Di pinggir pantai, deru ombak yang normal menemani Dilsya. Rambutnya tergerai rapih sesekali terbawa hembusan angin laut. Gadis itu terduduk di bagian depan atas mobil membiarkan kaki berjeans putihnya menggantung sebelah. Tidak salah Danu merekomendasikan tempat ini, ia begitu nyaman walau sedikit dingin.Dilsya menoleh saat kulit lengannya merasakan sentuhan hangat. Ia menerima cup coffee itu kemudian berucap, "thanks."
"Hm." Danu ikut menyandar di mobil, meminum coffeenya nikmat.
"Lo nolongin gue lagi," ucap Dilsya. "Gue gak tau gimana lo bisa lakuin itu semua."
"Segitu bencinya lo sama dia?" Pertanyaan Danu langsung diangguki oleh Dilsya. "Kenapa?"
"Dia suka sama gue sejak kecil," Dilsya berhenti sejenak untuk meneguk coffeenya. "Dan gue benci dia karena satu hal."
"Hm, tapi dia sepupu lo, 'kan?" tebak Danu.
"Lebih tepatnya sepupu tiri. Tapi, lo tau dari mana?"
Danu terkekeh pelan hingga ia meletakkan cupnya di samping Dilsya duduk. "Lo kan nyuruh gue cari di internet."
Kening Dilsya berkedut, mengingat apa yang ia suruh beberapa hari yang lalu di UKS. Ya ampun.
"Di pesta pembukaan DM group, lo begitu sempurna."
Dilsya sedikit terkejut, pesta itu sudah lama sekali. Lalu, Danu menyatakan seolah ia hadir di sana dan melihat penampilan dirinya.
"Lo ...?"
"Hm, Bokap gue salah satu tamu di situ."
Dilsya mendengkus, pantas saja.
"Awalnya gue gak suka ikut acara bokap, tapi pas liat lo di antara kerumunan, duduk sendiri dengan gaun merah maroon, pesta membosankan berubah dalam sekejap."
Bukan merasa takjub dengan pujian Danu justru Dilsya berceluk tak sopan. "Dasar mesum." Karena Dilsya ingat, gaun itu cukup terbuka.
"Terus, lo benci dia karena apa? Dia 'kan saudara lo."
"Gue mau, tapi kita belum sedeket itu. Sorry."
Danu mengulum bibirnya paham, "It's okay."
"Pokoknya gue benci dia, kesalahannya gak bisa ditebus walau pun pake nyawa."
Tangan Dilsya mengepal, meremas cup yang ada di tangannya hingga berbunyi krek. Danu yang mendengarnya menoleh, menatap wajah menunduk Dilsya.
Perlahan Danu terulur menghampiri tangan Dilsya, melepas cup itu dari kepalan Dilsya. "Lo boleh marah, tapi jangan lukain diri lo."
Danu tersenyum manis kala gadis itu menatapnya bingung. Entah apa yang ada di kepala gadis itu saat melihat senyuman Danu, karena dari reaksinya pasti kondisi bingung yang terlihat.
"Jadi, lo mau bantuin gue?" tanya Dilsya. Danu mengangguk mantap. "Apapun itu, asal bukan nikahin lo."
Dilsya berdecih seraya tertawa garing. "Nggaklah."
"Apa yang bisa gue bantu?"
"Kayak tadi, lo jadi pacar bohongan gue."
"Beneran juga boleh," celetuk Danu.
Dilsya langsung menatapnya tajam. "Gak usah ngarep, gue gak suka cowok mesum."
Danu tertawa renyah. "Adek lo kali yang mesum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sir (My Secret Bodyguard)
Teen FictionDilsya Andromeda Putri, gadis dengan cepolan satu setiap harinya. Merupakan anak pertama dari pemilik sah 'R Group'. Menjadi anak dari orang penting seperti ayahnya bukan sesuatu yang menyenangkan. Banyak sekali hal-hal buruk terjadi padanya termasu...