07 II Dia Bahagiamu

374 27 0
                                    

07 : Dia Bahagiamu

*****

"Jadi ... aku dan eonni ...?" Anisa menatap heran seakan tak percaya bahwa dirinya berguna saat itu. Dirinya hanya berpikir bahwa semua yang ia lakukan terdengar aneh, hingga tanpa berbicara banyak dirinya pergi hari itu. Anisa mulai paham atas tulisan itu. Ia pun paham sebab dari tangisan Mi young kala itu. Hingga ia merasa hari itu memang Tuhan memintanya untuk berbuat lebih. 

Mi young merasa beruntung. Mengingat dirinya sosok terpandang, tak membuatnya jauh dari kata iri terhadap Anisa. Mesti ia sadar bahwa kini dirinya bisa bahagia tanpa harus merasakannya.

Semua bisa merasakan kebahagiaannya dan mulai menerima rasa bahagia itu.

"Bagaimana hari-harimu disini?" tanyanya.

"hm ... ba—" 

Decitan pintu menghentikannya. Seorang pria jangkung berdiri dihadapan ambang pintu. 

"Dia datang ... " ucap Anisa. 

Hyun Sook menatap punggung Anisa—kesal. "Ya! Apa yang kau lakukan?" tegurnya.

Anisa hanya tersenyum tipis memperhatikan Mi Young. Ia tahu persis Hyun Sook akan sangat membencinya, entah sebab apa Hyun Sook membencinya. Anisa hanya mencoba untuk sabar dan mengikhlaskan amarah Hyun Sook. 

"Eonni ... panggillah ...," ucap Anisa menurunkan oktaf suaranya.

"Ch-chagiya ...," rintih Mi Young sembari berusaha bangkit. 

Mi Young menggenggam erat tangan Anisa. Sedangkan Anisa sangat sabar membantunya bangkit untuk menemui Hyun Sook. "Gomawo ... Anisa-ssi ...," imbuhnya perlahan melepaskan genggaman Anisa. 

Ia hanya tersenyum menunduk dan kembali menatap Hyun Sook yang masih tak percaya dengan keajaiban yang Tuhan berikan.  Ini takdir yang indah untuk pasangan itu. Anisa hanya menatap hambar mengingatkannya pada skenario bersama seseorang dan senyuman itu berakhir saat dirinya pergi menghilang dari balik pintu kamar Mi Young.

"Dialah bahagiamu ... Hyun Sook."

⸙⸙⸙

Anisa pergi meninggalkan kedua sejoli itu. Senyum terlukis menghiasi kegundahannya, kini ia sadar bahwa akan ada bahagia yang didapatkan meskipun harus menoreh luka. Mi Young telah kembali pada pelukan sosok yang nyata mencintainya, ia memiliki keyakinan bahwa cinta datang karena terbiasa menerima luka. 

Perhatian beralih menatap orang tua asuhnya. Ia melihat tatapan khawatir keduanya, mengingat kepedihan yang ia dapatkan membuatnya mengenang kenangan lama. 

"Eomeonim ... Anisa ingin keluar dulu dan menunggu kalian di taman ... ," ucapnya.

Hanya anggukan dan elusan lembut sembari tersenyum sebagai balasannya.  Setelahnya, Anisa beranjak dan sepanjang perjalanan dirinya berusaha tegar melepaskan beban dihati, ia merasa cukup hari ini dilewati dengan banyak perkara. 

Tiba beberapa langkah berjalan. Ia berpapasan dengan seorang pria jangkung dan menatapnya dengan senyum kotak yang menampakkan deretan gigi putihnya. Anisa bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya.

"Apa ada yang salah? Ngapain senyum gitu?" 

*****

Anisa tiba di taman rumah sakit. Terlihat beberapa pasien tergoda oleh kenikmatan sejuk  diantara bunga-bunga. Sedangkan Anisa hanya tersenyum memandanginya, terkadang ingatan akan masa lalu selalu terulang di benaknya. Memang mengenang masa lalu sangatlah indah, tetapi berakhir pahit saat teringat perpisahannya. 

Pip ... Pip ... Pip ...

Jam itu berbunyi semakin cepat. 

Ketika jam itu berbunyi, maka sesuatu masalah mulai datang pada jantung Anisa. Nafasnya terikat dan sulit untuk mengendalikan perasaannya. Yang dapat dirinya lakukan hanya merogoh tas dan membuka beberapa obat-obatannya untuk kembali meminum hal yang tak pernah ia sukai. Penyakit sejak kecil yang tak pernah berhenti untuk sembuh sekalipun kesembuhan yang sementara. 

"Gwaenchana?" tanya seorang pria yang terduduk di sampingnya. 

Hampir saja Anisa menyemburkan apa yang sudah dirinya minum. Emosi yang tidak stabil hampir saja membuatnya menimbulkan amarah sebagai penyebab kerusuhan di rumah sakit. 

"K-kau siapa? Apa yang kau lakukan?" tanya Anisa ketus. 

"Dae Hwan imnida ... aku hanya ingin membantumu, kau terlihat kesakitan ...." 

Nada suara ramah pria itu tak membuat Anisa terkesima, tetapi yang ada hanya Anisa semakin tak bisa menahan emosinya. Terlebih jantungnya tak sedang baik-baik saja.  Anisa hanya bergumam sibuk mengatai pria dihadapannya sebagai sebutan pria aneh, padahal Korea bukan tempatnya orang mudah menyapa kepada orang asing. 

"Tidak perlu ... aku baik-baik saja," pungkasnya.  

Ia pergi meninggalkan Dae Hwan yang masih menatapnya tak percaya. Dae Hwan melihat sebuah perbedaan melihat sosok Anisa. Setelah dipikir banyak yang ingin bersamanya, tapi berbanding terbalik dengan Anisa. Entah karna alasan Anisa memang tak mengenal dirinya atau hanya gimmick belaka. 

Bukan tanpa sebab Dae Hwan mendekati Anisa, ada satu hal yang membuatnya penasaran sebelum ia menjenguk seseorang hari ini. 

"Kau tak mengenalku?" tanyanya dengan percaya diri. 

Anisa yang tak memiliki niatan untuk berkenalan dengan pria aneh itu seketika terdiam memandangi bunga-bunga yang tengah bermekaran kala itu. Ia hanya bergumam dalam hati, bahwa tak sepenuhnya ia mengetahui latar belakang dari Mi Young. 

"Dari sekian banyak orang mengenalku, tapi hanya kau—"

"Saya mohon berhentilah berbicara omong kosong. Saya tidak peduli bagaimana pandangan orang terhadap anda, saya katakan bahwa saya tak mengenal anda dan saya sedang tidak membutuhkan bantuan anda," tukas Anisa geram. 

Sejenak ia terdiam memikirkan ucapannya yang seharusnya berterima kasih atas perhatian pria itu padanya, hanya saja akrab dengan orang asing di negeri yang kurang dalam komunikasi dengan orang asing adalah hal yang harus diwaspadai.  

"Maafkan ucapan saya," imbuh Anisa. 

"Aa ... Tidak! Seharusnya aku yang meminta maaf karna mengganggumu, seharusnya—" 

"Maaf aku harus pergi." 

Anisa segera pergi setelah melihat kedua orang tua angkatnya. Tanpa basa-basi ia menghampiri keduanya, bukan karna ia takut kepada Dae Hwan. Anisa hanya khawatir terhadap hal yang tidak dapat ia ekspresikan. 

"Kau berada di taman dari tadi?" tanya eomonim. 

"Ne eomonim.

Tatapan eomonim bergulir menatap pria jangkung yang tersenyum melambaikan tangannya dan kembali menatap Anisa yang terdiam. 

"Kau sudah berkenalan dengan Dae Hwan?"

"D-Dae Hwan? Siapa eomonim?" Bukannya menjawab Anisa malah balik bertanya, karna berkenalan saja ia sangat menolak. 

"Itu yang dari tadi sama kamu dan sekarang dia melambaikan tangan ke eomonim." 

Alis Anisa berkerut, "Memang dia siapa eomonim?" 

"Masa kamu gak tau? Itu kakaknya Mi Young." 

"Hah?! Jadi selama ini, Dae Hwan itu ... kenapa tadi gak to the point aja," gumam Anisa dengan senyum tipis seakan tak percaya. 


*****


// To be continue ...

Then Again Loving ✔ [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang