Part 5

758 39 14
                                    

Garuda Nusantara Schools

"Hmmm, emang bapak kenal saya dimana ya pak, siapa tahu saya pernah satu sekolahan sama bapak di MAN Darussalam Ciamis." kata pak Algi yang agak keheranan, kenapa pak Bambang bisa tahu watak dan sifat dia pada zaman sekolahnya dulu.

"Maaf pak, saya permisi dulu, salam buat istri, eh lebih tepatnya mantan istri anda ya pak" ucapan pak Bambang makin membuat dia penasaran.

"Ya sudah anak-anak pertemuan nya sampai sini saja, sampai jumpa hari sabtu. David Maulana pimpin do'a penutupan" kata pak Algi, dengan nada yang agak aneh.

Valeron POV

Ya allah, kenapa harus daddy yang jadi pelatih sepak bola ku? Bukannya kata mommy daddy gak suka sepak bola, kenapa dia jadi pelatih GarMud 😭😭😭😭. Pasti daddy bakal ngeluarin aku dari sepak bola, seperti yang daddy lakukan kepada kak Bagas Adi Nugroho, kak Ahmad Zia Kenzio Ramadhan, kak Hanis Saghara Putra dan kak Alvin Saghara Putra, sekarang tinggal aku, kak Andra dan kak Ernando yang siap-siap di larang oleh dia.

"Nih, lap air mata kamu. Cowok kok nangis di jalanan sih? Apa lagi kamu anak GarNuSchool, och iya kenalin nama aku Adinda Zahra. Aku bersekolah di Merah Putih School, och iya wajah mu mirip pak Algi pelatih lama di sekolahku deh. Apa jangan-jangan kamu anaknya pak Algi yang di jauhkan oleh mantan istrinya ya?" Kata Zahra panjang kali lebar, kenapa dia tahu kalo aku anak dari daddy Algi. Bahkan dia juga tahu kalo aku di jauhkan oleh mommy dari daddy.

"Hmmm, aku gak nangis kok cuma kelilipan doang. Massa cowok nangis sih, gak banget tahu. Och iya kenalin nama aku----" Ucapan ku dia potong seenaknya, bikin pengen jambak hijab dia aja deh nih tangan.

"Muhamad Valeron kan?? Anak diklat Persib Bandung, yang berdomisili Palembang dan di asuh oleh neneknya sehingga ke hasut oleh ucapan mommy nya kan? Jangan tanya kenapa aku bisa tahu, karena aku adalah sahabat SD mu di Palembang, terakhir kita ketemu pas aku kelas 3 SD." Ucapan Zahra mengingatkan aku pada Ara, sebelum aku sempat bicara dengan dia, dia udah berlalu dengan jalan cepatnya dia. Ya allah pertemukanlah lagi aku dan dirinya, setelah itu aku mulai jalan lagi menuju rumah yang kami tempati ber-7. Sayangnya sekarang hanya tinggal kita ber-5 saja, soalnya kak Bagas Adi dan kak Saghara udah di memiliki klub di tempat yang berbeda provinsi. Setelah aku sampai dirumah, aku baru ingat kalo kunci rumah ada di kak Andra dan kunci cadangannya dibawa kak Alvin sama kak Zia ke Bandung, bego kamu Ver, kamu lebih bego dari Rangga teman sekelas kamu. Aku terus mengacak-ngacak rambutku sampai aku tertidur di depan pintu. Aku terbangun karena dibangunkan oleh kak Ernando dan kak Andra, kalo gak salah pukul 17:45.

"Dek, kamu ngapain tidur di depan pintu? Kak Alvin dan kak Zia mana? Kok rumah sepi sih dek" kak Ernando terus aja bicara, seperti nenek-nenek aja yang kalo khawatir suka nyerocos kagak jelas hahahaha, maafkan aku kak Nando.

"Dih, ditanya malah cengengesan sendiri. Bang Andra lihat kelakuan adek mu yang bungsu ini. Setan apa yang merasukimu dek hingga kau tawa sendiri tanpa alasan yang jelas ngeri aku tuh" Ucapan kak Ernando membuat aku makin ketawa kencang, sekencang Valentino Rossi wkwkwkwk, kak Andra aja cuma geleng-geleng kepala lihat kelakuan kak Ernando.

"Eh, kak Andra, kak Nando tadi aku ketemu sama Ara teman SD aku di Palembang. Massa dia bilang aku kena hasutan mommy dan nenek tentang daddy ya!!  Itu kan gak mungkin banget, sudah jelas-jelas kak Bagas dan kak Saghara di larang main sepak bola oleh daddy." ucap aku panjang, tapi cuma dibalas senyuman manis oleh kak Andra dan kak Nando sambil mengacak rambut basah ku. Aku sebenarnya gak mandi, tapi cuma bahasahin rambut doang biar meyakinkan kak Andra aja wkwkwk, sebelum aku lanjut cerita. Kak Bagas langsung nyelonong masuk, tanpa baca salam. Nah dari situ lah kak Andra mulai nyindir.

"Perasaan kakak ada orang yang masuk deh, tapi kok gak ngucapin salam ya? Apa minta di bilangin daddy nih!!" Ucapan kak Andra membuat aku jadi bingung, kenapa kak Andra bawa-bawa daddy ya? Trus kak Bagas nyaut.

"Assalamualaikum, adek-adek nya mas yang ganteng-ganteng bak pangeran yang jatuh ke got. Ndra berarti kamu udah nerima daddy ya?? Hayo ngaku, kok kamu bisa tahu kalo mas takut sama daddy?" Ucapan mas Bagas juga membuat aku agak kesal.

"Wa'alaikumussalam mas Bagas, hmm itu daddy yang bilang. Kalo mas main ke kerumahnya itu gak pernah baca salam, sehingga daddy marah-marah sambil ngeluarin hadits shahih orang yang gak baca salam saat memasuki ruangan." loh bukannya daddy ngelarang kak Bagas main bola ya? Kok daddy bisa, biasa-biasa aja ya saat kak Bagas datang kerumah nya? Aku tanya langsung akh siapa tahu mas Bagas bakalan ngasih tahu.

"Mas Bagas, bukannya mommy bilang Mas gak boleh main sepak bola ya sama daddy?" bukannya di jawab, pertanyaan aku malah diketawain kak Andra dan mas Bagas padahal mah gak ada yang lucu. Sehingga membuat aku dan kak Ernando saling tatap kebingungan.

"Kata-kata mommy jangan di dengerin, daddy gak pernah ngelarang mas jadi pemain sepak bola loh dek. Malahan daddy yang nyuruh mas masuk sekolah sepak bola, kalo dia gak suka sepak bola, dia gak mungkin jadi pelatih Diklat Persebaya u-16 tahun 2010 kali dek. Jadi jangan terus percaya ucapan nenek dan mommy." berarti ucapan Ara benar, kalo aku hanya dihasut oleh mommy dan nenek, biar aku gak dekat-dekat sama daddy. Daddy maafkan Veron ya dad

TBC

Kegilaan Timnas U-18 dan Timnas U-15Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang