah mencari taksi nanti" ucap Saaih lagi.
"Ya baiklah, aku akan keluar duluan membawa Qahtan" ucap Iyyah beranjak keluar.
Saaih pun segera membayar tagihan makanan dan mengambil mobil nya diparkiran. Ia keluar lalu mengambil payung untuk Iyyah.
Didalam mobil kedua terlihat begitu canggung untuk bicara. Saaih pun melajukan mobilnya menuju rumah.
"Menghantar Qahtan dulu tidak apa apakan?" tanya Saaih.
"Ya tidak apa apa, apa kau menyimpan selimut?" tanya Iyyah.
"Ada apa? Kau kedinginan?" tanya Saaih kembali.
"Tidak Qahtan sepertinya kedinginan" ucap Iyyah lalu memeluk Qahtan dengan erat.
"Terima kasih" ucap Saaih.
"Berapa kali kau akan mengatakan terima kasih?" tanya Iyyah.
"Ya terima kasih saja, pertama kau datang kembali dalam hidupku, lalu kau menemukan anakku" ucap Saaih tersenyum.
Iyyah hanya terdiam menatap jalan raya yang diguyur hujan yang sangat lebat. Ia kembali menatap Qahtan, kenapa dia bisa begitu sangat menyanyangi Qahtan meski dia tau itu bukan anaknya.
Mereka pun sampai dirumah, Saaih turun lalu memayungi Iyyah sampai kedalam rumah. Saaih masuk dengan Iyyah, terlihat ibunya sudah menunggu diruang keluarga.
"Saaih... Dimana Qahtan?" tanya Ibunya.
"Dia bersama Iyyah" ucap Saaih, Iyyah lalu masuk menggendong Qahtan.
"Yaampun kalian basah, Iyyah apa kabarmu nak?" tnya Ibunya Saaih.
"Aku baik bibi, dimana aku harus menaruh Qahtan?" ucap Iyyah.
"Saaih tunjukan kamar Qahtan"
"Baik bu, ayo yyah"
"Ikuti Saaih, dia akan menunjukkan kamar Qahtan"
"Baiklah permisi bi"
Iyyah pun kemudian pergi mengikuti Saaih menuju kamar Qahtan. Ia melintasi ruangan yang tak pernah berubah dari dulu seraya mengingat masa lalunya.
"Ini kamarnya" Saaih pun kemudian membuka pintu kamarnya diikuti Iyyah.
Iyyah lalu meletakkan Qahtan ditempat tidurnya, ia kemudian mengganti baju Qahtan, ditatapnya lekat bocah itu. Kemudia ia menyelimutinya dan hendak pergi.
"Bibi temani aku" ngigau Qahtan.
Iyyah yang hendek pergi pun langkahnya terhenti. Saaih lalu masuk membawa makanan hangat untuk Iyyah.
"Mom menyuruhmu menginap disini" ucap Saaih.
"Tidak usah nanti merepotkan, aku akan pulang saja" tolak Iyyah.
"Bibi Iyyah tetap disini" ngigau Qahtan seraya memeluknya.
"Baiklah bibi akan disini" ucap Iyyah mengelus kepala Qahtan.
"Makan sup ini biar hangat" ucap Saaih menyodorkan sebuah mangkuk.
"Terima kasih" Iyyah lalu mengambil mangkuk tersebut lalu memakan sup nya.
"Baiklah aku keluar dulu, selamat malam tupai" ucap Saaih kekeh seraya menutup pintu kamar.
"Selamat malam harimau payah" ucap Iyyah tersenyum.
Iyyah pun menghabiskan sup nya lalu berbaring disebelah Qahtan seraya menepuk punggungnya. Lama kelamaan ia tertidur disebelahnya.
Voteeee🌟

KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Dia (Hiatus)
Fanfiction"Kita putus!" ucap seorang pria baldy sambil menatap seorang wanita. "Kenapa? apa salahku Ih?" ucap wanita tersebut memegang tangannya. "Kamu gasalah yyah, aku yang salah. Sebenarnya aku udah dijodohin sama anak temen umi" ucapnya menunduk. Wanita i...