11 II Kenyataan

284 25 14
                                    

11 : Kenyataan

"Jika ku  membenci, maka untuk apa bayangannya selalu hadir? aku belum siap untuk terluka lagi, sudah cukup aku tak ingin merasakan rasa ini untuk kedua kali."

*****

00:10 KST 

Malam dingin dan terang benderang bintang-bintang kecil menghiasi alam semesta yang tengah kesepian tanpa diselubungi berbagai kegiatan, semua lelap dalam mimpi tentang khayalan indah bahkan khayalan buruk. Pada waktu malam semalam ini. ralat.  Ini bukanlah malam melainkan pagi yang masih gelap, Anisa belum tertidur. Kegelisahan masih menjelma dalam tubuhnya. Mungkin ia tahu sebab, tapi tak ingin mengakui. 

"Ish ... apa karna tadi? Argh ... Ayolah, besok masih banyak tugas," keluhnya kesal. 

Anisa memutar bola matanya. "Mungkin kalau bukan karna manusia jelmaan batu itu, sekarang aku bisa tidur tenang ... Muka dia?!" Anisa terus merasa gusar terlebih terbayang wajah Hyun Sook. 

Disisi lain pada kamar Hyun Sook, pria itu duduk diambang pintu jendela sembari menyeruput kopi panas memandangi tempias-tempias embun yang sudah mulai melembabkan dedaunan. Malam dingin membuatnya kesulitan tidur, bukan itu saja yang mengganggu tidurnya melainkan kejadian yang terus terulang membuat pikirannya.

Ia beranjak meletakkan kopi panasnya. Lalu, merebahkan tubuhnya berusaha memejamkan mata, tapi tak bisa. 

"Tak bisakah aku istirahat sejenak? Berhentilah berpikir tentangnya," keluhnya menatap langit kamar.  

"Tak ada kata disukai atau pun menyukai, untuk terakhir kali dan selamanya."

Ucapan itulah penutup dari malam yang kelam berselimut kedinginan ini, keduanya masih menyimpan rasa untuk seseorang dan menolak untuk mencintai cinta yang baru bahkan tak akan pernah mereka sukai, namun kisah masih berlanjut. Entah apa yang terjadi dimasa depan harus mereka tanggung jawabkan antara ucapan mereka sekarang.

*****

Hari ini ku memohon pada-Mu, sungguh kemarin hari yang menyenangkan namun menyebalkan, tak ada kah hariku tanpa bertemu dengannya, tak ada kah hariku tanpa ada bayangannya. 

Karna dia aku hampir melupakan kewajibanku terhadap-Mu, aku tak tahu harus berbuat apa.

Kata-kata ini terlalu menyakiti hatiku, cukup bagiku berdiri sendiri mencari sosoknya yang tak kunjung kutemui. Cukup bagiku mengukir satu nama pada hatiku, aku tak ingin ada satu bahkan dua nama lagi terukir dalam hatiku, cukup sudah cukup untuk kemampuanku.

Biarkan harapan dahulu pupus, meskipun harus menyimpan luka lama.

*****

Seoul, 18 November 20xx

Pagi hari Anisa berangkat lebih awal. Ada jadwal penting yang harus diutamakan. Tak ada cukup semangat untuknya, tetapi senyuman harus tetap ada di wajahnya. Ia harus tetap pandai menutupi semuanya, terlebih penyakitnya yang cukup mematikan dalam waktu yang tak terduga. 

Dokter spesialis jantung Anisa menghubunginya untuk segera melakukan check up.  Pasti setiap pertemuan Anisa selalu tak siap, karena kegugupannya. Ia takut semakin sering konsultasi, semakin memburuk keadaannya. Namun, apa daya semua harus ia lakukan demi kesehatannya. 

"Eomeonim ... Aboenim ... Anisa berangkat ya." 

"Loh, kenapa pagi banget Anisa?" tanya Eomeonim 

"Hm ... Hari ini Anisa ada keperluan dengan teman eomeonim. Jadi, kita semua berangkat pagi agar tidak terhambat sebelum mahasiswa lain datang," alibinya sembari menyengir.

Then Again Loving ✔ [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang