Sejak Kapan Aku Melarangmu Bertanya?

28 3 0
                                    

  

  Ray masih saling bertatapan mata dengan Za

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Ray masih saling bertatapan mata dengan Za. "Kau tahu Za?.. Setelah bertemu denganmu hari itu. Setelah kau memberiku sekantong penuh makanan dan minuman itu, aku jadi berfikir.."

  "Berfikir apa?"

  "Berfikir, ternyata masih ada orang baik di bumi yang kejam ini. Saat aku menerima makanan itu, aku mengucapkan terima kasih. Tapi dalam hati. Mulutku terlalu kelu saat itu, aku masih tak percaya. Anak berwajah judes itu yang sudah menolong perutku dihari itu.. Aku sangat tak percaya. Tapi saat itu, aku jadi teringat kata-kata seorang bijak yang pernah bicara sok bijak di terminal. Katanya, tuhan menciptakan malaikat itu dengan berbagai wajah. Ada yang dengan wajah baik, bersayap, dan bisa terbang."

  Za menahan senyum saat mendengarnya.

  "Senyum itu jangan ditahan Za. Kalo ditahan nanti lama-lama menebarkan bau busuk."

  "Iya. Kentut namanya."

  "Hahaha...."

    Za masih belum bisa tertawa, "terus?"

  "Terus katanya lagi. Selain yang bisa terbang seperti itu. Tuhan juga menciptakan malaikat yang tanpa sayap dan berwajah tak terlalu menyenangkan Za. Mungkin sepertimu.. Hehehe"

  Za kali ini cemberut mendengar cerita Ray.

  "Jangan cemberut. Kau tahu Za? Aku percaya malaikat tanpa sayap itu ada. Salah satunya mungkin kau. Kau malaikat yang dikirim tuhan untuk memberi makanan pada anak malang yang kelaparan hari itu Za. Setelah aku menerima uluran tanganmu. Besoknya aku kembali ke sekolah keren itu. Kulihat kau berjalan di halaman sekolah. Aku tak berani datang ke hadapanmu meski hanya sekedar untuk berkata terima kasih.."

  "Kenapa?"

  "Aku sungkan Za. Aku malu. Apalagi kau lebih tua dariku. Kau anak SMP. Aku tak berani lah. Aku benar-benar malu sudah bersikap seperti pengemis."

"Enak saja kamu bilang aku lebih tua. Saat itu umurku sebelas tahun. Dan sekarang aku berusia limabelas tahun. Lebih tua kamu lah. Dan jangan pernah berkata aku adalah malaikatnya tuhan. Astagfirulooh.." Za memasang wajah sedikit kesal.

  "Sebelas tahun tapi sudah memakai seragam SMP? Bagaimana bisa Za?"

  "Bisa lah Ray. Karena sewaktu Sd aku dua kali loncat kelas. Makanya di usia sebelas tahun aku sudah masuk SMP."

  "Hebaat.. Keren kau Za."

  "Biasa saja. Terus apa waktu kejadian uangmu yang di ambil itu. Kejadian di dekat terminal hari itu. Kamu mengenaliku?"

  "Tidak. Lebih tepatnya belum. Setelah kau mengambil uang dari si bangsat itu. Aku menatapmu, seperti mengenalmu. mengingat-ingat wajahmu. Dan ternyata benar. Itu adalah kau. Si anak berwajah judes yang berhati malaikat. Kau tahu? Aku sudah berjanji dalam hatiku takkan pernah melupakan wajah orang yang sudah berbaik hati  menolongku saat kelaparan hari itu."

Buku Harian ZahwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang