Author POV
.
.Pipinya bahkan masih basah karena air mata. Matanya terpejam dengan rapat. Bibirnya masih bergetar sesekali terisak.
Di genggamannya terdapat bingkai foto tanpa kaca yang sebelumnya sudah ia hancurkan.
Seseorang datang lalu tertegun di pangkal anak tangga. Melihatnya yang terduduk dan kepala tertunduk didepan ambang pintu kamar kedua orang yang tengah ditangisinya.
"Tuan.." Panggilnya lirih seraya mendekat.
Bersimpuh disamping tuannya yang hampir pingsan kelelahan setelah menangis semalaman.
Dirangkulnya namja yang ia panggil Tuan kedalam pelukannya. Membiarkan ia menangis sambil meremas kemejanya.
"Kenapa, Yang-ssi? Eomma Appa.. Tidak.."
"Ssstt.. Sudah, Tuan. Sudah waktunya mereka berpulang"
Erangan pilu kembali terdengar, setelah semalaman tidak berhenti, bahkan meraung dan melempar segala barang yang bisa diraihnya.
"Tuan.." Bujuk Pelayan Yang
"Aku-aku masih seorang-hiks-hiks! Tuan muda. Panggil aku-aku begitu!" Pekiknya.
"Anda Tuan Besar sekarang, Tuan. Maafkan saya," sesal Pelayan Yang.
Setelah mengurus jenazah Tuan Besar dan Nyonya Besar-nya semalaman, Pelayan Yang meninggalkan Tuan muda-nya dirumah. Tanpa ia tahu, Tuan muda-nya yang sekarang menjadi Tuan besar secara otomatis, mengamuk.
Menurut cerita pelayan lain, Tuan muda-nya sempat mencoba lompat dari balkon kamarnya.
Di usia 16 tahun, ditinggalkan kedua orang tua dengan beban besar bukanlah perkara mudah. Terlebih lagi Tuan muda-nya belumlah cukup umur.
Pelayan Yang berusaha menggendong Tuan muda-nya. Sepertinya tertidur di pelukan pelayan pribadi setelah semalaman menangis, mengamuk, dan terpukul tentang berita kematian orangtua, bukan hal yang mengejutkan.
Dibaringkan Tuan mudanya di kasur yang telah dibersihkan dengan terburu. Bisa Pelayan Yang lihat di sudut kamar, sisa pecahan kaca dan beberapa koleksi buku kesayangan Tuan muda-nya.
Tirai korden yang masih tersangkut pada teralis jendela. Jendelanya sendiri sudah tak berkaca.
Lampu gantung di atap kamar condong, nyaris jatuh, menampakan beberapa kabel yang menjulur keluar.
Lemari dengan isi yang tidak berbentuk, meja belajar dengan sisa kaca yang membentuk sarang laba-laba karena sebuah hantaman.
Wallpaper dinding sebagian robek, memperlihatkan dinding putih dibelakangnya.
Pintu kaca balkon terkunci rapat, meski hanya separuh kaca yang tersisa.Pelayan Yang kembali menatap Tuan muda-nya yang terlelap tenang. Nafasnya yang teratur, matanya yang bengkak, pipinya yang basah. Pelayan Yang menyekanya.
"Cepatlah pulih, Tuan Besar Do Kyungsoo"
.
."Tuan!"
Namja yang dipanggil menoleh, mendapati Pelayan Yang yang tergesa menyusulnya.
"Hendak kemana?"
"Menemui seseorang" sahutnya datar.
Matanya masih bengkak, begitu juga tubuhnya yang belum begitu pulih dari demamnya seharian.
Malam semakin larut, dan Pelayan Yang tidak akan membiarkan Tuan-nya pergi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Life
FanfictionCast -Do Kyungsoo -Park Chanyeol -Oh Sehun -Byun Baekhyun Setelah semua terungkap dan terbalas, tidakkah mati terdengar mudah? ~Do Kyungsoo Aku tidak mungkin membunuh kekasihku sendiri~Park Chanyeol Sekian lama, kapan kau akan menyadarinya? ~Oh Se...