Aku benar-benar membeku. Tidak bisa menjawab apapun. Toh karyawan kecil sepertiku pasti apapun itu salah. Mau membantah juga salah. Apalagi mengatakan kalau aku difitnah juga salah. Akhirnya aku hanya diam saja. Setelah bentakannya dan kalimat yang mengatakan aku ini tidak melindungi diriku sendiri dan jangan jadi cewek lemah.
"Kenapa diam?"
Pertanyaan itu kini lebih lembut intonasinya. Akhirnya aku menatap bos dari bosku ini. Orang yang memegang kendali penuh di sini."Nanti saya jawab juga salah, Pak."
Akhirnya aku memberanikan diri mengatakan itu. Pak Atma tampak menyipitkan matanya. Lalu posisi tubuhnya kini condong ke depan.Ditatap seperti itu dan dia hanya diam saja tentu aku langsung menundukkan kepala lagi.
"Ini sudah pukul 12 malam. Shift kamu udah selesai kan?"
Akhirnya kuanggukan kepala lalu menatap Pak Atma yang berdiri.
"Aku antar kamu."
"Eh tapi Pak.... ehmm saya bisa pulang sendiri kok."
Tentu saja aku sudah tidak mau diomeli lagi olehnya. Lha kenapa ini malah mau nganterin aku pulang segala?
Pak Atma tidak menjawab, dia malah kini melangkah keluar, otomatis aku segera beranjak berdiri dan menyusulnya.
"Beneran Pak saya bisa pulang sendiri."
Aku masih mengatakan itu saat dia mengunci pintu, tapi dia tidak menjawab apapun dan melangkah menuju lift. Aku akhirnya mengekor di belakangnya.
Saat sudah masuk ke dalam lift-pun aku tidak berani mengatakan apapun. Aura yang ditimbulkan terlalu suram.
Ting
Lift terbuka dan aku masih saja mengekor. Kami ternyata turun di lobi. Pak Amir, Ari dan Tari yang bertugas di front office kini menatapku dengan mulut ternganga.
Pak Amir langsung menyapa Pak Atma yang melewatinya begitu saja. Bahkan saat melewati pintu keluar dari lobi ini dan si Arnan security yang tugas di depan pun mengangguk hormat, sedangkan alisnya terangkat melihatku mengekor di belakang Pak Atma.
"Pak.."
Akhirnya aku memberanikan diri memanggilnya. Dia menghentikan langkah dan menoleh ke arahku. Udara malam ini begitu dingin.
"Ini ke kos saya jalan?"
Aduh, setelah mengatakan itu tentu saja aku menunduk lagi. Takut kena bentakan lagi.
"Kamu ingin naik mobil?"
Pertanyaan itu tentu saja membuatku refleks menggelengkan kepala dan mendongak menatapnya. Pak Atma sedang menyipitkan matanya. Lalu setelah itu dia bergegas berbalik dan meneruskan langkah, tapi kemudian berhenti.
"Kamu jalan duluan."
Perintahnya itu tentu saja membuat aku segera melangkah maju. Malu sebenarnya, berjalan di depan bos.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU , MR. ICE
ChickLitAku tidak pernah bermimpi bertemu dengan pria yang dingin, berpendirian kuat, dan benar-benar lempeng jalannya. Tapi di sinilah aku berada. Jatuh cinta dengan pria yang dijodohkan denganku, pria yang sejak pertama datang sudah membuat beku semuanya...