11. Hancur

17.8K 2K 251
                                    

PEPROMENO

CHAP 11

Juna melangkah riang dengan wajah cerah di sepanjang koridor kampus. Kunci di tangannya pun di putar-putar dan bibirnya tidak berhenti bersiul menandakan kalau dirinya sedang merasa bahagia.

Tentu aksinya itu diamati oleh semua mahasiswa yang melintas di sekitar koridor. Ada yang berjengit jijik, ada juga yang memandangnya aneh. Tidak merasa terganggu, Juna malah semakin melepaskan senyuman mautnya pada semua orang. Hingga kemudian ia masuk ke dalam kelas, melihat Bima yang sedang duduk di kursinya.

"Hello my boyfriend..." sapanya pada Bima tanpa mengurangi senyuman di wajah.

Bima berjengit jijik, lalu menggeleng sembari melemparkan protes. "Kalo sampe ada yang denger, fix gue bakalan dibilang pacar lo, tai!"

"Elo kan emang boyfriend gue, Bim." Juna masih tersenyum semringah dan menghempaskan tubuhnya di sebelah Bima. "Hari ini cerah banget," ujarnya seraya merentangkan tangan.

Kedua alis Bima menukik tajam. Kepalanya sontak menoleh keluar jendela. Sumpah demi apapun, di luar sana sedang mendung dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Si bodoh ini lagi kemasukan setan apa sih?

Bima mendengus. "Gak kuliah sehari bisa bikin otak lo jatoh sampe ke laklakan, ya?"

Kemarin, seharian Juna tidak datang ke kampus. Biasanya cowok itu akan mengabari Bima dan menitipkan absensi padanya. Tapi tumben makhluk astral itu tidak mengabarinya dan tahu-tahu sudah datang ke kampus dengan wajah berbinar cerah.

"Dada gue berdebar mulu, Bim."

"Oh ... sekarang otak lo udah jatoh sampe paru-paru?"

Wajah Juna merengut. "Tayi banget ... gak bisa lihat temen seneng sedikit aja lo, Bim!"

"Seneng lo selalu menghasilkan masalah, Jun. Gue udah bisa nebak itu." Bima menutup ruang chatnya bersama Nadia. Jadi, sejak tadi ia sedang berbalas pesan dengan adiknya si manusia keparat itu. "Sekarang apa lagi?"

"Kurangin pikiran negatif di kelapa lo! Temen lagi seneng dibilang masalah!"

"Emang masalah ... terakhir lo seneng-seneng, elo berakhir dengan nidurin anak SMA berumur 17 tahun! Perlu gue sebut namanya biar lo inget?"

"Jahaaatttt ...," Juna memegangi dadanya seolah ucapan itu telak menusuk jantungnya. Tapi memang benar apa yang diucapkan Bima. "Gue balikan sama Arin."

Singkat, padat, dan tidak berisi. Pernyataan itu benar-benar membuat amarah Bima naik sampai ke ubun-ubun. Sumpah demi apapun, ia ingin sekali memukul kepala Juna saat ini.

"Nah kan ... belom ada semenit gue ngomong gitu, udah ada masalah lagi aja hidup lo!"

Dahi Juna merengut. "Dimana masalahnya sih, Bim?"

"Masih jelas ya, kemaren elo bilang mau pacaran sama Tita!" jelas Bima berapi-api.

"Kan gue bilang masih nyoba ... gue baru coba-coba, Bima, kalo Arin minta balikan ya gue lebih milih sama dia."

"Gila emang! Gue rasa otak lo udah terjun sampe ke lambung! Elo pernah mikir gak sih kalo Nadia gue gituin?"

"Kenapa jadi ke adek gue?"

Bima menunjuk wajah Juna. Raut wajahnya belum berubah, masih galak dan tajam. "Biar lo bisa mikir! Tita cewek, sama kayak adek lo! Kalo misalkan Nadia gue ajak tidur, terus gue suruh dia lupain semuanya, apa reaksi lo?"

PEPROMENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang