" Ternyata dia seorang pangeran"

3 1 0
                                    

Kemudian Nino tetap menarik tanganku, sambil berjalan masuk aku mencoba untuk melepaskan genggamannya " Jangan sampai pintu itu tertutup sebelum aku keluar." pikirku. Namun sangat sulit melepaskan gengamannya, semakin aku berusaha malah semakin keras genggaman itu. Sampai akhirnya aku melihat seorang wanita, cantik sekali layaknya seorang puteri. Saat kulihat Nino dia sedang tersenyum dengan wanita itu.

" Aku akan membantumu!" kata wanita itu sambil tersenyum kearahku. Tak sempat mengeluarkan kata - kata, kemudian aku terbangun. "Apa itu ?" pikirku. " Kenapa bisa ada Nino ?" Kemudian aku berjalan meuju kamar Asher untuk menceritakan mimpiku itu.

Namun Asher tak ada di kamarnya. Aku langsung mengecek ke kamar ibu, " Tidak ada?" Panik aku langsung naik motor dan pergi ke sekolah Ahser. Ku tanya satpam di depan sekolah, namun dia tidak melihat adikku. Aku mencoba telpon ke guru Asher, Bu Lina.

"Lho, bukannya Asher ada di rumah, hari ini dia tidak masuk sekolah." kata Bu Lina. "Mati aku." kataku dalam hati. Seketika kepalaku sakit sekali, tak dapat menahannya akhirnya aku terjatuh. Namun ada seseorang yang menangkapku.

Tak sempat melihat siapa dia, namun saat tersadar aku sudah di kamar. "Udah gua bilang kalau mau kemana, kabari aku." kata Rino. "Loh kok ada kamu ?" kataku bingung. Teringat kembali dengan Asher, aku langsung mengecek ke kamar Asher.

" Tidak ada ? kemana dia?" pikirku panik. " Lu ngapain sih ?" tanya Rino bingung. " Adikku ga ada Rin." kataku panik. "Lu tunggu gua cari." kata Rino sambil berlari meninggalkanku.

Aku langsung berlari menyusul Rino, " Aku ikut." kataku dengan suara keras. " Udah tunggu aja." kata Rino sambil menepuk bahuku. "Tidak aku mau ikut cari Asher!" kataku lantang. Karena memaksa akhirnya Rino menyetujuinya.

Sambil mencari aku mencoba menelpon Asher, tapi hpnya tidak aktif. Sampai mobil Rino terhenti, "Disana!" katanya. Panik aku langsung turun berlari menghampiri Asher. Aku langsung memeluknya, " Kamu kemana aja si ?" kataku khawatir.

"Kok cici ada disini?" kata Asher kaget. Aku langsung mengajaknya pulang. Sesampainya di rumah, seperti biasa Rino langsung pulang. "Makasih ya, kalo ga ada kamu mungkin adikku gatau deh kemana." kataku pada Rino. " santai." katanya sambil masuk mobil.

Aku langsung menanyakan kejadian sebenarnya pada Asher. Namun dia tak banyak bicara, dan yang ku dengar dan ku rasa Asher bohong. " Ada yang ga beres nih." pikirku. Aku hanya mengiyakan apa yang dikatakan Asher saat itu, karena wajah Asher yang sudah menunujukkan wajah lelah.

Keesokannya Rino seperti biasa sudah menunggu di depan rumah. "Rin, kamu duluan aja deh. aku mau anter Asher ke sekolah." kataku. "Yaudah gua sekalian anter jga aja, kan kita mulai kelas juga bareng kan." katanya. " Gausah nanti kamu telat. Sekolah Asher jauh Rin." kataku menolak tawaran Rino.

"Ah udah santai aja." katanya. Akhirnya Rino ikut mengantar Asher. "Ci, kenapa sih ? aku gapapa kok." kata Asher menolak kami mengantarnya sekolah. "Gapapa, kangen aja nganterin kamu." kataku sambil tertawa kecil. Setelah mengantar Asher, aku dan Rino langsung pergi ke kampus.

Tiba tiba Nino menghampiriku, " Ikut aku!" katanya ketus. Rino langsung mencegat Nino. " Ngapain lo?" kata Rino ketus.  Nino tidak menghiraukan  Rino, dan tetap menarik tanganku.

C H A N G E Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang