#3

48 5 0
                                    

Menahannya dalam diam
Menangis saat hujan
Menyamarkan air mata kesedihan
Melampiaskan semua yang terpendam pada hujan



















Byurr...

"Bangun bodoh!!"pekik Tata dan melemparkan ember ke arah Emma.

Emma terlonjak kaget dan menggigil karena di siram air ember.dengan terpaksa ia bangun menatap Tata yang melototinya sembari berkacak pinggang.

"Cepat bersihkan rumah dan masakkan sesuatu!!hari ini kita akan kedatangan tamu."perintah Tata dengan judes.

"Baiklah"jawab Emma dengan dingin.

"Ahh...yahh.."ucap Tata menggantung kalimatnya.ia menampakkan senyum liciknya membuat Emma paham apa yang ia maksud.

"Kau harus bersiap."ucap Tata sembari pergi membuat Emma mengerutkan dahinya.

Emma berjalan ke kamar mandi dengan tatapan kosong.ia masih memikirkan kata-kata Tata tadi."kau harus bersiap"kalimat itu masih setia menguasai otaknya.apa Tata mulai menyayanginya sehingga ia peduli padanya?.biasanya Tata tak peduli dengannya biarpun ia tidak bersiap dan masih menggunakan pakaian kotor pun Tata tak peduli.tapi baru saja Tata menyuruhnya bersiap.

10 menit kemudian Emma keluar kamar mandi,ia masih ragu.Emma menghela napas dan pergi ke dapur untuk memasak sesuatu.

Seperti biasa hanya suara penggorengan yang menemaninya.setelah lama ia berada di dapur akhirnya apa yang ia pakukan terselesaikan.ia

Dikamar Emma membuka lemarinya memilih pakaian terbaiknya."mungkin maksud kata 'bersiap' bukan bersiap untuk mengikuti acara itu tapi bersiap menerima luka dan siksaan yang menghibur mereka"pikirnya.

Emma memakai pakaian terbaiknya yaitu dress selutut berwarna putih dengan bunga-bunga kecil berwarna kuning yang memutari pinggangnya.rambutnya dikuncir kuda membiarkan wajah cantiknya terlihat.

Emma menyelipkan pisau kecil di rambutnya,pisau itu sangat kecil seperti mainan tetapi ketajamannya tidak bisa diremehkan.ia memakai penjepit rambut berbentuk bunga kecil berwarna kuning yang sama dengan bunga kecil berwarna kuning di dressnya.ia menjepitkan penjepit rambutnya di ganggang kecil pisaunya agar tak terlihat.

Didepan cermin ia melihat bayangannya yang terlihat cantik dan manis,kulitnya yang putih dan mulus,alisnya yang tebal,bibirnya yang berwarna merah mudah membuat ia tampak cantik dan manis tetapi matanya...terlihat amarah,dendam,dan kebencian disana.

Terdengar suara orang di lantai bawah.seperinya tamunya sudah datang.Emma berjalan keluar kamarnya dan berhenti di ujung tangga.disana ia melihat tamu yang berbincang-bincang sesekali mereka tertawa.Emma tahu siapa tamunya.mereka adalah kerabat ibu tirinya.

"Sudah kuduga"desis Emma dan melangkahkan kakinya menuruni satu-persatu anak tangga.

Seluruh pasang mata menatap Emma.mereka menatap Emma dengan jijik tetapi Emma menghiraukannya.ia terus berjalan santai seakan tak ada orang lain selain dirinya.

Emma duduk di kursi makan bersama yang lainnya membuat semua orang disana meliriknya tajam seakan ingin memakannya.

"Apa-apa'an ini?mengapa jalang ini berani menduduki kursi kita?"bentak Liona sembari berdiri dari duduknya.

"Dasar tikus yang datang tak diundang".teriak Liona sembari menarik lengan Emma dan mendorongnya hingga jatuh.

Emma mengumpat saat ia didorong Liona hingga jatuh.ia melihat perut Liona yang sedikit buncit.pantas saja ia mudah marah.

"Dasar jalang murahan"hardik Liona dan melipat tanganya di dada.

Emma masih diam,ia menahan amarahnya yang sudah memuncak di ubun-ubun saat Liona mengatakan bahwa ia jalang murahan. Liona sangat miskin sehingga tak memiliki cermin untuk mengoreksi dirinya sendiri.Ia berpakaian ketat dan memperlihatkan belah dadanya.jadi disini siapa jalangnya?....

"Tata aku meminta ijin padamu untuk mengijinkanku menyiksanya.oh..aku lupa,aku tak perlu meminta ijin padamu karena sudah pasti kau akan mengijinkanku dengan senang hati."sinis Liona yang masih menatap Emma remeh.

Liona memukul kepala Emma hingga tersentak kebelakang.cincin besar dijarinya merobek bibir Emma.rasa darah memenuhi bibir Emma.

Mata kebencian menatap Emma dan Emma membalasnya tak kalah tajam seakan ia mengirim betapa kebenciannya pada Liona dan mereka tumbuh tak terukur.

"Pergilah kau dari sini!!melihatmu aku ingin muntah."sinis Liona menunjukkan wajah yang dibuat-buat.

Emma berdiri sembari mengusap bibirnya yang berdarah.ia berjalan menuju kamarnya.

Emma melangkahkan kakinya menuju balkon dan mengedarkan pandangannya melihat taman.disana ada Liona duduk di kursi taman sendirian.tak lama kemudian Emma tersenyum miring.



























!!heyy guyss...jangan lupa!!

#vote

#comen

#follow.

I HATE MYSELF!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang