CreaWili Wecha-Cerpen 1k

71 4 19
                                    

💢💢💢💢

"Sahabat Kecil"

Hello guys, disini aku akan bercerita tentang sosok dia. Dia sahabat kecilku, orang spesial yang tak pernah bisa terganti.

Namanya Caroline Berthania. Dia cantik dengan kedua lesung yang makin mempercantik dirinya.

Kami berdua bersahabat dari kecil, tapi setelah masuk perguruan tinggi. Kami berpisah, dia melanjutkan studinya di Yogyakarta, sedangkan aku tetap di kota Bandung, kota kecilku.

"Halo, ini siapa?" tanyaku ketika menerima telpon dari nomor yang tak kukenal.

"Halo Kim, ini aku Ine," jawab sang penelpon. Ine kebetulan adalah nama panggilanku pada Caroline, sejak kami berumur 5 tahun.

"Ine, apa kabar?" Aku sangat antusias, menerima telpon darinya. Walaupun semenjak ia pergi ke Jogja, ia selalu menghubungiku. Tapi sejak dua bulan yang lalu ia hilang kabar, aku pernah menghubunginya tapi nomornya sudah tidak aktif lagi.

"Aku baik Kim, kamu sendiri bagaimana?"

"Aku juga baik, kamu kemana aja selama ini Ine. Kok tidak pernah menghubungiku lagi?"

"Ia maaf... maaf Kim, hanponeku rusak dan aku baru bisa menghubungi sekarang, belakangan ini juga aku sangat sibuk," jelas Ine.

"Oh pikirku kamu sudah tak ingat padaku," ucapku dengan nada dibuat sedih.

"Hahaha, kamu ada-ada saja Kim. Tak mungkin aku melupakanmu," balas Ine dengan tertawa, membuatku ikut tertawa. Lama kami mengobrol sampai akhirnya aku harus memutuskan sambungan karena ada teman kampusku yang datamg untuk mengerjakan tugas bersama.

Setelah hari itu, Ine dan aku masih bertukar kabar sampai suatu waktu Ine tiba-tiba menghilang lagi. Awalnya aku pikir Ine memang sibuk, atau HPnya rusak lagi. Tapi aku pernah berusaha menghubunginya, awalnya tersambung tapi setelah itu sambungan terputus begitu saja dan ketika kucoba untuk menghubungi lagi, nomor Ine tak aktif kemudian.

Aku khawatir tentu saja, tapi aku berusaha berpikir positif mungkin saja baterainya lowbat. Hingga karena khawatir dan penasaran, aku mencoba melihat akun sosial media milik Ine. Aku memang tipikal orang yang jarang menggunakan sosial media. Aku hanya membuka sesekali saja, aku mencoba mencari nama Ine pada ikon pencarianku, tapi yang kudapat adalah aku telah diblokir oleh Ine.

Saat itu aku kecewa, tapi rasa pensaran dan khawatirku lebih tinggi. Hingga aku mencoba membuat akun lain. Aku mencoba meminta pertemanan pada akun facebook serta instagram milik Ine, kebetulan saat itu akun instagram Ine diprivat.

Seminggu kemudia aku mendapat notifikasi bahwa Ine telah menerima permintaam pertemananku. Aku langsung saja melihat postingan-postingan milik Ine. Sampai tepatnya pada postingannya pada empat bulan lalu, Ine memposting sebuah status yang katanya "Tersenyum adalah salah satu cara menutupi rasa sakit."

Aku bertanya-tanya apa arti status tersebut, tapi aku mencoba berpikir positif. Mungkin saja ia mengambil quotes dari instagram.

Sudah hampir setahun, Ine benar-benar menghilang. Aku pernah mencoba mengunjungi rumah kedua orangtuanya di Bandung. Tapi kata salah satu asisten bahwa orangtua Ine sedang pergi ke Jogja.

Aku semakin gelisah, semakin penasaran dan khawatir dengan keadaan Ine. Aku mulai berpikir tentang Ine, sampai suara ketukan pintu mengagetkanku.

"Iya sebentar," pekiku dari dalam kamar.

"Ine!" seruku ketika melihat Ine adalah orang yang berdiri di depan pintu rumahku. Aku memeluknya dengan erat.

"Hehehe Kim, lepasin ah. Kekencengan atuh," terang Ine.

"Hhaahha sorry-sorry abis aku kangen tahu sama kamu. Ayo duduk dulu," ajakku kemudian.

"Kamu kok bisa disini, emang gak kuliah."

"Aku sedang libur, kebetulan liburnya lama jadi aku main kesini," ujar Ine. Aku hanya mengangguk sebagai respon menjawab.

Aku pamit sebentar, untuk mengambil minuman dikarenakan Ine yang tiba-tiba terbatuk.

"Ini minum," pintaku.

"Kim, ada yang ingin aku sampaikan," tutur Ine pelan.

"Ada apa?"

"Kim, aku minta maaf soal aku yang menghilang begitu saja. Aku saat itu benar-benar sibuk dengan kuliah sampai tak bisa menghubungimu," bisik Ine pelan.

Aku mengenggam tangan Ine, lalu tersenyum.

"Ine aku sama sekali tak masalah, jujur aku memang kecewa tapi rasa khawatirku mengalahkan semuanya." Ine menatapku sendu lalu membalas gengaman tanganku.

Seminggu kami menghabiskan waktu bersama di kota Bandung, Ine memintaku untuk menghabiskan waktu dengan mengelilingi tempat-tempat kebersamaan kami dulu. Kami berfoto, tertawa, dan melakukan semua hal yang pernah kami lakukan sewaktu kami bersama dulu.

Hari terakhir kami menghabiskan waktu hingga jam 11 malam. Malam itu, Ine mengantarku pulang menggunakan motor vespa kesayangannya. Motor yang biasa kita pakai sewaktu SMA dulu.

"Kim," panggil Ine padaku saat tiba didepan rumahku.

"Ada apa?"

"Nanti kalau aku membuat kesalahan jangan pernah coba untuk ninggalin aku. Jangan marah juga, kamu tahu kan aku gak bisa kalau kamu marah padaku. Jangan ceroboh, jangan suka lupa juga, rajin mandi juga oke," nasehat Ine saat itu. Setelah Ine pulang, aku masuk dengan keadaan gelisah. Entahlah aku seperti tidak rela ia pergi saat itu. Saat aku ingin tidur, aku mendapat telpon dari mama Ine, bahwa Ine masuk rumah sakit. Aku yang sudah khawatir langsung meminta ayah mengantarku ke rumah sakit.

Sesampainya di sana, kulihat Mama Ine sudah menangis dipelukan ayah Ine. Dokter keluar dan menyatakan bahwa Ine sudah kalah dalam melawan sakit yang ia derita.

Sakit!

Ine sakit! Tapi aku sebagai sahabatnya baru mengetahui saat ini.

Besoknya selesai pemakan, kedua orangtua Ine menyerahkan sebuah surat padaku, itu adalah surat yang Ine tulis dua hari lalu sebelum ia meninggal.

Untuk Kim,

Mungkin setelah kau membaca surat ini, aku sudah tiada. Maaf sebenarnya alasanku pergi bukan untuk melanjutkan kuliah tapi untuk berobat. Maaf jika aku jarang menghubungimu, bukan karena sibuk, bukan juga karena aku mendapat teman baru. Tapi karena aku sedang melawan sakitku, aku menderita kanker stadium tiga. Aku berusaha sembuh agar bisa pergi bersama denganmu mengelilingi dunia seperti impian kita. Ternyata aku kalah, aku tak kuat menderita sakit ini. Maaf aku mengecewakanmu, maaf aku tak bisa menepati janji kita lagi. Setelah ini berbahagialah, jalani harimu seperti biasa, dan kejarlah janji kita. Aku di sini akan terus bersamamu, bersama-sama mendukungmu dalam mengejar impian kita.
Aku mencintaimu.

Saat itu, yang kulakukan hanyalah menangis sambil memeluk erat surat dari Ine. Jujur saat Ine meninggal aku tak menangis, entahlah aku susah mengeluarkan air mata saat itu. Tapi tidak saat aku selesai membaca surat dari Ine.

Ine untuk dirimu, aku akan melanjutkan impian kita dan aku akan terus mengingatmu walaupun aku sudah mendapat sahabat baru. Tapi aku berjanji tak akan melupakanmu karena kamu akan terus tertinggal dihatiku.

💢💢💢💢

Oke, ini aku terinspirasi pas dengar lagu milik Betrand Peto-Sahabat Kecil. Sorry kalau gak nyambung, soalnya ini dua jama terakhir baru ide muncuk, maaf juga kalau ada typo 😥😥😢😢😢

CreaWiLi
MaaLjs
noviap26_
BETTAFOUR
Tiuplylyn
RGNyamm
NyaiLepetj
AudyaAprilia
Tangan_Kiri

Kupang, 30 september 2019.

Writer Imagination//CreaWili Weekly ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang