LIMA: Kejujuran adalah hal yang paling berharga

20 0 0
                                    

Dua Minggu kemudian.

Selama dua minggu tersebut ku memikirkan jawaban apa yang akan ku berikan kepada Alid, selama dua minggu juga aku tidak bertemu dengannya. Aku memintanya untuk tidak bertemu dulu sampai akhirnya ku menemukan jawaban itu untuk dia.

Hari ini aku mengajaknya bertemu untuk memberitahu jawaban atas lamaran dia dua minggu lalu. Aku mengajaknya saat jam makan siang untuk bertemu di café disekitaran tempat aku bekerja. Perasaan yang degdegan pasti muncul di hatiku, dibenaku hanya ada tentang persoalan lamaran itu. Saat bertemu dengannya, seperti biasa dia selalu datang duluan dari pada aku, Alid sudah menungguku didalam Café.

"Assalamualaikum" Sapaku.

"Waalaikumsallam, hai?"

"Hai, maaf saya lama"

"Tidak lama kok, saya juga baru datang"

Ku diam sejenak, ku bingung untuk memulainya dari mana.

"Alid, sa..saya ingin menjawab atas lamaran kamu' Kataku memulai perbincangan serius itu yang sungguh-sungguh membuatku gelisah.

"Maaf Bina, sebelum kamu menjawab atas lamaran saya, saya akan jujur suatu hal ini kepada kamu, hal yang memang harus saya beritahu kamu, hal yang mungkin saja bisa merubah keputusan kamu" Kata-katanya yang sungguh serius.

"Hal? Hal apa yang ingin kamu beritahu saya?"

"Saya sudah pernah menikah!" Katanya yang membuatku terdiam, tidak menyangka bahwa pria yang ada didepanku sekarang adalah pria yang sudah pernah menikah karena Alid, tante santi ataupun ibu tidak pernah memberitahu kalau Alid sudah pernah menikah.

"Apaa? Sudah pernah menikah?"

"Iyah saya sudah pernah menikah dan sudah bercerai"

"Saat masa saya kuliah, saya bertemu dan berkenalan dengan dia, kita beda fakultas, kita dekat selama kuliah, akhirnya kita sama-sama tamat kuliah, saya bekerja dan dia pun sudah bekerja, saat berniat untuk menikah dengannya, tapi pada saat itu mama saya tidak setuju atas pernikahan itu, mama selalu katakan bahwa dia bukan perempuan yang baik dan tepat untuk saya, tapi pada saat itu saya buta, saya buta akan cinta, saya tidak memperdulikan apapun kata mama tentang dia, karena mama tidak merestui hubungan kita, saya memutuskan untuk pergi meninggalkan mama dan menikah dengan dia, 3 bulan bersama saya melihat perubahan itu, dia bukan seperti wanita yang saya kenal, dia sering pergi dengan teman-temannya nongkrong tidak jelas, jarang dirumah, pada saat itu saya mencoba bersabar untuk mempertahankan rumah tangga itu, tapi sampai akhirnya dia meninggalkan saya dan pergi ke luar negeri dengan pria lain dan hanya meninggalkan sepucuk surat bahwa ingin berpisah dengan saya. Pada saat itu saya hancur, sakit, sedih semua penderitaan itu saya rasakan, saya sadar itu mungkin balasan untuk saya karena sudah membuat mama menangis, saya sangat berdosa pada mama saat itu, sampai akhirnya saya pulang dengan penuh rasa bersalah dan  yang saya paling tidak percaya, mama menerima saya setelah apa yang sudah lakukan kepada dia, dan mulai pada saat itu saya berjanji tidak akan pernah membuat mama menangis ataupun kecewa dan kenapa pada waktu itu saya mau berkenalan dengan kamu jujur awalnya semua karena mama, karena keinginan mama saya, tapi semakin saya kenal kamu, saya sadar dengan perasaan itu dan sadar kalau kamu perempuan yang beda"
"Bina, terserah kamu menilai saya bagaimana setelah kamu mendengar cerita saya, saya tidak akan pernah memaksa kamu dan saya akan terima apapun jawaban kamu"

***
Pertemuanku kemarin dengan Alid tidak membuahkan jawabanku, aku belum menjawab atas lamaran itu dikarenakan kejujuran Alid yang membuatku bimbang lagi atas jawaban yang akan kuberikan.

***
Sore hari, sesaat pulang kantor ku berjalan keluar kantor…

"Assalamualaikum Bina" Sapa seorang pria yang tak asing suaranya dan saat ku lihat dia?dia ada disini.

"Mas Danu?"

"Kamu apa kabar? Katanya santai dengan penuh senyuman kearahku tapi aku? Kaku, terdiam dan tidak menyangka dia muncul lagi dihadapanku.

"Kamu ngapain kesini? Dan dari mana kamu tau alamat kantor aku? Untuk apa kamu kesinii!' Jawabku yang sungguh ketus dengan tatapan tajam kearahnya.

"Bina, aku ingin ketemu sama kamu, aku kangen kamu"

"Mas Danu!! Kamu sudah menikah!!"

"I know Bina, but I am still loving you, aku ga bisa ngelupain kamu Bina"

"Enough!! Ga guna kamu kayak gitu?" Jawabku yang langsung berjalan meninggalkannya.

"Binaa..binaa" Dia yang tetap mengikuti, tapi pada saat itu anugerah itupun muncul untuk membantuku.

"Assalamualaikum" Sapa pria anugerah yang muncul disaat yang tepat, dia muncul tepat dihadapan kami.

"Waalaikumsallam, Alid? Kamu datang? "Kataku yang sungguh senang Alid muncul pada saat sekarang.

"Dia siapa?" pertanyaan yang sudah ada dibenakku yang akan dipertanyakan Danu.

"Saya Khalid' Ramah Alid yang menjabat tangan Danu, dan Danu membalas jabatan tangan itu.

"Dia calon suami aku!" Ntah apa yang ada difikiranku hingga keluar kata-kata itu dari bibirku.

"Calon suami? Ga mungkin Bina, kamu mau menikah?"

"Iyah, aku akan menikah dengan dia dan kamu! jangan pernah ganggu hidup aku lagi!!" Kata terakhirku dan kami pergi meninggalkan dia.

*bersambung...

TsabinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang