Semua teman teman baruku seketika menjauhiku tanpa memberitahu alasan mereka. Kini hanya Elma yang mau bergaul denganku, sampai akhirnya, " Nas, kayaknya gua udah gak bisa main sama lu lagi deh. Sorry sis!" kata Elma dengan nada lembut. Aku mengerti mengapa Elma mengatakan hal itu, sebagai anak yang sangat mementingkan popularitas dan status tentunya dia tidak bisa bergaul denganku yang sekarang dekat dengan Nino. " Ya sudah gak apa apa ko El, aku ngerti." sambil mengulurkan tanganku.
Aku langsung meninggalkan Elma, air mata mulai berlinang di wajahku. Namun tiba tiba ada yang menutup mataku, baru saja aku mau menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang itu. Dia sudah melepaskan tangannya dari mataku, dan langsung memelukku, " Ceritakan. " Katanya berbisik di telingaku. " Apakah ini Nino ?" pikirku dalam hati.
Aku langsung melepaskan pelukan Nino, " Kok kamu bisa disini ? kamu menguntitku ya ?" Kataku penasaran. "Siapa yang berani membuatmu sedih ?" Kata Nino lembut. Mendengar kata kata Nino seakan semua kejadian yang baru terjadi dan menyakiti hatiku langsung lenyap begitu saja tanpa bekas. Tak mampu berkata aku hanya bisa terdiam dan merenung.
" Aku akan memberikanmu waktu, tapi bila ada apapun ceritakan saja padaku, ini kontakku." sambil memberi secarik kertas. " Terimakasih." Kataku lembut. Aku menahan rasa penasaranku, sampai akhirnya hari mulai senja. Aku hendak pulang, namun ditengah perjalananku ke parkiran segerombolan pria menghadangku." Si.. si.. apa kalian ? " Kataku takut.
" Ikut dengan kami!" dengan kasarnya mereka menarikku. Karena takut aku hanya mengikuti perintah mereka, sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pria tampan yang sempat aku temui waktu aku pingsan. " Si Pria Sweater." dalam hati. " Kamu ? " dengan nada penasaran. Dia hanya tersenyum.
Cepat - cepat aku mengeluarkan sweater miliknya, " Ini terimakasi ya. " Kataku dengan senyum kecil. " Kamu pulang sama siapa ?" kata si pria sweater. " Aku... anu.. naik angkot. " kataku malu. " Hah? angkot? hahaha emang masih jaman, yaudah sini aku antar ya. " Kata si pria sweater sambil menarik tanganku.
Aku tidak bisa berpaling dan hanya bisa menuruti ajakannya. Terkejutnya aku mobilnya sangat mewah. " Silahkan tuan puteri. " kata si pria sweater sambil tersenyum. " Romantisnya." Kataku dalam hati. Kami tidak langsung pulang, dia mengajakku makan di sebuah cafe lucu dan kuduga dia memang sering pergi kesini karena nampaknya ia sudah hafal semua menu di cafe itu.
" Oh iya, namamu siapa ? Aku belum tau namamu. " Kataku penasaran. "Oh iya haha sampai lupa, Rino." sambil mengulurkan tangannya. " Ohh.. aku ." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. " Annas kan, iya aku sudah tau." kata si pria sweater itu dengan lagak angkuh.
" Aneh." pikirku dalam hati. Mengapa dia tau namaku padahal aku tidak mengenakan tanda pengenal apapun. Tak lama makananku datang " tampak lezat." pikirku. Aku langsung menyantapnya, tapi sangking keasyikan makan aku tidak memperhatikan Rino.
"Loh! Rino kok ga makan ?" Kataku bingung. "Ngaa kamu aja, aku sudah makan tadi." sambil memainkan handphonenya. Setelah makan Rino mengantarku pulang. Sesampainya di rumah, layaknya seorang puteri dia membukakanku pintu. " Silahkan puteri cantik." katanya sambil tersenyum kecil.
"Terimakasih." Kataku membalas senyuman kecilnya. Ibu menghampiri kami, Rino langsung menyapa ibuku lalu dia pergi. Ya, seperti biasa ibu langsung penasaran pada Rino. Namun kali ini ibu langsung to the point, " Itu pacar kamu ?" sambil tersenyum.
"Ah, bukan bu teman itu teman." kataku sambil masuk ke dalam rumah. Aku berjalan masuk menuju kamarku namun anehnya aku masih tidak habis pikir dengan perilaku Rino padaku. " Siapa dia?" pikirku.
"Mengapa dia sangat baik padaku? Apa dia suka padaku?" Aku masih tidak habis pikir, mana mungkin pria seganteng dia bisa suka padaku.Seketika Asher masuk ke kamarku, tanpa berkata apapun. Semua pikiranku terhadap Rino langsung lenyap begitu saja. "Kenapa sher? Kok murung gitu mukanya?" kataku bingung. Lalu Asher memelukku dan mulai menceritakan segalanya. Diakhir ceritanya aku hanya bisa cekikan, padahal aku tau hal itu tak pantas aku tertawakan.
Apalagi dengan posisinya sebagai seorang pria. "Ci kenapa ketawa si!" Kata Asher kesal. "Iya iya maaf, yasudah mau diapakan lagi." Kataku masih tertawa kecil. Yang paling membuatku geli saat Asher menceritakan bahwa dia menyatakan perasaannya pada kakak kelasnya dengan surat yang ia titipkan pada teman kakak kelas itu dan temannya pikir itu adalah surat untuknya. Dan teman kakak kelas itu menyebarkan rumor tersebut pada teman temannya.
Masih tidak habis pikir dengan cerita Asher, aku tetap cekikikan. Merasa kesal akhirnya Asher keluar dari kamarku. "Sher.. tunggu haha." kataku sambil masih cekikikan. "Seperti sinetron saja." pikirku.
Tak lama muncul notif di handphoneku ternyata itu dari Elma. Isinya adalah foto chat yang berisi gossip teman - teman kampus. Terkejutnya diriku, ternyata selama ini walaupun aku tidak pernah mencari masalah aku tetap kena gossipan mereka. Aku tak dapat menahan diri dan langsung berlari menuju ruang makan.
"Yah! Bu! semua salah kalian, aku dibicarakan akhirnya oleh teman - teman kampusku karena ayah ga bisa mencukupi kebutuhanku. pokoknya sekarang juga ayah harus membelikan semua barang yang aku minta!" kataku kesal. Raut wajah ibu langsung berubah, rasanya seperti ingin memakanku. Namun lain dengan ayah " Iya nak maafin ayah ya, ini salah ayah. Iya kamu mau apa ayo kita beli sekarang ya nak." Kata ayah.
Kami langsung pergi ke mall tempat aku ingin membeli semua barang - barang mewah itu. Sesudah itu kami pulang dan aku langsung beristirahat tanpa berkata apapun pada ayah. Rasanya tidurku sangat nyenyak karena didukung dengan rasa senang. Namun bodohnya aku itu adalah saat terakhir aku melihat senyuman ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
C H A N G E
FantasySeorang perempuan yang baru memasuki masa perkuliahan, merasa sangat tertekan karena life style yang berbeda drastis dengan masa SMAnya. Sampai akhirnya kisah hidupnya menjadi semakin rumit dengan kematian ayahnya dan ibunya yang harus menjadi tulan...