Waktu menunjukan pukul 7:20 pagi. Ia datang pada saat yang lain mulai memenuhi kantor penerbitan terbesar di kota **** itu.
Ia berjalan tenang dengan kotak di tangannya. Tidak ada yang tidak melihatnya merasa heran dan penasaran. Namun, ia berjalan dengan kepercayaan diri yang tak bercela dengan wajah datar tapi menarik. Membuat orang-orang disekitarnya tak ada apa-apanya sama sekali.
Elsa adalah salah satu karyawan teladan di kantor itu dalam satu setengah tahun bekerja ia telah di promosikan untuk posisi Redaktur pelaksana dan sekarang telah memiliki ruangannya sendiri selama 3 tahun terakhir.
Dengan gaji yang tinggi seharusnya ia sudah membeli mobil. Tapi ia belum memiliki kesempatan untuk memperoleh SIM sebab pekerjaannya yang terlalu banyak menuntut. Ia juga memikirkan untuk membeli apartemen.
Saat ini ia berjalan bukan keruangannya. Ia menuju bagian lain dari gedung penerbitan itu. Masih dengan kotak di tangannya ia melenggang masuk kedalam ruangan dengan banyak sekat yang di baru separuhnya di tempati.
Setiap pasang mata terpaku penasaran melihat kedatangannya, tapi tak menyapa. 1 tahun lalu ia pernah ketempat ini dan saat itu semua orang mengenalnya dengan baik. Dan Untuk sesaat ia menyesali telah menerima tugas ini.
Ia terus berjalan hingga mencapai ruangan tempat tujuannya. Ia bisa melihat seseorang dibaliknya sedang tenggelam perhatiannya depan layar komputer.
Ruangan itu berdinding kaca dan tembus pandang, hanya beberapa bagian yang di blur, semua orang bisa melihat apa yang terjadi didalam sana. Tak berbeda jauh dari ruangannya.
Ia berhenti sejenak dan mempertimbangkan untuk meletakkan kotak itu didepan pintu. Kemudian pergi. Namun, ia teringat harus menyampaikan pesan Maya. 'Selamat tinggal'. Yang benar saja. Ejeknya dalam hati.
Yah...mau bagaimana lagi. Takdir mempermainkan mereka dan saat ini ia yang berada diatas angin.
Ia mengetuk pintu kaca dan seseorang di baliknya itu mendongak terkejut melihat siapa yang datang. Ia tak beranjak dari duduknya. Terlalu terkejut mungkin. Elsa tidak mau terganggu dengan atmosfer didalam sana. Dengan mudah mendorong pegangan pintu lalu ia berjalan masuk dan menghampiri kearah Pria itu. Reno. Kemudian meletakkan kotak itu di depannya.
Setahun lalu ia berada disini dengan keadaan dan masalah yang berbeda.
Kali ini pun keadaan pria itu tidak banyak berubah. Reno. Masih seperti Reno yang dulu. Masih dengan gaya potongan rambut 'classy'-nya. Elsa terus saja memperhatikan mantan tunangannya atau calon mantan tunangannya itu. Sampai-sampai pria itu bergerak tak nyaman.Masih segar ingatan itu di benak Elsa dan itulah yang membuat hatinya membatu. Ia seharusnya berterimakasih kepada pria itu untuk 'semuanya' kalau saja ia tidak terlalu membencinya. Saat ini pun sama saja.
"Melisa" sebutnya.
Elsa bergeming. Ia tak lagi terpengaruh apapun. Ia berdiri bersedekap. Perasaannya yang dulu sudah mati dan hatinya menjadi keras. Ia menggeser kotak itu dengan malas, mendekatkan kearah pria itu. Agar Reno dapat meraihnya. Ia terlihat bingung sesaat dan kemudian pulih. Ia tahu bahwa barang-barang itu adalah pemberiannya untuk Maya. Ia kembali menatap Elsa. Pandangan mereka bertemu dan ia mendesah.
"Apa katanya?"
"Dia dapat yang baru dan kalian putus"
Jawaban itu jelas menohok perasaan lawan bicaranya. Dan ia menikmati pemandangan itu. Ia tau bahwa bukan hal itu yang seharusnya ia sampaikan. Tapi apa bedanya? Keadaannya akan tetap sama. Patah hati. Ia akan menyimpan yang terbaik diakhir.
Pria itu duduk tersandar dengan lemas. Ia mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tamat. Batin Elsa.Merasa cukup melihat pemandangan itu, tanpa permisi ia kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu keluar dengan langka mantap. Lalu sengaja berhenti diambang pintu dan berbalik menghadap pria itu. "Ah...dan katanya selamat tinggal".
