EMPAT: Apakah dia orang yang tepat?

16 0 0
                                    

Dari jauh sudah terlihat olehku pria jangkung dengan kemeja biru, celana panjang dan tak ketinggalan kacamata yang menghiasi wajahnya ditambah dengan senyuman itu ke arahku.

Dia ternyata benar datang dan berada di depan kantorku.

Perlahan-lahanku mendekatinya, memastikan bahwa yang aku lihat bukanlah ilusi tapi nyata adanya kalau pria itu adalah dia. Terpaku dan terdiam sesaat aku tepat berada didepannya

"Assalamualaikum?" Sapanya yang membuyarkan diamnya aku.

"Waalaikumsallam?"

"Maaf, kalau saya baru bisa menghubungi kamu dan bertemu dengan kamu" Kata-kata yang membuat jantungku berdebar, bohong kalau misalnya aku tidak menunggu peristiwa ini dimana dia untuk menghubungiku tapi akhinya dia menghubungiku.

"Iya, tidak apa-apa"

"Boleh saya antar kamu pulang?"

"Bo..boleh" Jawabku penuh gerogi.

Akupun diantarnya pulang.  Saat dijalan dia banyak cerita pengalamannya, akupun sedikit tau tentang dia dengan keluarganya. Dia orang yang ramah, lembut dan sederhana, tiga kata yang menggambarkan Khalid Ramadhansyah. Di hari-hari berikutnya, aku dengan Alid menjadi semakin dekat menjalin pertemanan.

Akhir minggu ini ibu menyuruh untuk pulang kerumah karena ada hal penting yang ingin dibicarakan tapi tidak bisa di bicarakan melalui via telepon. Akupun langsung pulang menemui ibuku. Sesaat ku sampai dirumah, ku melihat sebuah mobil mewah terparkir didepan rumahku, hati-hatiku bertanya siapa yang datang kerumahku menggunakan mobil mewah seperti ini.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsallam" Balasan salam yang tak hanya berasal dari ibuku, sesaatku didalam rumah kudapati tamu ibu seorang wanita yang belum pernah aku kenal dan langsung melemparkan senyumnya kearahku.

"Akhirnya kamu sampai juga, Ibu sudah menunggu kamu dari tadi Bina, ayo duduk dulu" Kata ibu yang semakin membuatku penasaran dan bingung kenapa ibu menyuruhku untuk segera pulang kerumah.

"Kenalkan, ini Ibu Santi, Ibunya Khalid" Ucapan Ibu yang sungguh membuatku kaget melihat wanita yang sekarang berada didepanku dan yang ternyata dia ibu kepada Khalid, pria yang beberapa minggu yang sudah aku kenal. Aku pun langsung memberi salam kepadanya, senyuman darinya pun tak kunjung henti karena ia terus tersenyum menatap kearahku, dengan perasaanku yang gugup.

"Alhamdulillah, akhirnya tante bisa ketemu dengan kamu Bina. Ternyata benar kata Alid kamu orangnya sungguh cantik" Kata-katanya yang membuatku jadi salah tingkah mendengarnya, apakah sungguh Alid berkata seperti itu kepada ibunya?

"Terima kasih tante"

"Ohya? Ada hal penting yang mau Ibu Santi sampaikan kepada kamu Bina?" Kata-kata ibu yang masih sangat teka-teki ditelingaku.

"Begini, niat tante datang kesini menemui ibu kamu, menemui kamu, tante ingin melamar kamu untuk menjadi istri sah Alid" Ucapannya yang benar-benar membuatku kaget dan tidak percaya dengan itu.

"Me..me..lamar sa..saya Tante?"

"Tante tau, ini mungkin terlalu cepat, tapi Alid sudah katankan kepada tante kalau dia sudah yakin ingin menikah dengan kamu Bina"

Ku terdiam sejenak meresapi kata-kata Ibunya Alid, secepat itukah Alid bisa yakin untuk menikah denganku, bahkan dia belum mengenalku lebih jauh lagi tapi dia sudah yakin seperti ini bahkan sampai sekarang aku belum mempunyai rasa apapun ke dia, tapi dia? Bahkan sudah yakin dengan perasaannya.

"Bagaimana Bina?" Sambungnya yang melenyapkan lamunanku.

"Begini tante, apakah boleh memberi saya waktu? Kasih saya waktu untuk memberi jawaban itu"

"Boleh, tante tidak akan memaksa kamu untuk memberi jawaban sekarang, pernikahan adalah hal yang benar-benar penting maka harus di pikirkan baik-baik"Respon baiknya yang membuatku lega.

"InsyaAllah, jika saya sudah mendapat jawabannya, saya akan memberitahu langsung kepada Alid tante"

"Iyah, Tante tunggu jawaban kamu ke Alid ya"

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Ibu Alid pun pamit untuk pulang.

***

Dimalam hari, ku duduk depan rumah dan mulai dengan lamunanku. Dalam lamunanku mengingat saat pertama kali bertemu dengan Alid, saat ku bertemu dengannya, saat aku mengbrol panjang dengannya. Aku akui Alid adalah pria yang berbeda dari yang lain, pria yang menurutku dengan tutur kata yang lembut terbukti selama aku mengobrol dengannya aku memperhatikan cara dia berbicara denganku ataupun orang lain, Alid juga orang yang peka terhadap sekitarnya, Alid juga orang yang sangat sederhana dan yang terpenting Alid adalah pria yang memiliki pemikiran yang luas, saat aku berbincang dengannya sungguh nyambung karena sesuatu hal yang sama-sama kami ketahui.

"Kamu memikirkan hal tadi siang Bina" Ibu yang tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunanku.

"Hmm, Iyah bu"
"Bina, Ibu tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengan orang yang kamu tidak inginkan, Ibu hanya ingin yang terbaik buat kamu, kamu anak satu-satunya Ibu, Cuma kamu yang Ibu punya, Ibu cuma mau kamu bahagia"

"Terima kasih Bu?" Tangisanku pecah dan langsung memeluk Ibu dengan erat-seeratnya.

"Bina, coba kamu sholat Istiqoroh sayang, InshaAllah kamu mendapat jawaban yang terbaik".

TsabinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang