Hijab dari voal berwarna abu-abu serasi dengan warna seragam yang kupakai kini melekat manis di kepalaku. Bros berbentuk angsa yang baru saja aku beli kemarin, kini tersemat indah di bahu kananku. Menjepit ujung hijab yang sebelah kanan. Penampilanku sudah sempurna. Aku membenarkan blazer warna abu-abu, yang merupakan seragam dalam pekerjaanku.
Bekerja sebagai resepsionis hotel berbintang tapi bernuansa islami memang harus sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. Aku sudah 2 tahun bekerja di Hotel GRAND ATMA SERKAN ini. Hotel milik salah satu pengusaha sukses di kota ini. Hotel yang memang syariah karena hanya memperbolehkan pasangan yang sudah menikah saja yang bisa menginap. Aku senang, bahkan betah di sini.
Aku menuju lobbi dan langsung melangkah masuk ke balik meja resepsionis. Rani dan Ari, partner kerjaku yang masuk shift pagi langsung menyapa.
"Assalamualaikum Jo, kamu jadwalnya sama Rere ya? Tapi tadi Rere ijin, ayahnya kecelakaan dan harus dibawa ke rumah sakit."
"Waalaikumsalam," kujawab salam Rani, "Innalilahi wa innailaihi rojiun. Terus sekarang ayahnya gimana?"
Ari yang baru saja memasukkan ponsel ke dalam saku bajunya kini menoleh ke arahku.
"Belum tahu, katanya masih kritis. Kita berdoa saja. Jadi sementara kamu sendiri ya? Harusnya sama Mbak Wina juga. Tapi beliau kan lagi cuti."
Aku menganggukkan kepala mendengar ucapan Ari. Rani menepuk bahuku "Semoga kamu nggak kerepotan ya sendiri?"
Aku tersenyum mendengar ucapan Rani. "Insyaallah."
*****
Karena ini malam minggu, otomatis tamu hotel 2 kali lipat dari hari biasa yang menginap di sini. jadi sejak pergantian shift tadi aku hanya sendiri. Ada Pak Amir selaku manajer Front office yang membantuku. Hanya beliau juga lebih banyak mengecek semuanya, jadi akulah yang memang harus menangani semua tamu baik itu yang chek in ataupun chek out.
Kakiku sudah sangat pegal sejak tadi, apalagi sebenarnya sudah waktunya jam istirahat. Hanya saja Pak Amir sejak tadi memintaku untuk tetap di sini. Kedatangan tamu silih berganti. Sebagai resepsionis tentu saja aku bertugas untuk menyapa dengan ramah para tamu, memberikan info tentang kamar yang tersedia, bahkan sampai semua fasilitas yang didapat.
"Selamat bermalam Ibu."
Aku baru saja memberikan kunci kamar kepada seorang tamu saat merasakan ada seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingku. Refleks aku menoleh.
"Pak Amir saya mau..."
Tapi ucapanku terhenti saat melihat siapa yang kini ada di sampingku. Sosok tinggi dengan balutan jas warna hitam, dasi warna abu-abu dan celana jahitan desainer membuat sosoknya langsung membuat aku menelan ludah.
Matanya menatapku tajam, bibirnya terkatup rapat. Alis tebalnya kini membingkai wajahnya yang makin membuat sosoknya terlihat sempurna. Rahangnya kuat, dan ada cambang di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU , MR. ICE
ChickLitAku tidak pernah bermimpi bertemu dengan pria yang dingin, berpendirian kuat, dan benar-benar lempeng jalannya. Tapi di sinilah aku berada. Jatuh cinta dengan pria yang dijodohkan denganku, pria yang sejak pertama datang sudah membuat beku semuanya...