Gue tersentak saat denger berita itu. Ridwan tuh ya bener-bener...
Dia tuh paham ga sih perasaan gue kayak gimana, yang jadian siapa coba anjer? Kenapa buat berita hoax macam ini sih?
Dia ga suka lihat gue menel ke Kak Gio? Ga suka gue deket sama Rafandhan? Ga suka lihat gue ketawa-ketiwi sama Kalandra? Ga suka lihat gue deket sama Jeka? Atau dia bikin berita gini supaya Flora menjauh?
KENAPA SIH ANJER TUH ANAK, GREGET SENDIRI GUE HERAN DEH!
"Dan!" Gue yang ngelamun mengerjap sesaat. Ini gue tadi sebenarnya ngelamun apa mimpi sih?
Semoga aja gue cuma mimpi kalau Ridwan katanya udah jadian sama gue.
Gue menoleh ke sumber suara, Jovanka sedang berdiri diambang pintu dengan tas yang ia selempang kan.
"Apaan dah?" tanya gue sambil beres-beres. Baru sadar kalau sudah saatnya pulang sekolah.
Jovanka mengangkat alis, "bangun tidur lo? Udah di tungguin pacar noh."
Gue membatu begitu aja, dengan pelan gue menoleh pada Jovanka, "pacar gue? Emang gue ada pacar?" tanya gue hati-hati.
Di sana gue bisa lihat kalau Jovanka membuang nafas berat, "lo tuh sebenarnya bangun tidur apa habis kena amnesia? Ridwan! Nih pacar lo manja, minta di jemput!"
"He woy anjir! Siapa yang manja bangke!"
APA-APAAN ITU JOVANKA!
SIAPA YANG PACARNYA RIDWAN SIAPA?
Gue udah berdiri, tapi saat gue baru saja melangkah menuju pintu, Ridwan mendadak sudah ada di sana.
Dengan tas yang ia taruh di pundak kiri dengan tangan kanan ia masukkan ke kantong celana.
Ya Allah ganteng banget.
"Woy malah ngelamun," katanya yang sukses membuat gue kaget. Gue beberapa kali mengerjap kan mata, ini gue beneran ga mimpi kan?
"Lo ngapain disini?"
Ridwan yang sebelumnya main hape jadi menoleh seutuhnya ke gue, "ya jemput kamu lah, ngapain lagi?"
Tunggu, apa tadi dia bilang?
Kamu?
INI GUE GA SALAH DENGER KAN?
Gue mengerjap kaget, "bukannya lo ada rapat?" tanya gue memastikan bahwa ini benar-benar Ridwan. Karena setau gue, hari ini dia ada rapat setelah pulang sekolah.
Tapi, bukannya menjawab, dia malah maju mendekat ke arah gue.
Semakin dekat dan akhirnya dia berhenti di depan gue, kejadian selanjutnya adalah dia ngegandeng tangan gue.
Oke, gue ralat.
DIA ITU NGENGGAM TANGAN GUE SAMBIL GUE DI GANDENG KELUAR KELAS.
"Iya nanti rapat, tapi ngenter kamu pulang dulu, terus bisa ga sih, jangan pakai gue-lo, aku-kamu kek," katanya tanpa melihat gue. Lah ini tuh lo ngomong sama siapa Ridwan, sama hape lo?
"Lagi balas chatnya Jeka, gausah cemburu gitu," katanya sambil melirik ke arah gue.
LAH YANG CEMBURU SIAPA ANJER?
Gue menggerutu dalam hati, "lagian ngapain sih gandeng gue, emang mau nyebrang? Ini disekolah ya Rid!"
"Iya disekolah tau aku, he ga boleh lo-gue, aku-kamu."
"Ck Rid, ngapain gue di —"
"Aku, bukan gue."
Lama-lama gue bakar juga ya lo, "hadehhh, kamu ngapain gandeng aku? Aku bukan anak kecil ya."
"Kenapa sih? Kamu ga mau di gandeng pacar sendiri?" jawabnya enteng sambil melihat gue.
Gue yang mendengar itu membulatkan mata total, "idiiihhh sejak kapan aku jadi pacar kamu?"
Ridwan mengangkat alis, "sejak tadi pagi aku siarin."
Gue sukses mendelik total lagi, dan saat gue mau ngomel-ngomel ke dia tiba-tiba saja ada Flora yang datang.
Entah keberanian darimana, secara otomatis gue mengerat kan genggaman tangan Ridwan.
Ridwan melihat Flora santai, "kenapa Flo?"
Flora awalnya nampak bingung saat melihat tangan Ridwan yang menggandeng tangan gue, dan beberapa saat ia melihat gue dari atas sampai bawah.
"Kamu mau pulang?"
EKHM KAMU GAES.
Ridwan mengangguk singkat, "iya gue mau pulang."
"Aku nebeng boleh?"
"UHUK!"
Spontan Ridwan serta Flora langsung memusatkan pandangan mereka ke arah gue. Gue yang bingung hanya bisa cengengesan aja, diem di samping Ridwan.
Ridwan memandang Flora lagi, "sori gue ga bisa, mau nganter pacar pulang," katanya sambil melirik ke arah gue yang dimana araj pandang Flora ikut tertuju pada gue.
Gue hanya bisa tersenyum kikuk, melihat wajah Flora yang kaget tiba-tiba.
"Oh, jadi berita tadi bener, ku kira cuma hoax, em kalau gitu maaf ya udah ganggu, duluan ya Danita."
Gue yang di sapa secara tiba-tiba kaget, "Eh iya hati-hati," jawab gue sekenanya.
Ridwan memandang kepergian Flora dengan tatapan tak terbaca yang kemudian disusul helaan nafas berat.
"Kenapa?"
Ridwan tersentak saat gue bicara gitu, "engga, udah ayo pulang."
Kita kembali melangkah dan dia masih menggenggam tangan gue sampai kita menaiki motor.
A/n.
Iya sana ambil saja Ridwan, aku mah sama Bang Agus :)
Jangan lupa vote! Bantu gue naikkin cerita ini kalau kalian suka ya :)

KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPS 1 ( TAMAT )
أدب المراهقين[ S E L E S A I] Series of DC Highschool 11 IPS 1 bukanlah kelas yang banyak diceritakan seperti kelas-kelas lain. Kelas pojokan di koridor lantai dua ini seakan punya dunia sendiri. Dijuluki kelas aneh dan yang paling beda di seluruh penjuru DC Hi...