Tepat besoknya, dihari minggu akupun pergi menemui pria yang dikatakan oleh ibuku via telefon kemarin. Sebenarnya perasaanku mengatakan untuk tidak pergi, tapi saatku mengingat raut wajah ibuku saat kejadianku dengan Danu membuatku sangat bersalah jika tidak pergi. Aku pun bersiap dengan mengenakan pakaian yang sangat biasa saja karena aku fikir ini hanya pertemuan biasa. Pada pukul 08.30 akupun berangkat karena tempat yang dikatakan ibuku itu cukup jauh dari tempatku.
Teng. Tepat pada jam 09.00 WIB aku sampai didepan kafe tersebut. Perasaan gugup menghinggapiku, bagaimana rupanya saja aku tidak tau, ibu hanya memberitahu kalau dia menggunakan kemeja biru. Dengan penuh keraguan ku melangkah memasuki kafe tersebut. Tatapan ku langsung terfokus seseorang pria duduk sendirian membelakangiku dan menggunakan kemeja biru karena hanya ada seorang pengunjung pada saat itu yaitu pria itu. Dengan perlahan-lahan ku mendekatinya.
"Assalamualaikum" Sapaku yang masih belum melihat wajahnya."Waalaikumsallam" Jawabnya yang langsung berdiri dan menghadapku. Tatapannya dan tatapanku bertemu pada saat itu, ku tertegun saat melihat pria tinggi dengan kacamata yang menghiasi matanya.
"Maaf, kamu yang bernama Khalid?" Kataku yang langsung memalingkan pandanganku melihatnya.
"Jadi kamu yang bernama Tsabina?".
"Iyah, Saya Tsabina, panggil saja Bina".
"Silahkan duduk" Ajakannya.
"Maaf kamu sudah menunggu lama?"
"Its okey, lagipula janjinya kan jam 9, dan ini pas jam 9, saya saja yang sengaja untuk datang duluan"
Muncullah perasaan canggung antara kami, setelah ini kami memesan makanan dan makan sejenak, jujur perasaanku tak karuan saat bersama dia. Jujur dia adalah seseorang yang enak diajak bicara bisa dikatakan nyambung dalam berbicara. Tak terasa sudah 2 jam kami dikafe tersebut.
"Mau saya antar kamu pulang?"Tawarannya yang mulai akrab denganku.
"Tidak usah, saya bisa pulang sendiri" Tolakanku yang merasa tidak enak bila diantar pulang olehnya.
"Baiklah, kamu hati-hati ya, saya akan hubungi kamu secepatnya?" Kata-katanya yang membuatku sedikit bingung.
"Ohya? Terima kasih sudah datang?" Katanya sesaatku ingin berdiri yang membuatku kembali duduk.
"Iyah, terima kasih juga" Jawabanku yang bingung melihat dia salah tingkah seperti itu.
"Oke, saya pulang dulu ya, Assalamualaikum".
"Waalaikumsallam.
"Tsabina?" panggilnya yang memberhentikan langkahku dan berbalik arah.
"Iyah?".
"haa..anu tidak apa-apa, kamu hati-hati ya?" kata-katanya yang membuatku bingung sendiri melihat tingkahnya seperti itu.
"I..iiyya kamu juga" Jawabku yang langsung berbalik arah meninggalkan dia dengan senyum-senyum sendiri melihat tingkahnya seperti itu.
Pertemuan yang cukup singkatku dengan Khalid yang cukup menyenangkan dikarenakan dia orang enak diajak bicara, saat kami mengbrol seperti sudah berteman cukup lama. Satu hal yang aku dapat saat pertemuan itu bahwa Khalid adalah seseorang yang mudah tersenyum dibuktikan saat bertemu dia sangat sering tersenyum.
Seminggu setelah pertemuan itu, Khalid tidak pernah menghubungiku. Walaupun aku tidak berharap untuk dihubungi oleh dia, aku hanya kepikiran saat sebelum aku pulang dari pertemuan itu dia mengatakan saya akan hubungi kamu secepatnya. Jujur sedikit tidaknya aku ada sesekali memikirkan Khalid yang membuatku benar-benar lupa oleh sosok Danu. Lamunanku dimulai saat pertemuan kami dihari minggu itu.
Tiba-tiba lamunanku pecah dengan suara handhphoneku yang berdering.Drrrrrttttt.ddrrtttttt (Panggilan masuk 08225646xxxx)
Aku : Hallo?
Khalid : Assamualaikum Bina? Deg. Langsung jantungku berdegub kencang saatku langsung menyadari suara dari panggilan tersebut.
Aku : Waalaikumsallam? Alid
Khalid : Alhamdulillah ternyata kamu ingat suara saya ya?
Khalid : Ini jam sudah kamu pulang kerja kan?
Aku : Iyah, ini sebentar lagi saya pulang dari kantor
Khalid : Saya tunggu kamu dibawah ya?
Aku : Haaa? Dibawah? Dibawah mana?
Khalid : Dibawah tepat didepan kantor kamu, saya tunggu kamu disini ya Assalamualaikum.
Aku Waalaikumsallam.
Aku yang kaget saat mendengar Khalid yang seminggu tidak ada menghubungi dan tiba-tiba dia sudah berada dibawah kantorku. Aku langsung bergegas membereskan barang-barangku dan bersiap untuk turun dari kantor dan melihat apakah benar dia telah menungguku didepan kantor aku.
Dan ternyata? ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabina
Ficción GeneralKetika Tsabina harus mengikhlaskan seseorang, menerima semua yang terjadi, tetapi Bina yakin semua yang terjadi adalah takdir yang telah ditentukan Allah untuknya, walau pasti menyakitkan bahkan sangat menyayat hati tetapi saat seperti ini hati Bin...