4

927 133 5
                                    

Author POV

.
.

Kyungsoo telah selesai dengan obat terakhirnya. Satu minggu mengonsumsi obat-obatan semacam itu membuatnya mudah mengantuk dan malas mengerjakan apapun.

Meskipun begitu, ia tetap ke kantor dan memaksakan diri keluar dari zona nyamannya untuk mengerjakan pekerjaannya.

Perusahaan Do menunjukan grafik yang bagus meskipun tidak sebaik sebelumnya.

Perusahaan Do saat di pegang oleh Tuan Do menjadi perusahaan nomor satu diantara perusahaan lainnya. Menjadi raksasa dari raksasa.

Di bawah tangan Do Kyungsoo, perusahaan Do hanya mampu mengimbangi perusahaan tetangga. Tidak melampaui tidak juga tertinggal.

Saat-saat seperti inilah Kyungsoo merasa tertekan. Ia ingin sekali mengembalikan posisisi perusahaan Do ke titik semula. Harus.

"Tuan, ini sudah tengah malam" ucap Yang-ssi dari sofa di ujung ruangan Kyungsoo.

"Hmm.. Sedikit lagi, 15 menit"

"Anda sudah mengatakan hal serupa setengah jam yang lalu" keluh Yang-ssi.

Kyungsoo melepas dokumen dari tangannya, lalu memijat pangkal hidungnya. Mendesah lelah lalu menenggelamkan wajahnya pada meja.

Pelayan Yang bangkit dari sofa, menghampiri Tuan-nya, melepas jas hitam kaku dari tubuh Kyungsoo, tersisa kaos putih lengan panjang.

Yang-ssi melipat jas Kyungsoo dan tangannya bergerak memijat baju serta tengkuk remaja didepannya yang kembali menenggelamkan wajahnya ada lipatan tangannya diatas meja kerja.

"Maukah Tuan, saya siapkan ruang kerja di rumah?" Tawar Yang-ssi.

"Aku tidak mau ruang kerja Appa, tidak juga untuk kamarku. Tidak akan ada satupun ruangan didalam rumah yang di buat ruang kerja"

"Maaf Tuan sebelumnya, tapi pulang selarut ini hanya akan membuat Tuan kelelahan di perjalanan pulang. Setidaknya bila ingin lembur, Tuan bisa langsung istirahat. Saya juga bisa lebih leluasa melayani anda di rumah"

Kyungsoo menghela nafasnya, menegakkan tubuhnya dan memutar kursinya demi menghadap Yang-ssi.

"Yang-ssi, aku tahu niatmu baik, aku tahu. Tapi aku tidak ingin teringat Appa hanya karena membawa pekerjaan ke rumah, aku rasa.. a-aku tidak- belum bisa"

Kyungsoo menunduk dipelukan Yang-ssi. Bertahan sekuat mungkin untuk tidak menangis. Bahunya bergetar hebat dan mulutnya terkatup rapat menahan isakan.

"Maafkan saya, Tuan"

Yang-ssi mengusap rambut Kyungsoo perlahan. Menepuk punggungnya yang masih bergetar. Setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri, ia melepas diri dari Pelayan Yang.

"Ah iya, pulang nanti bantu aku melepas perbannya. Lalu aku akan mulai membentuk otot perut, pastikan besok sore sudah ada alat-alat untuk itu di rumah"

"Hmm, sebenarnya Tuan, tidakkah anda menunggu satu minggu lagi saja? Sekedar memastikan bahu anda benar-benar pulih"

"Yang benar saja? Satu minggu lagi?" Kyungsoo merengek tanpa sadar. Pelayan Yang terkekeh kecil dan mulai berjalan membuka pintu ruangan Kyungsoo lalu berdiri diambang pintu menunggu Tuan-nya yang beringsut berdiri.

"Mari Tuan, Tuan Sehun sendiri yang menjeput kali ini"

Kyungsoo melewati Pelayan Yang yang masih sibuk menutup pintu, remaja itu memainkan ponselnya sepanjang lorong.

Ia tidak menyadari jika Pelayan Yang tidak ikut berjalan di belakangnya. Ia tersadar ketika memasuki lift, tidak ada yang memencet tombol untuknya.

[2] LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang