"Ademas! Ayo, anterin gue!" bujuk Dilsya tanpa perasaan. Bagaimana bisa dibilang pakai perasaan, jika Dilsya membangunkan Dimas dengan cara membekap cowok itu oleh bantal.
"Rrmm, eungap, Sya!" gumam Dimas tak jelas di bawah.
"Makanya, bangun." Dilsya melepas bantal itu dari wajah sang adik, tapi penderitaan Dimas tidak sampai situ karena sedetik berikutnya gadis itu menduduki perut Dimas.
"Astaga, Dilsya!" Dimas menggeram juga akhirnya. Dia sudah tau tabiat Dilsya ketika punya suatu keinginan, tapi Dimas selalu saja tak mau menuruti. Bukannya tak mau, tapi ia malas.
"Lo mah, ngapain ke indomaret jam segini?"
Dilsya menatap adiknya tajam seraya bersidekap. Mengibas-ngibas tangannya sebelum berucap, "Tadi gue niatnya mau mandi, ternyata gue kehabisan pembalut." Penjelasan Dilsya membuat Dimas terkejut bukan main."Jangan bilang lo mau gue beliin?" tebakan Dimas langsung Dilsya angguki mantap.
"Anda benar, selamat Anda harus membelikannya sekarang!"
Dimas mendesah kasar, yang benar saja ia disuruh membeli pembalut. Mau dikemanakan harga dirinya? "Nggak, dih. Lo suruh pembatu, Dilsya cantik. Ngapain Papa sedia puluhan pembantu kalo hal sepele aja lo nyuruh gue."
"Ini minggu, pembantu libur, bodoh."
"Ya udah beli sendiri, minta anter sopir."
"Gak mau, nanti dijagain kaya buronan, Dim, malu gue!" nada suara Dilsya meninggi.
"Dan gue lebih malu pas dituduh cabul gara-gara beli pembalut lo bulan lalu, Dilsya."
Dimas langsung waspada saat Dilsya sudah siap berteriak.
"DIM—MMFFT!"
Teriakan Dilsya teredam dalam pelukan Dimas, ralat bukan pelukan tapi Dimas menyelipkan kepala Dilsya di ketiaknya.
"Iya, gue anterin. Duh, jangan teriak nanti Bunda denger."
"Ermmm, bau Dimas!" geram Dilsya tertahan. Dimas yang baru sadar seketika membuka lipatan tangannya dan nyengir bodoh.
"Eh, maaf Kak. Gue belum mandi lagi."
Tanpa mendengar ucapan Dimas lagi Dilsya buru-buru turun dari kasur, membekap mulutnya.
"Loh, Kak! Jadi engga?" tanya Dimas jahil.
"Gak usah!" kesal Dilsya, "gue beli sendiri, bisa keburu mati gue nungguin lo mandi!"
Berhasilah cara Dimas usir Dilsya.
○○○
Beli pembalut saja harus dikawal lima orang? Dilsya ingin melenyapkan diri rasanya. Walau gadis itu sudah memakai hoodie super besar dan masker penutup wajah, tetap saja orang-orang mengenali Dilsya.
Gadis di depan rak pembalut itu menghela kasar, seharusnya tadi ia menyuruh salah satu bodyguard, tapi Dilsya ingat malu, ini privasi.
"Merasa banget hidupnya spesial, haha."
Dilsya ambil beberapa pembalut tanpa pikir panjang, tak sudi lagi dengar ocehan orang. Iya, ini yang membuat Dilsya muak dijaga sana-sini. Selain terkekang, semua orang berpikir dirinya terlalu lebay.
Sial, antriannya panjang. Dilsya refleks mengigit kukunya, panik mencari beberapa bodyguard yang tadi mengikutinya.
"Ke mana sih? Gue gak pake buds buat panggil mereka."
"Mbak, cepetan maju," titah pengunjung di belakangnya.
Saat Dilsya menoleh tak sengaja penutup hoodie terlepas, sontak pengunjung itu menutup mulut kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sir (My Secret Bodyguard)
Teen FictionDilsya Andromeda Putri, gadis dengan cepolan satu setiap harinya. Merupakan anak pertama dari pemilik sah 'R Group'. Menjadi anak dari orang penting seperti ayahnya bukan sesuatu yang menyenangkan. Banyak sekali hal-hal buruk terjadi padanya termasu...