2. Penyusup

46.5K 2.4K 82
                                    


            "Papa?" panggil Dilsya sedikit terkejut. Bukan apa-apa, saat pulang sekolah sang Papa belum tiba di rumah dan kepala keluarga ini jarang sekali ada di dalam negeri, Dilsya kira ruang tamu akan kosong malam ini.

           "Hm, sini, Sya," panggil sang Papa.

Dilsya yang sudah memeluk toples camilan cepat-cepat duduk sesuai perintah, tepat di tengah sang Bunda dan sang Papa.

"Kamu kok pulang sendiri? Dimas ke mana?" tanya sang Bunda.

"Paling main basket, Bun," jawab Dilsya.

"Dia harusnya jagain kamu, bukan seenaknya. Macam anak kecil," terang sang Papa.

Sarat, Dilsya menelan ludah. Sungguh mood dirinya menikmati film terbaru akan hilang.

           "Dia cuman main sebentar, Pa," balas Dilsya mencoba tetap tenang.

           "Bagaimana sekolah kamu? Aman?"

          Dilsya menggangguk yakin, "Aman, Pa."

          Di tengah obrolan itu terdengar pintu tertutup. Atensi mereka berubah tertuju pada pintu ruang depan. Munculah Dimas, dengan mandi keringat membasahi kemeja putihnya.

            "Dim?" panggil Bunda.

           "Motor Dimas rusak, Bun," sewot Dimas saat tiba di ruang televisi. Matanya menatap Dilsya tajam seolah sedang marah.

             "Mampus!" ledek Dilsya dengan gerakan bibir.

"Berantem sama siapa, Dim?" tanya Papa tiba-tiba.

           Semua mendadak hening. Iya, Dilsya pun baru sadar wajah adiknya itu babak belur.

           "Nggak berantem, cuman lebam karena bola. Dimas ke kamar dulu," pamit Dimas.

           Cowok berawak tinggi itu melenggang menuju lantai dua. Dilsya tampak menghela napas sampai akhirnya bangkit dari tidurnya.

          "Titip." Dilsya meletakan toples keripik kentang tadi di meja kemudian sedikit berlari mengikuti Dimas.

           Di lantai dua, Dilsya membuka pintu kamar Dimas tanpa mengetuknya. Jadinya dia melihat bagaimana kembarannya hanya memakai celana abu-abunya saja.

        Dimas menoleh sinis sambil melempar bantalnya. Beruntung Dilsya sempat menghindar.

             "Ketuk dulu kek! Gimana kalo gue lagi nonton bok*p?" sungut Dimas kesal.

           "Gue aduin," balas Dilsya santai.

Dilsya meneliti luka si wajah adiknya sambil meringis, padahal tadi siang Dimas tidak menjaga dirinya dari cowok brengsek itu. Dia langsung mengambil kotak obat di laci meja belajar Dimas. Dia duduk di lantai, mulai mengeluarkan obat dan alkohol yang ia butuhkan. Dari sana Dimas langsung mengerti, cowok itu ikut mendekat dan duduk di hadapan Dilsya.

           "Kali ini sama siapa?" tanya Dilsya seolah berkelahi sudah menjadi hal lumrah untuk seorang Dimas.

           "Ditabok cewek, AW! SAKIT, BEGO!" pekik  Dimas saat Dilsya menekankan kapas beralkohol itu di sudut bibirnya.

Sir (My Secret Bodyguard)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang