03 II Amanah

606 39 9
                                    

03 : Amanah

*****

Sejatinya tak ada yang abadi dalam dunia ini, tak ada kebahagiaan tanpa kesedihan. Semua akan merasakannya, bahkan saat hati berkata tak ingin. Terkadang memilih terlelap dalam dunia fiksi yang berbeda mampu menggugurkan kebimbangan hati, tapi tak semua gambaran dunia fiksi menjadi kebahagiaan abadi.

Pagi menjelang siang kala itu percakapan tiga insan terhenti di salah satu pihak. Ya, Anisa tertidur pulas mendengarkan cerita para ayah yang membuatnya terasa diberikan dongeng fantasi. Asyik, tapi suara ayah terlalu merdu di telinga Anisa.

Ia tertidur di sofa ruangan itu, tetapi Anisa terbangun secara tiba-tiba dengan linangan air mata yang sukses membasahi pipinya. Anisa tak terbayang akan memimpikan orang-orang yang bahkan tak ia kenali, ini untuk pertama kalinya dan sangat menyakitkan.

"Udah bangun nak?" tanya ayah.

Anisa tak bergeming, perkataan ayah pun seakan angin yang berlalu. Mimpi itu terasa sangat nyata.

"Anisa?" panggil ayah sedikit meninggikan oktaf suara.

Matanya seketika berkedip cepat dan segera ia mengusap air matanya. Anisa menyengir menatap ayah dan temannya secara bergantian dengan mata setengah sembab.

"M-maaf ayah, ahjussi Anisa melamun dan ketiduran," serunya sembari terkekeh.

Jong Soo dan ayah Anisa hanya menggeleng kepala, mereka tersenyum geli melihat tingkah kekanakan Anisa. Tetapi, reaksi mereka tak dihiraukan Anisa yang kembali sibuk melamun.

Setelahnya ia masih terpikirkan dengan mimpi itu, tak ia sangka akan memimpikan hal seperti itu. Sejenak ia berpikir mungkin akibat ia terobsesi dengan Drama Korea yang sangat menyakitkan jika harus berakhir sad ending.

"Mimpi yang aneh ... ."

*****

Bandung, 13 November 20xx

Enam hari berlalu begitu saja, teriknya mentari kali ini sedikit disertai dengan hawa penuh kesedihan bercampur bahagia. Entah harus bagaimana hati bertindak. Saat bahagia dapat mencapai impian, disisi lain ada kesedihan untuk meninggalkan kampung halaman.

Jadwal penerbangan hari ini tepat pada pukul 12.00 dari bandara kebanggaan Soekarno Hatta, Anisa menaiki mobil pribadi dari Bandung menuju Jakarta yang harus ditempuh selama dua jam. Ia berangkat bersama dengan Park Jong Soo yang berpulang ke negaranya sendiri-Korea Selatan.

Sebelumnya mereka bertiga telah berdiskusi tentang bagaimana Anisa tinggal disana, awalnya Anisa memilih untuk hidup sendiri. Namun, ayah meminta Park Jong Soo bersepakat menjadikan Anisa sebagai anak asuhnya. Keluarga Park itu sangat menerima keberadaan Anisa.

Pagi ini, Anisa telah menyiapkan perlengkapan untuk kepergiannya. Tak banyak hanya dua koper berukuran besar, jangan dilupakan satu tas ransel yang kini ia gendong. Ketika bersiap untuk pergi, langkahnya urung dan menikmati pemandangan rumahnya kembali. Seketika siluet kenangan dahulu terputar otomatis menjadi sebuah film pendek dalam imajinasinya.

Satu kata yang ingin ia ucapkan 'rindu'.

"Ayah, ibu jaga diri baik-baik ya," pintanya menyalimi ayah dan ibu.

Ibu dan ayah bergantian mencium kening Anisa, ia memejamkan matanya sejenak merasakan kembali hangat pelukan ibu yang seakan tak rela melepaskannya. Selain itu, Anisa kembali merenung menatap siluet bayangan masa kecilnya.

Then Again Loving ✔ [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang