Chapter 2

1.3K 215 77
                                    

~Happy reading~

.

.

.

.

Come come Kitty Kitty. You're so pretty pretty. Don't go Kitty Kitty. Stay with me. Come come Kitty Kitty. You're so silly silly. Don't go Kitty Kitty. Play with me. Kawaii! Hello Kitty, hello Kitty. Hello Kitty, you're so pretty. Hello Kitty, hello Kitty. Hello Kitty, you're so silly. Wake up, got a secret!

Jungkook mengerang. What the fuck? 

Mingyu sialan. Pasti dia yang mengutak-atik pengaturan. Tidak mungkin Jungkook memilih lagu jelek itu sebagai nada dering. 

Dia bergeser sedikit dari bantal, memicingkan mata tertimpa cahaya terang dari jendela. Kepalanya berdenyut-denyut efek menenggak alkohol dalam jumlah banyak. 

Jungkook menutup kembali mata, mengulurkan tangan ke bawah bantal mencari-cari ponsel yang berguncang hebat dan berteriak secara membabi buta. Siapa sih yang nelpon jam segini? Ini kan Sabtu for fuck sake!

Jungkook menekan lambang silent tanpa melihat siapa si penelpon. Lalu kembali memejamkan mata. 

Tidak sampai tiga puluh detik kemudian, gempa bumi kecil di bawah bantalnya disertai volume melengking lagu Hello Kitty by Avril Lavigne kembali mengusik telinganya.

Mina sako arigato! Kawaii!
Mina sako arigato! Kawaii!
Kawaii!
Kawaii!
Kawaii!
Kawaii!
Kawaiiii!

Sialan, sial, sial! Diaaam! Hentikaaan! Jungkook menggapai-gapai ponsel keparat itu kemudian mengintip ke layar melalui rambutnya. Dia meniup untaian kusut yang melintang di depan matanya, mencoba menyingkirkan rambut-rambut itu dari penglihatan. Kenapa rambutnya jadi liar begini? Masa tumbuh pesat dalam waktu semalam? 

Jungkook memicingkan mata ke layar, melihat nama ID penelepon.

Tidak ada nama. Dari nomer tak dikenal. Siapa sih? 

Karena penasaran, dia menjawab panggilan ngotot itu.

"Halo?" ucap Jungkook dengan nada mengantuk, entah kenapa suaranya terdengar jauh lebih buruk dan cempreng daripada biasanya.

"Oh Tuhan, terima kasih, puji Tuhan yang maha baik, tolong bilang padaku... apa ini Jeon Jungkook?" Terdengar suara dalam seorang pria di seberang sana.

Jungkook mengerutkan kening. Suara itu terdengar familiar, Jungkook pernah mendengarnya, tapi nyawanya masih belum terkumpul untuk menebak pemiliknya.

"Siapa... siapa ini?" tantang Jungkook, suaranya lagi-lagi terdengar aneh. Dia berdehem berusaha membersihkan tenggorokannya, menggunakan tangannya yang bebas dia berguling ke posisi duduk.

"Bisa bantu aku? Please... Jeon Jungkook-shii. Lakukan sekarang." Suara itu mendesaknya. "Seharusnya ada cermin tepat di sebelah kiri. Kenapa kau tidak melihat-lihat sebentar... intip sebentar saja... ada apa dengan cermin itu?"

Jungkook mengerutkan alis, bingung orang asing ini ngomong apa, pagi-pagi menyuruhnya bercermin. 

Dia terpaksa menoleh, untuk pertama kalinya sadar warna cat lavender lembut di tembok yang sangat kontras dengan tembok abu-abu kamar miliknya. 

Terguncang, Jungkook membiarkan pandangannya jatuh ke karpet warna krem ​​yang menutupi lantai biasa, tidak mirip lantai kayu di kamarnya, tatapan Jungkook lanjut ke meja rias putih, di atasnya berserakan perhiasan dan produk-produk makeup punya cewek. 

You Are Me [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang