[18] Cascade - Incipience

3.9K 867 59
                                    

Hanya beberapa saat ketika Troya menoleh ke arah anak panahku meluncur tadi, aku tidak segan-segan melayangkan bogeman mentah ke wajah keparatnya. Troya terhuyung ke belakang akibat serangan dadakanku---jika ia sedang siaga, mustahil tinjuanku bisa mengenai wajah sempurna bangsatnya.

Tanganku mengepal kuat, tak kupungkiri aku gemetar. Kendati waktu yang masih tergolong singkat sejak aku mengenal naga itu, aku tak pernah merasakan perasaan terkhianati sebesar ini. Bahkan ketika seseorang mengkhianatiku tiga tahun yang lalu, tak kusangka ini jauh lebih pahit. Tindakanku meninjunya gegabah; Troya bisa saja langsung membunuhku setelah ini, tapi rasa peduliku terhadap hal itu amat kecil saat ini. Aku tidak peduli apa pun kecuali tindakan bodoh nan tak termaafkannya saat ini. Dan sekarang kata-kata yang disampaikan oleh kaum raksasa padaku rasanya semakin masuk akal.

Persetan dengan singkatnya waktu selama kami mengenal satu sama lain. Kami berada di situasi yang amat mementingkan kepercayaan satu sama lain sekarang. Dan apa lagi yang kutemukan sekarang?

"Puas? Apa kau tak sekalian menikamku dengan belatimu juga?" tawar Troya seraya meludahkan darah. Taringnya ternodai darah sementara pinggir bibirnya sedikit robek.

Aku menatapnya nanar, tidak dapat mempercayai apa yang baru saja kusaksikan. Aku bahkan tak perlu bertanya siapa shapeshifter naga tadi; tentu saja salah satu dari antek-antek Quasso. Yang benar saja. Dan Troya tertangkap basah berbincang dengannya.

Oh, Cascade. Lantas apa yang sebenarnya aku lakukan selama berhari-hari ini? Ketika kukira bangsa-bangsa Oceanus tidak mengerti dan tidak tahu apa-apa mengenai situasi sekarang, sementara sebenarnya aku di sini yang tidak tahu apa-apa? Aku merasa seperti badut terbesar abad ini.

"Apa yang kau lakukan, keparat?" desisku. Bahkan tak kupercaya suaraku terdengar bergetar. Sialan, ada apa denganku?

Namun aku mempercayai Troya, sejak awal. Dan entah mengapa ini rasanya jauh lebih menyakitkan dari perasaan lain yang pernah kurasakan di masa lampau. Ya, sebesar itu aku mempercayainya.

"Kau merencanakan sesuatu yang lain?" tanyaku lirih. "Troya---"

"Kita akan meninggalkan tempat ini dalam kurang dari empat jam lagi. Ikut atau tidak?" potongnya, bahkan tak mengubris kata-kataku yang jelas-jelas meminta penjelasan sialan darinya.

"Apa? Troya, kau---"

"Kau ikut, atau tidak?" Troya sekali lagi memotong ucapanku dengan penekanan di setiap kata-katanya. Raut wajahnya yang masih saja datar, santai, dan dingin sungguh memancing kepalan tanganku untuk melayangkan bogeman mentah kembali pada wajah rupawan sialan miliknya.

Kemudian pertanyaan itu lagi-lagi menghantam diriku. Apa yang sebenarnya aku lakukan di sini?

Berhari-hari; minggu-minggu, aku mengikuti seorang shapeshifter naga. Aku menemukan sebuah rencana sinting yang akan mengancam seisi Oceanus. Quasso, raja sinting yang terlupakan banyak bangsa, membuat koalisinya sendiri; pasukan besar dari berbagai bangsa dari puluhan Oceanus. Bersama-sama, si raja yang terlupakan berambisi membangkitkan Jurathym, cangkang raksasa dari segala raksasa. Dan Jurathym yang manis, yang masih tertidur lelap di dasar laut, membutuhkan energi untuk bangkit. Naga merah itu merupakan bagian dari mereka dulunya, tapi nasib berkata lain.

Lalu sang naga berseru, bahwa ia hendak membalaskan dendamnya karena Quasso mengkhianati perjanjian mereka; mencegah pemberontak bangsat itu untuk menghancurkan dunia. Dan aku, dengan naifnya, malah ikut.

Aku terkekeh miris mengingat kata-kata Troya kala itu. Aku begitu naif, dengan mudahnya mau ikut Troya untuk melakukan rencananya dalam melawan Quasso. Hanya karena kau mau berpetualang. Jiwamu berkobar, mendambakan petualangan baru, karena Oceanus 15 rasanya belum cukup. Dan pemburu dari selatan yang naif ini, mengikuti sang naga demi memuaskan rasa penasarannya dan pengalaman yang hebat.

Oceanus: The Breathing IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang