6. Sebuah Rencana

17.3K 1.8K 59
                                    

PEPROMENO

CHAP 6

"Lo yakin, Bob?" Dengan rokok yang terselip di jari tangannya, Dery bertanya pada Bobby untuk memastikan seorang gadis yang keluar bersama Juna pada malam tahun baru kemarin.

Bobby mengangguk seraya menghembuskan asap mengepul dari bibirnya. "Yakin gue ... walaupun gue mabok, gue masih bisa ngelihat dengan jelas cewek yang Juna bawa keluar dari kamar ... sexy banget, bray."

"Temen adeknya kan itu, ya?" sambar Marcell.

"Yup ... gak nyangka gue kalo si Juna bakalan melepas keperjakaannya sama itu cewek. Harusnya dia berterima kasih sama gue, gara-gara tuh obat dia bisa ngejebol perawan." Seringai tipis tercetak jelas di bibir Bobby saat mengatakan itu. "Padahal gue gak masalah kalo dia mau kasih tuh cewek ke gue. Bekas, baru dipake sekali."

"Rapet banget pasti, Bob," ledek Dery yang menyulut gelak tawa di antara mereka.

"Ya iyalah Juna gak bakalan ngasih tuh cewek ke elo, dia mau make sendirian. Ya kali barang segel mau dibagi-bagi," timpal Marcell.

Bobby kembali menghisap batang rokok itu, lalu menghembuskan asapnya menjauh. Pikirannya melalang jauh pada tubuh molek Tita yang ia lihat kemarin malam di dalam rumah. Gadis itu benar-benar menggoda.

"Berengsek emang si Juna, kalo aja selama ini bukan dia yang suka traktir kita makan, gak masalah deh gue berantem sama dia. Seharusnya udah gue tarik tuh cewek ke kamar." Dilemparnya batang rokok yang tinggal sedikit itu ke tanah, lalu menginjaknya kesal.

Juna bagi mereka adalah tambang emas. Pesta tahun baru kemarin tidak akan semewah itu kalau bukan sumbangan dari uang Juna.

"Gue jadi penasaran kayak gimana sih bentuk ceweknya. Sebohay apa sampe si Bobby ngebet banget sama dia," celetuk Marcell sambil menguyah keripik kentangnya.

"Emang cantik, Bob?" tanya Dery penasaran.

Bobby tersenyum miring, menggusar rambutnya ke belakang. "Biasa aja."

"Biasa tapi bisa bikin lo horny? Basi lo, Bob!" sahut Dery.

"Ya ... gue cuma penasaran aja."

"Kalo gitu, kenapa gak lo samperin ke sekolahannya? Jemput dia, terus lo ajak jalan. Maen halus lah." Dery kembali berujar untuk memberi usul.

Marcell lalu menambahi. "Tahu, Bob. Usaha dong. Siapa sih cewek yang bisa nolak lo."

Niat Bobby mengajak tidur Tita semakin besar rasanya, apalagi setelah kedua temannya berhasil memanas-manasinya. "Lo berdua tahu dimana dia sekolah?"

Dery menggeleng. "Tanya Bima coba, dia kan tahu segalanya tentang Juna."

"Nah bener tuh," timpal Marcell.

Bobby tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Sejak kapan ia jadi senang bersusah payah untuk mengajak tidur seorang perempuan. Semenjak melihat Tita berdiri di dalam rumahnya, Bobby seperti ingin sekali memiliki tubuh gadis itu.

"Elo tahu dimana Bima sekarang?"

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Memang panjang umur cowok itu. Belum lama dibicarakan, motor Bima sudah melintas tepat di depan mata mereka. Cowok itu berhenti dan memarkirkan motornya di dalam parkiran kampus.

Tak lama kemudian Bima berjalan menghampiri Bobby dan kedua teman lainnya.

"Udah pada lama di sini?" tanya Bima seraya memberikan tos pada teman-temannya.

PEPROMENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang