13. Rumah Danu

30.9K 1.7K 92
                                    

       "Gugup, ya?" tanya Dilsya polos.

        Danu tiba-tiba tertawa, bahunya sampai naik turun saking lucunya. Padahal ia sedang menyetir.

      "Gak lucu," desis Dilsya.

      "Iya gak lucu, lo doang yang lucu," asal ceplos Danu. Tak menyadari bagaimana Dilsya menelan ludah susah payah.

      "Mau kemana? Tadi aja ngajak jalan, manja banget sampe meluk-meluk segala," goda Danu melirik Dilsya lewat ekor mata. Gadis itu sudah siap menampol jika Danu tidak menahannya.

      "Bacot," sinis Dilsya kembali duduk rapih. Kenapa rasanya dia selalu mempermalukan diri di depan Danu? Sial.

      "Tadi itu akting, A-K-T-I-N-G," eja Dilsya penuh penekanan.

       Danu hanya menganggukkan kepala ringan tanpa melunturkan senyum sendunya. Dilsya juga tidak mengerti, kenapa Danu memiliki wajah, tatapan, serta senyum yang sendu? Sungguh berbeda dengan kebanyakan lelaki yang keras dan berurat alias emosi tinggi.

     "Sya? Mau kemana?" tanya Danu lagi, sejak keluar dari area komplek rumah Dilsya mereka hanya berdebat saja tanpa tau tujuan.

     Dilsya menggaruk pipinya tanda ia bingung, sebenarnya mengajak Danu pergi hanya sebuah alibi agar cowok itu bisa bebas dari beribu pertanyaan Tama, dan sekarang ia bingung ingin kemana.

     "Rumah lo aja," putus Dilsya.

     Danu menoleh sebentar, mengangguk kecil.

     "Yakin? Ade gue nakal, loh."

     "Yakin," sahut Dilsya mantap. Dia menyandar dan membuka kaca mobil, membiarkan udara masuk. Hal itu membuat rambut yang tak tercepol terbang, sangat cantik.

     "Udah gue duga," ucap Danu tiba-tiba. Dilsya menatap Danu penuh tanya.

     "Udah gue duga, lo itu cantik mau dimana pun dan kapan pun."

     Dilsya mengerjap beberapa kali, menatap Danu  begitu datar. Tangannya terulur mengecek dahi cowok itu kemudian mengangguk penuh drama.

    "Pantes, sakit jiwa."

     Mau tak mau Danu tergelak, Dilsya itu bisa begitu dingin jika menatap, bisa begitu pedas jika berucap, dan bisa begitu sadis jika berulah. Tapi satu yang Danu tau dari gadis yang sering mencepol rambutnya itu, dia bisa begitu cantik dan lucu jika sedang tersenyum.

     "Gak pa-pa sakit jiwa, 'kan separuh jiwanya udah ada di Dilsya," ucap Danu percaya diri.
Duh, Dilsya ingin muntah sekarang.

○○○

     Mata Dilsya menggeledah seluruh sudut rumah di depannya. Dua lantai, dengan pagar hitam lebih tinggi 5 cm dari tubuhnya. Taman bunga yang hijau dengan ayunan besi di tengah-tengah. Rapih, indah, dan tenang.

    "Masih mau di situ?"

     Suara Danu memecahkan konsentrasi Dilsya. Gadis itu berjalan mendekati Danu yang sudah naik ke teras rumah, siap membuka pintu. Dia memegang tali tasnya saat tiba di samping Danu.

Sir (My Secret Bodyguard)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang