Normal kembali

3 1 0
                                    

Dengan keadaanku yang masih belum pulih secara total, aku memaksakan diri untuk pergi ke kampus. Bibi berkali kali memperingatiku dengan kondisiku yang seperti ini, sebaiknya aku beristirahat saja sementara dirumah. Namun aku merasa kehadiranku dirumah membuat mentalku semakin down, melihat keadaan ibu yang tiada kemajuan setiap harinya. Baru saja aku menapakkan kakiku keluar rumah, kepalaku terasa sangat pusing karena sinar matahari yang begitu menyengat. 

Akhirnya tak bisa memaksakan diri pula, aku beristirahat dirumah. Sambil memanfaatkan waktu luang, aku mencoba mencari pekerjaan part-time di internet. Tak lama ada yang mengetuk pintu kamarku. " Masuk!" Kataku membalas ketukan itu. 

Bibi berkata bahwa ada temanku yang mampir. Pikirku "Paling Elma." Ternyata tebakanku salah, ternyata itu adalah Rino. " Mau apa dia datang kesini?" Pikirku dalam hati.

" Tumben, kenapa Rin? " Kataku heran. Lalu ia hanya tersenyum, sambil menjulurkan tangannya yang menggenggam kantung plastik. Aku langsung menyuruh Rino masuk kedalam. "Duduk Rin! Mau minum apa ?" Tanyaku.

Ia tidak menjawabnya, namun raut mukanya nampak berubah. Perasaan takut dan khawatir sangat terlihat diwajahnya. " Emang sampe separah itu ya ?" tanya Rino sambil melihat perban dikepalaku. "Udah mendingan kok." Jawabku lembut.

Sesaat Rino terdiam, Kemudian " Pokoknya mulai sekarang gua bakal nganter lu." katanya lantang. " Ga mau!" kataku. Tanpa membalas jawabanku kemudian ia izin pulang.
Keesokan harinya aku memutuskan untuk ke kampus.

Namun saat sarapan, aku mendengar suara knalpot motor yang menggerung didepan rumah. " Siapa si? pagi - pagi begini!" kataku kesal. Saat kulihat keluar, ternyata itu motor Rino. Karena dari awal aku sudah menolak tumpangannya, akhirnya aku memutuskan untuk lewat gerbang belakang.

Sesampainya di kampus, Aku langsung gerak cepat menuju kelas, pikirku supaya tidak bertemu Rino. Beruntungnya diriku tidak bertemu dia. Setelah selesai kelas, kupikir akan kulakukan apa yang kulakukan tadi pagi. Apalah daya Rino sudah menunggu di depan kelas.

Aku berusaha mengendap - endap,
"Yes Berhasil lolos." Pikirku senang. Tak lama ada yang menahan tasku,
"Mau kabur ?" kata Rino lantang. "Mati aku!" Pikirku dalam hati. Dia langsung menarik tanganku.

Alhasil kami pulang bersama. Namun seperti kebiasaan Rino sejak pertama bertemu, ia mampir ke cafe favoritnya. Karena masih belum pulih total dan masih ada makanan pantang dari dokter, aku memutuskan untuk tidak memesan. Namun pikir Rino, aku sedang ngambek jadi aku tidak memesan makanan.

Sambil menunggu makanan, " Masih bete karena gua maksa pulang bareng?" katanya. " Ngga tuh." jawabku ketus. Ya begitulah obrolan singkat kami sebelum makan. Setelah  selesai makan aku meminta Rino untuk segera pulang, karena kondisi ibu yang masih belum pulih.

Setelah mengantarku Rino langsung pulang. " Makasih Rin." Kataku lembut. " Santai." katanya sambil menggas motornya. Rasa kesesakan kembali aku rasakan pedahal baru saja melihat rumah. Akhirnya aku masuk kedalam, langsung mengecek keadaan ibu.

Ibu sedang tidur, sedangkan bibi sedang pergi belanja. Asher belum pulang saat itu karena memang kelasku kali ini lebih cepat dari biasanya. Aku langsung membasuh tubuhku, minum obat, dan langsung istirahat. Saat itu jam 2 siang, aku sedang berada di kampus sedang menunggu grab yang ku pesan.

Tiba - tiba Nino menghampiriku, dan seketika aku berada di sebuah hutan. Dan kurasa aku berada di tengah hutan, karena pepohonan besar yang tumbuh disekitarku. " Kita dimana nin?" tanyaku takut. Namun dia hanya tersenyum, dan menarik tanganku. Entah kemana dia membawaku, sampai akhirnya aku melihat sebuah istana bagiku karena luas sekali dan bangunannya tersusun layaknya sebuah istana.

Kemudian Nino menarik tanganku menuju pintu masuk istana itu. " Eh Nino! Jangan asal masuk. kataku memperingatinya. Kembali dia hanya tersenyum, kemudian menarik tanganku sambil berjalan masuk ke pintu besar itu. Anehnya pintu itu terjaga dengan pengawal, namun saat kami berjalan masuk pengawal itu tidak mencegat kami dan pintu besar itu tak lama terbuka. " Apa dia bagian dari kerajaan ini ?" Pikirku bingung

C H A N G E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang