BAB 03 PERJODOHAN

18.4K 3.3K 212
                                    


"Assalamualaikum nduk."

"Waalaikumsalam Bu, njeh pripun [iya ada apa?}"

Aku menjawab telepon dari ibu setelah selesai shift pagi ini. Untung, dua hari ini aku mendapatkan shift pagi terus. Karena aku sepertinya sedang tidak enak badan. Ingin mendekam di kos dan tidur awal.

"Besok bisa pulang ndak?"

Ucapan ibu membuat langkahku terhenti. Aku baru saja keluar dari ruangan loker dan mengambil tasku saat mendengar pertanyaan itu.

"Besok? Dingapunten Bu, Jo masuk siang. Jadi nggak bisa pulang karena takut telat lagi kayak kemarin."

Aku memang tidak mau seperti kemarin, yang ngebut dari Wonosari ke sini.

"Wah, padahal Ibu sama Bapak itu ada hal penting yang mau dibicarakan. Ndak bisa beneran ini?"

"Maaf Bu, Jo ndak bisa. Ini juga badan kok rasanya lemes. Kecapekan mungkin ya Bu."

"Oalah ya udah. Nanti Ibu bicara sama bapak kamu coba ya. Kamu istirahat dulu ya."

Aku langsung menjawab dan meminta maaf sekali lagi. Kumasukkan ponsel ke dalam tas selempangku lalu melangkah keluar dari hotel melalui pintu samping yang diperuntukkan untuk karyawan.

Semua orang pasti bingung dengan namaku, Jovanka lovata. Itu bukan nama sok kebarat-baratan seperti yang dikira semua orang. Bapakku sangat kreatif memberi nama anak-anaknya. Beliau selalu mencari nama yang sesuai. Namaku memang diambil dari kamus, bapak itu seorang guru Bahasa Inggris. Kadang ada yang sinis bilang 'halah muka nggak kayak orang londo aja namanya sok kebarat-baratan.' Banyak yang bilang begitu, tapi aku cuek saja. Nama itu adalah doa. Dan aku percaya bapak mencarikan mana terbaik untukku.

Langkahku terhenti tiba-tiba saat sosok pria tinggi meghalangi jalanku. Aku yang sejak tadi berjalan menunduk jadi mendongakkan kepala. Ini sudah sampai di depan jalan raya, tinggal berbelok dan masuk ke gapura dan sedikit lagi sudah sampai di kos ku.

"Pak Atma?"

Sosok itu kini malah memamerkan senyum manisnya dan aku sadar kalau ini Mas Serkan. Tapi kali ini penampilannya persis Pak Atma. Dengan jas perelente yang memeluk tubuh tegapnya. Yang membedakan mereka itu ya senyum yang selalu ada di wajah Mas Serkan.

"Kangen sama Atma?"

Aduh. Aku langsung menunduk mendengar godaan itu. Saudara kembarnya ini memang berbeda dengan Pak Atma.

"Heheheh sorry. Jangan malu gitu dong. Owh iya, ini aku dapat tugas negara nih. Dari si GM yang terhormat. Minta nganterin kamu pulang sampai kos, terus suruh nganterin pulang ke Wonosari."

Eh..

Tentu saja aku langsung mendongak, tidak tahu apa yang harus aku katakan. Maksudnya apa?

Tapi belum sempat aku bertanya seorang wanita yang keluar dari hotel dan langsung menghampiri kami membuat aku tersenyum sopan. Aku tahu itu istrinya Mas Serkan. Kemarin pas Mas Serkan bawa istrinya ke sini, semua dikenalkan. Wanita mungil yang manis.

"Udah beb?"
Mas Serkan menanyakan hal itu kepada istrinya lalu mendapatkan anggukan kepala. Lalu Mbak Jenny menoleh ke arahku dan tersenyum ramah.

"Jovanka kan? Ikut kami ya. Nanti aku jelasin di jalan deh. Yang penting kita antar dulu ke kos dan antar ke rumah kamu ya."

****

Aku duduk dengan kaku di jok belakang. Akhirnya aku memang benar-benar pulang ke Wonosari dengan diantar Mas Serkan dan Mbak Jenny. Mereka memang belum menjelaskan, tapi sekarang Mbak Jenny menoleh ke arahku.

I LOVE YOU , MR. ICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang