Permulaan

8 2 2
                                    

Aku memejamkan mataku sejenak, namun saat aku membuka mata. " Dimana aku ?" Tak masuk akal. Yang kulihat hanyalah Nino. Bingung sekali, " Apa yang harus kukatakan ?" Pikirku bimbang sekaligus takut. Dia hanya diam memandang ke arahku tanpa mengeluarkan satu katapun dari mulutnya. "Hei, sekarang kita dimana ?" kataku.

" Kau beruntung. " Katanya sambil tersenyum, setelah itu iya pergi meninggalkan ruangan. Tak lama Kak Bima datang, rautnya tampak sangat khawatir. Aku langsung mencoba menenangkannya " Aku tidak apa apa  kak, memang sebenarnya apa yang terjadi ? Seingatku tadi aku hanya memejamkan mata sejenak mengapa aku tiba tiba disini ?" kataku.

" Kamu pingsan." Kata Kak Bima. Aku terkejut karena ini merupakan pertama kalinya aku pingsan. Melihat kondisiku Kak Bima juga panik dan dia tidak mengizinkanku untuk mengikuti acara lagi. " Aku tidak apa apa kak, bagaimana dengan timku ? Nanti pasti kekurangan orang kan kak ?" Kataku heran. " Sudah kamu istirahat saja, nanti biar kakak yang urus." Sambil meninggalkan ruangan.

Jenuh sekali pikirku. Tak tahan, akhirnya aku memutuskan untuk membantah perintah Kak Bima dan aku berniat untuk kembali mengikuti acara. Baru saja aku menginjakkan kakiku dilantai, rasanya pusing sekali.  Tak kuat menahan beban tubuhku, lemas sekali. Namun tiba tiba ada seorang pria tampan, dia langsung menangkapku dan mengangkatku kembali ke ranjang.

" Siapa dia ?" Pikiriku dalam hati. " Kau tidak apa apa ? Mengapa kau memaksakan diri sih ?" katanya. " Ah aku tidak apa apa hanya sedikit lemas saja." Pria itu langsung melepas sweater hitamnya dan memberikannya padaku " Ini pakai saja dulu. " Seketika aku langsung Gugup.

" Te.. te.. terimakasih. " Jawabku. Lalu dia hanya tersenyum " Istirahatlah." Sambil meninggalkan ruangan. " Ah.. Bodohnya aku, karena gugup aku lupa menanyakan namanya lalu bagaimana aku akan mengembalikan sweaternya ?" Pikirku dalam hati. Tak terasa hari sudah senja, Kak Bima menjemputku dan mengantarku pulang.

Namun karena masih khawatir, akhirya kami memutuskan untuk memeriksa ke rumah sakit. Ternyata  fonis dokter, aku mengidap penyakit vertigo. " Ah.. Menyusahkan sekali diriku ini." Penuh dengan penyesalan sambil kembali ke parkiran. " Makanya jangan kecapekan." Kata Kak Bima kesal.

Selama perjalanan kami tidak berbicara banyak, mungkin juga karena kami jarang bertemu dan suasana terasa janggal. Sesampainya di rumah aku mengajak Kak Bima masuk kedalam, Kak Bima pun masuk kedalam. Namun karena terlalu lelah Kak Bima memutuskan untuk bermalam di rumahku. Orangtua ku sedang keluar kota, " Ya, lumayan lah ada Kak Bima, jadi rumah ga berasa sepi sepi amat." Pikirku.

Keesokan harinya, kami ngampus. Sesampainya di kampus, Elma langsung berlari menghampiriku dengan wajah panik. " Lu ga tau? " katanya panik. " Tau apa ?" Aku pun bingung. Lalu Elma langsung menyodorkan handphonenya " Nih."

Siapa sangka semalam ada paparazi disekitar rumahku. Ya, itu fotoku dengan Kak Bima yang sedang masuk kerumah ku, dengan disertai caption " Waw.. sungguh aneh tapi nyata. Ps. tampang alim ternyata gercep juga." Begitulah isi captionnya. Terkejut melihat postingan tersebut, aku pun berlari namun sebenarnya aku tidak tau kemana tujuanku.

Tak sengaja aku menabrak Nino, " Maaf." Kataku. Nino langsung melihat wajahku dan menarik tanganku. " Sudahlah itu hanya gossip sementara, aku akan melindungimu." Mendengar kata kata Nino, entah kenapa hatiku langsung tenang. " Terimakasih Nino." Kataku lembut.

Setelah kejadian tersebut, hubungan kami semakin dekat. Selalu bersama bagaikan ayam dengan induknya. Melihat hubungan kami yang semakin dekat, Elma tidak tahan dan meluruskan segalanya. " Udahlah Nas, lu ga usah deket sama si Nino lagi, dia tuh aneh. Lu gatau semua orang sekarang juga mikir kalo lu tuh udah kepelet sama dia, lu juga dikatain JSA tau. "Dengan nada tegas. " JSA ?" kataku bingung. " Iya, Jodoh Si Aneh." kata Elma kesal.

Aku memang sudah menyadarinya, tapi aku juga meluruskan pada Elma bahwa aku nyaman didekat Nino. Seakan dia sudah menggantikan Kak Bima yang sekarang mulai menjauh dariku, karena aku bergaul dengan Nino. "Aku juga bingung El, gimana ya ? disatu sisi aku merasa nyaman tapi disatu sisi aku juga gak mau dijauhi oleh teman teman sekampus." Kataku. " Yaudah makanya jauhin aja, lagian gua denger denger banyak juga kok cowok yang suka sama lu. " Tambah Elma.

Namun siapa sangka Nino mendengar semua pembicaraan kami tanpa sepengetahuanku. Setiap kali aku bertemu dan menyapanya dia selalu berpaling. Namun apa peduliku awalnya pikirku. Akhirnya entah bagaimana status hubungan kami, rasanya seperti bermusuhan namun tetap berteman.

C H A N G E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang