SATU: mengikhlaskan adalah bagian menerima

64 2 0
                                    

Saya terima nikahnya Andina yasa binti khairudin yasa dengan mas kawin tersebut tunai! Sahh!!. Kata terakhir yang membuatku untuk pergi dari tempat itu sekarang, dengan hati yang tersayat, air mata yang jatuh tanpa halangan dan saat itu kuberfikir dia sudah menikah dan aku harus melupakannya.

"Binaaa?? Sabinaaa?" Panggil seseorang yang membuatku langkahku terhenti dan berbalik arah yang langsung mengusap air mataku, dia Ayu.

"Are you okay?" Tanyanya yang aku yakin dia tau bagaimana perasaanku sekarang, ku tak membalas pertanyaan karena melihatku sekarang dia tau bagaimana aku sekarang, tanpa segan dia langsung memelukku dengan erat, air mataku tak tertahan.

"Maafin Bg Danu ya Bina, aku tau itu pilihan yang berat buat bg Danu dan aku tau pilihan bg Danu yang membuat kamu sedih, tapi aku yakin kamu pasti bahagia nanti walaupun tidak bersama bg Danu" Kata-katanya yang sejujurnya yang membuatku semakin sedih.

"Aku pulang dulu ya, Assalamualaikum" Ucapanku yang sangat terdengar kecewa, tanpa berkata lagi aku pergi meninggalkan Ayu dan tempat itu.

Aku, Tsabina. Wanita bahagia namun sebelum saat itu datang dimana waktu yang membuatku benar-benar menyedihkan. Tapi seperti itu nasi sudah menjadi bubur dan tak bisa diulang lagi, dia sudah menikah, dia sudah memilih wanita itu, dia, dia, dia yang sudah menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping. Dia adalah Muhammad Danu, yang dulunya kuanggap lelaki terakhir yang membuatku bahagia, namun itu sirna sudah dia lelaki yang membuatku kecewa, sangat kecewa. Tak ada yang bisa menggambarkan bagaimana hatiku sekarang.

Seminggu berlalu.
Hari ini kuberani kan diri untuk datang untuk menyelesaikan semuanya. Aku datang ketempat itu.
"Sabinaaa?" Panggilnya yang sungguh tak asing bagiku.
"Hai Ra?" Balasku dengan senyuman yang sudah mulai bisa terukir diwajahku.
"Akhirnya kamu datang, uda seminggu kamu ga ngantor, kamu sakit?" Tanyanya yang khawatir, yaa tak heran bila dia khawatir dia sahabat dekatku dikantor sudah seminggu aku tak datang dan tanpa kabar.
"Maaf ya Ra, aku buat kamu khawatir, aku baik-baik aja kok" Jawabku yang benar-benar meyakinkan dia bahwa aku baik-baik saja.
"Alhamdulillah, ohya? Bos pesan kalau kamu uda masuk kantor, kamu disuruh untuk temui dia diruangannya".
"Oke, aku juga mau temui bos, makasih yaa, aku kesana dulu".

Siap atau tidak aku harus bertemu dengannya, Danu. Danu bos dimana tempat aku bekerja. Hari ini tepat seminggu setelah kejadian itu berlalu. Aku harus segera menyelesaikan masalah ini. Perlahan ku mengetok pintu dan masuk keruangannya.

"Selamat pagi Pak" Sapaku yang belum berani menatapnya.

"Tsabina? Akhirnya kamu datang juga" Responnya yang membuatku kaget karena dia begitu bahagia melihatku hingga sampai bangkit dari duduknya dan mengahampiriku.

"Kamu kemana saja? Aku hubungi kamu, tapi ga bisa, kamu baik-baik aja?" Tanyanya beruntun dengan raut wajah khawatir.

"Maaf Pak, bohong kalau saya katakan bahwa saya baik-baik saja, tapi sekarang saya bakal baik-baik saja" Jawabku yang mencoba untuk air mata itu untuk jatuh lagi.

"Tsabina, aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf, aku sudah buat kamu seperti ini, tapi kamu tau semua terjadi begitu saja, aku tidak punya pilihan ... "
"Cukupp!!cukup!!" Sentakku
"Maaf pak, saya kesini cuma mau kasih surat resign saya" Tegasku.

"Tapi Bina? Masa kamu harus berhenti begitu saja, akukan .... ?".

"Saya mohon kepada bapak, saya permisi" Potongku yang langsung meninggalkan ruangannya, terdengar suara panggilannya terus meneruskan namun ku tak menghiraukan langkahku terus menyelusuri meninggalkan dengan meyakinkan hatiku bahwa yang aku lakukan adalah hal yang sangat benar.

TsabinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang