chapter 04: :(

1.5K 61 8
                                    

*Aileen pov

Aku bener bener gak habis pikir dengan tipuan Ace. Dia benar benar menipu ku. Dan aku... aku gak tau harus apa lagi.

"Kenapa kamu ngelakuin itu semua?" Tanya ku pada Ace yang sedang menyetir.

"Kenapa? Iseng doang kok" jawabnya santai.

Iseng?

"Iseng? Kamu sadar gak sih kalau tipuan kamu itu gak lucu?! Kamu pikir aku apa?! Tipuan kamu tuh gak ada lucunya sama sekali!" Teriak ku kesal.

"Tapi bagi gue itu lucu. Dengan mudah nya lu percaya sama gue. Cih." Jawab Ace.

Sakit.

Dia bener bener gak anggep aku.

Gak lucu Ace... gak lucu...

Dan aku gak boleh nangis sekarang, meskipun rasanya begitu menyakitkan.

"Berhenti disini" kata ku.

"Apa?" Tanya Ace.

"Berhenti disini! Aku mau turun!" Seru ku kesal.

Ia membawa mobilnya ke ujung jalan dan memberhentikannya.

Aku segera membuka seatbelt dan turun dari sana.

Sedangkan Ace ia kembali menjalankan mobilnya.

Lihat? Bahkan ia tidak sadar dengan kode kode dari ku yang begitu mudah di artikan.

Kenapa kamu gak pernah bisa peka Ace?

Aku selalu mencoba mengartikan segala perilaku mu selama ini. Tapi kenapa kamu gak bisa mengartikan perilaku ku? Kenapa kamu gak bisa mengartikan segala kode murahan ku?

Satu satunya hal yang bisa kulakukan adalah menelepon Harvey.

Ya. Karena satu, aku butuh tumpangan dan dua, aku butuh sahabat. Sahabat terbaik yang kumiliki yang bisa ku andalkan. Aku butuh sahabat yang bisa mendengarkan ku sekarang.

"Halo?" Suara Harvey terdengar diujung sana.

"Hei, lu lagi sama Darla ya?" Tanya ku.

Tentu saja aku harus bertanya dulu. Aku tidak mau mengganggu mereka lagi.

"Gak kok. Tadi dia udah ijin pulang duluan. Kenapa?" Tanya nya.

"Gue lagi di jalan Puri Ciantung bisa jemput gue?" Tanya gue.

"Loh? Lu gak sama Ace?" Tanyanya.

"Gak, udah cepetan jemput gue. Nanti gue jelasin" kata gue.

Ia tidak menjawab. Yang gue tau pasti, dia pasti mengangguk. Udah kebiasaan.

Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Harvey pun datang dengan mobil kesayangannya, Bombim. Emang aneh, jadi gak usah ditanya ya.

"Ayo masuk" kata Harvey.

Aku pun masuk kedalam mobilnya.

"Kok bisa sendirian?" Tanya Harvey.

Aku pun menceritakan segalanya. Saat pertama kali menginap sampai sekarang.

Harvey hanya diam mendengarkan. Dia memang pendengar yang baik.

"Jadi? Udah puas ditipu?" Tanya Harvey saat aku selesai bercerita.

Aku hanya terdiam. Puas? Tentu saja puas, karena aku tidak mau itu terjadi lagi.

"Gue anggap jawabannya 'ya'. Kalau begitu kenapa lu gak marah? Kenapa gak minta putus?" Tanya Harvey.

"Karena ... gue mau kasih dia satu kesempatan lagi" kataku.

Silent CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang