2.0-- ME AND MY LIFE

46 5 0
                                    

"Ibu, aku berangkat!" Ujarku seraya memakai jaket dan mempertahankan roti di mulutku agar tidak terjatuh.

Aku menutup pintu dari luar, membenahi sepatu bootsku, dan beranjak pergi meninggalkan halaman rumput hijau yang penuh dengan salju.

•°•°•

Aku melangkah pelan di koridor. Tak ingin membuat orang tahu keberadaanku. Aku mempercepat langkahku menaiki tangga saat melihat jam, sebentar lagi bel berbunyi.

"Ras!" Seseorang memanggilku. Aku menoleh. "Oh, Sha!" Ujarku menjawab panggilannya. Sha berlari menysulku, aku menunggunya.
"Hosh!" Sha terengah-engah. "Hey, ini salju pertama. Dan kau sudah lelah saja" ucapku seraya berjalan kembali dengan normal.
"Huh, jangan salahkan aku! Salahkan saja Izzy! Dia membuatku terlambat tahu!" Tegas Sha padaku.
"Ya, ya. Kau benar, salahkan saja Izzy. Bukankah kau yang terlalu lama memanggang roti?" Tanyaku menggodanya. Ia hanya berdecih. Aku tertawa kecil.

"Pagi" ucap kami kompak saat memasuki kelas. Beberapa anak yang lain menjawabnya. Aku duduk di bangku, disusul Sha yang memosisikan tubuhnya duduk di sebelahku. Aku melepas syal dan jaketku, menaruhnya di kursi. Syukurlah kelas-kelas di sekolah ini dilengkapi dengan pendingin dan pemanas. Jadi saat musim dingin, hangat. Sedangkan saat musim panas, sejuk.

Seseorang menghampiri kami, rambutnya acak-acakan seperti belum disisir, dan basah. Sha refleks menyodorkan sisir yang selalu dibawanya. Orang itu hanya nyengir dan menerimanya, menyisir rambutnya. Setelah itu mengembalikannya dengan mengucap, "terimakasih" dan lalu duduk di bangkunya yang tepat berada di samping kami.

"Hey, tumben sendirian" ujarku memecah keheningan. "Huh? Rasha yang anti tanya ini basa-basi?" Dia malah menyindirku.
"Huh? Ryo yang kurang kata ini nyindir? Belajar dari mana tuh?" Aku menyindirnya balik. Merasa kalah, ia pun akhirnya menjawab peetanyaanku. "Okay, aku sendirian karena anak itu belum mandi. Bahkan belum bangun!" Katanya dengan sedikit keras, membuat anak-anak yang ada di kelas menengok ke arahnya. Ia hanya nyengir, menyuruh yang lain tidak melihatnya lagi.

"Tumben tuh, biasanya semangat. Kena virus apa kali geh" gumamku pelan. Aku tak menghiraukan lagi percakapan Ryo dan Sha, memutuskan untuk diam mendengarkan lagu menggunakan ear--

Tunggu dulu. Sepertinya ada sesuatu yang kulupakan sejak beberapa hari yang lalu. Sesuatu yang harus kubicarakan dengan sahabatku. Sesuatu yang membuatku bingung. Yang membuat tidurku tidak nyenyak. Namun aku menepis pikiran itu, malas berpikir membuatku enggan mengingatnya.

Ah, sudahlah.
Itu tak terlalu penting.

BRAK!!

Sontak kami semua menoleh ke arah pintu kelas yang dibanting keras. Seseorang membantingnya tanpa ampun sehingga terlihat bekasnya di dinding. Orang itu menghampiriku, mendekatkan mulutnya ke telingaku. Ia mengatakan,
"besok, pergi ke tanah lapang bersama ketujuh sahabatmu. Jangan ada yang lupa membawa benda itu!" Ia mengatakannya tepat di sebelah telingaku, membuatku bergidik ngeri.

•°•°•

10Q for reading

รєcяєт cαรє αdvєитυяє тнє รєяiєร | şćåřTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang