Bel sekolah berbunyi pertanda bahwa pelajaran telah selesai. Tasya langsung membereskan buku-bukunya dan memasukan ke dalam tas.Tasya Mulia Ratih bersekolah di SMA Merah Putih kelas XI IPA 2 dan termasuk murid yang pintar. Tapi Tasya termasuk orang yang pendiam.
Jarak sekolah dan rumahnya cukup dekat jadi Tasya tak perlu naik angkutan umum atau ojek untuk sampai ke rumah.
Tasya berjalan sambil menunduk di trotoar. Langkah demi langkah yang akan membawanya ke rumah nenek. Dari kecil Tasya sudah tinggal bersama neneknya, kedua orang tuanya sudah lama berpisah dan dia dibesarkan oleh neneknya.
Sudah lama Tasya tak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya. Bahkan Tasya berubah menjadi orang yang pendiam dan lebih tertutup karena perpisahan orang tuanya.
Sesampainya di rumah Tasya mengucapkan salam lalu masuk dan menuju kamar.
Tasya memutuskan mandi untuk menghilangkan lelahnya hari ini. Setelah itu Tasya menuju meja makan, dan bertemu dengan nenek Aisyah,neneknya. Neneknyalah yang telah merawatnya sampai sekarang.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya nenek Aisyah.
"Lancar saja nek" jawab Tasya.
Nenek Aisyah tersenyum menjawab penuturan Tasya.
Selesai makan Tasya pergi ke kamarnya. Karena tidak ada kerjaan Tasya memilih membaca novel yang dia pinjam di perpustakaan sekolah.
Tak terasa hari semakin larut, matahari sudah mulai tenggelam. Bunyi azan magrib terdengar di indra pendengaran Tasya.
Tasya langsung bangkit dari duduknya dan menunju kamar mandi untuk berwudhu.
Selesai mengerjakan shalat magrib Tasya habiskan dengan membaca Al-Qur'an hingga isya.
☘☘☘
Matahari kembali menampakan sinarnya, burung-burung mulai berkicauan.
Hari ini hari libur, setiap hari libur Tasya akan bekerja di sebuah minimarket sebagai kasir.
Tasya sudah rapi dengan pakaiannya saat ini, dia menemui nenek Aisyah untuk pamit.
"Nek aku pamit, assalamualaikum" salam Tasya sambil mencium punggung tangan nenek Aisyah.
"Waalaikumsalam, hati-hati"
Tasya membalas dengan anggukan, dia keluar rumah dan mencari angkot yang lewat.
Tak berselang lama sebuah angkot muncul, Tasya melambaikan tangannya untuk menghentikan angkot tersebut.
Tasya masuk dan memilih duduk paling pojok. Sekitar sepuluh menit di dalam angkot akhirnya Tasya turun.
Di minimarket inilah Tasya bekerja. Sudah hampi satu tahun Tasya mengabdi di sini. Setiap Sabtu dan Minggu atau hari libur dia bekerja karena sudah meminta izin kepada atasannya bahwa dia hanya bisa hari libur saja, sedangkan shif malam dia tidak ada karena tidak diizinkan neneknya dan atasannya pun bisa memakluminya.
Tasya berusaha menjadi orang yang tidak pendiam di sini. Hari ini banyak pelanggan yang berdatangan mungkin karena hari libur.
Hingga hari menjelang sore Tasya pulang dan akan digantikan dengan lain.
Seperti biasa Tasya sedang mengunggu angkot untuk pulang. Sesampainya di rumah, neneknya sudah menunggu di depan rumah.
Tasya masuk ke dalam bersama neneknya dan pamit masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Siang berganti dengan malam, saat ini Tasya sedang duduk di meja makan sambil memikirkan kejadian beberapa tahun silam. Dimana dirinya mendengar sendiri kata cerai yang diucapkan ayahnya kepada ibunya. Kejadian yang tak pernah hilang dari pikirannya. Terkadang Tasya juga berfikir kenapa kajadian itu harus dia yang mengalami.
Flash back
"Sudahlah Dini lebih baik kita hidup masing-masing saja. Aku sudah lelah terus bertengkar seperti ini" kata Wahyu, papa Tasya saat itu.
"Ku mohon mas jangan, kasihan Tasya dia masih kecil, dia perlu kita" jawab Dini, mama Tasya sambil menangis.
"Keputusanku sudah bulat, hari ini aku menceraikanmu" kata Wahyu sambil menjauh dari ruang tamu.
"Mas ku mohon jangan, cabut kata-kata itu. Mas, mas"
Sedangkan sikecil Tasya sedang bersembunyi di balik dinding sambil menangis tapi tak berani menampakkan diri, dan dia mendengar dengar telinganya sendiri kata cerai itu. Walaupun dia masih berusih delapan tahun, tapi dia sudah mengerti apa maksud dari kata itu.
Potongan kisah itu selalu tergiang di ingatan Tasya. Kisah masalalu yang kelam, hingga kini Tasya tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya.
Nenek Aisyah yang melihat cucunya melamun pun segera menghampirinya.
"Tasya kok ngelamun, ayo habiskan makananmu" kata nenek Aisyah sambil menepuk bahu Tasya.
Karena merasa bahunya dipegang, Tasya akhirnya tersadar.
"Kenapa nek?" Tanya balik Tasya.
"Kenapa kamu ngelamun, lagi mikirin apa?"
"Nggak papa kok nek"
Typo bertebaran
Semoga suka sama ceritanya😊
Vote dan komen30.09.19
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Harapan
General FictionTasya Mulia Ratih seorang perempuan yang mengalami lika liku hidup yang cukup sulit. Di saat Tasya berumur 8 tahun kedua orang tuanya berpisah, dan dia dititipkan kepada neneknya hingga sekarang sudah berusia 16 tahun. Semenjak kedua orang tuanya be...