Lisa tengah berbaring di kamarnya sambil membaca buku saat ponsel di samping nakas berdering memecah konsentrasinya."Iya halo, Ci?"
"Mind to open the door, ma'am?"
Kening Lisa berkerut bingung. "Pintu apaan?"
"Ya pintu apartemen lo lah. Cepetan kebelet ini gue."
"Kirain pintu neraka."
Lisa terkekeh lalu berjalan keluar kamar hendak membuka pintu apartemennya.
"Just open this fuckin' door, Lalisa! Udah diujung ini ya gustiii!!"
Lisa sempat menjauhkan ponsel dari telinganya sebentar saat Rosé berseru dengan keras.
"Ini masih jalan astaga. Lagian lo kira apartemen gue wc umum apa."
Rosé diluar baru akan membalas namun bunyi pintu yang terbuka lebih dulu menghentikannya. Langsung saja gadis itu menerobos masuk dan masuk ke kamar mandi meninggalkan Lisa yang masih kaget dengan kecepatan Rosé.
Lisa kembali ke kamarnya lalu merapikan buku-bukunya, menyusunnya di rak samping tempat tidurnya. Dia melirik jam dinding, pukul dua puluh tiga lewat tiga menit. Tiba-tiba dia merasa lapar. Makan cemilan tengah malam tidak masalah baginya.
Saat akan membuka kulkas, matanya tertuju pada bungkusan di atas meja makan, bungkusan milik Rosé.
"Lis, gue nginep sini ya."
Lisa mengangguk pada Rosé yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sudah sering Rosé menginap di tempatnya. Bahkan Lisa memberitahu password apartemennya. Tapi memang dasar Rosé kalau panik jadi gampang lupa, seperti tadi.
"Itu apaan?"
"Martabak. Tadi habis beli sama Chanyeol. Terus tiba-tiba kebelet pengen poop, mumpung ada di daerah sini jadi suruh anterin kesini deh."
Benar saja Rosé menganggap apartemennya seperti wc umum. Tapi Lisa urung marah, setidaknya gadis itu kemari membawa sebungkus martabak pas sekali disaat dia sedang kelaparan.
Lisa mengurungkan niatnya membuka kulkas lalu berganti membuka bungkusan martabak dan memakan isinya dengan lahap. Peduli setan dengan lemak dan diet.
Sementara Rosé tak ikut makan, gadis itu malah menatap Lisa lekat. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan. Rosé tahu ini topik sensitif bagi Lisa, tapi mulutnya sudah gatal ingin mengatakannya.
"Lis?"
"Hm?"
Rosé mendadak tak ingin megatakannya tapi sudah terlanjur memanggil Lisa jadi teruskan saja.
"Um.. udah tau belum kalau," Rosé menjeda ucapannya guna melihat ekspresi Lisa. "Kak Taeyong already proposed to her last month." suara Rosé terdengar semakin mengecil di akhir kalimat.
Gadis itu memejamkan kedua matanya, tak berani menatap Lisa saat ini. Namun sahutan dari sahabatnya itu membuatnya segera membuka mata dan menatap Lisa bingung.
"Bagus dong." Lisa mengangguk-anggukan kepala lalu lanjut menyuapkan sepotong martabak ke mulutnya seolah perkataan Rosé baru saja tidak lebih penting dari makanan berminyak itu.
Bukan ini yang Rosé bayangkan. Tapi justru melegakan hatinya karena Lisa menanggapi berita ini sesantai itu. Setidaknya sahabatnya itu terlihat baik-baik saja saat ini. Semoga saja.
***
mantan guys
Blinkiesh
KAMU SEDANG MEMBACA
reset
Fanfiction❝ Trying to reset my heart but it just won't ❞ - Lalisa - Kesalahan masa lalu itu terlalu menyakitkan. Cukup menyakitkan hingga membuat hatinya mati rasa. Masih perlu waktu entah sampai kapan untuk Lisa bisa kembali lagi berurusan dengan yang naman...