Dengan itu ia meninggalkan Reno di belakang. Hancur.***
"Wanita kejam" batin Reno dan itu bukan untuk Maya. Melainkan Elsa. Mengingat semua sakit hati yang ia sebabkan pada wanita itu rasanya ia pantas mendapatkan semua penghinaan ini. Meninggalkan Calon tunangannya hanya karena rayuan dari sepupu kekasihnya sendiri. Sungguh perbuatan bejat. Tapi bagaimanapun ini sangat menyakitkan. Maya menghianatinya. Ia tak habis pikir. Siapa si brengsek itu?***
Semua persiapan telah beres. Kini saatnya penyambutan untuk pimpinan baru mereka. Yang diadakan dalam ruang rapat.Menurut desas desus yang didengarnya setelah masuk ruangan. Pria yang dimaksud masih sangat muda, 28 tahun dan ia adalah pewaris satu-satunya dan yang paling penting adalah ia tampan dan lajang. Pantas saja. Batin Elsa.
Dan pada akhirnya ia juga mengetahui bahwa Lisa lah salah satu penyebar rumor tersebut. Wanita itu benar-benar, ia tak habis pikir.Beberapa saat kemudian, pria yang menjadi perbincangan itu muncul bersama beberapa orang penting lainnya. Dan seketika ruangan itu penuh dengan bisikan-bisikan kagum dan pujian dari para wanita walaupun rendah tapi riuh. Mereka akhirnya tahu bahwa rumor itu benar dan sebagian dari mereka menjadi begitu bersemangat.
Pria ini tinggi dan ramping. memiliki kulit sawo matang. Ia mengenakan setelan jas mahal dari desainer luar(?). Rambut potongan 'papondour' belah samping, membuat tampilannya semakin 'Manly'. Saat ia tersenyum, adalah saat yang paling berbahaya bagi hati wanita. Seperti bisa menembus apa yang sedang kau pikirkan. Tatapan matanya saat menelusuri orang-orang didepannya sangat fokus dan memikat. Tak salah lagi. Ini adalah jenis pria yang 'berbahaya'. Batin Elsa. Ia sibuk menganalisis Atasannya itu. Dan hal itu makin mempertegas penilaiannya semalam tentang pria itu. Jenis 'Penghancur harapan wanita'.
Pria itu memperkenalkan diri sebagai Kenan Rafardan Marcus. Ia kemudian menjelaskan latar belakang pendidikan serta pengalaman kerja di luar negeri yang membuat mereka semua yang berada dalam ruangan menjadi takjub.
Tak lupa Elsa menambahkan dalam analisisnya. 'Suaranya sangat dalam dan itu meluluhkan'.
Jelas sudah bahwa Kenan adalah cucu dari alm. Pimpinan sebelumnya. Yang mereka semua mengenalnya dengan panggilan Tuan Marcus. Dan Elsa dekat dengan orang tua itu. Tentu saja hal itu kalau di bandingkan dengan kedekatan orang tua itu dengan karyawan lainnya. Yah, sesuatu di masa lalu mempertemukan mereka dan ia tak bisa menghindarinya.
Berita tentang Atasan baru mereka yang 'sempurna' telah menyebar sangat cepat. Sehingga ketika mereka mengawal kunjungan Kenan kesetiap bagian perusahaan penerbitan itu di warnai dengan suasana yang heboh dan penuh dengan pandangan takjub dan pujian yang berlebihan.
Para karyawati perusahaan itu benar-benar terpesona oleh visual dari Atasan mereka, yang ternyata diam-diam menimbulkan rasa iri terhadap masing-masing karyawan pria disana. Mereka menganggap bahwa para wanita selalu berlebihan. Yang justru di balas dengan lirikan menjatuhkan, hanya itu saja namun cukup membuat para pria itu menjadi tidak percaya diri atau bahkan tersinggung.
***
Waktu menunjukan pukul 11:41. Ia kembali keruangannya. Sedikit lagi istrahat makan siang. Tapi pekerjaannya masih menumpuk. Kalau begini ia terpaksa harus melewatkan makan siang disana saja.Tiba-tiba Lisa berjalan masuk. Ia terlihat benar-benar antusias.
"Si bos ngajak makan siang bareng. Ikut"
Elsa menatap layar komputernya sekilas.
"Alah..." sergah lisa. Sebelum sahabatnya itu sadar ia tengah menyeretnya keluar ruangan.
"Astaga! Ok..ok.. gue save dulu". Ia kembali kemejanya mengerjakan sesuatu disana lalu mematikan komputernya.***
Mereka makan siang di sebuah restoran lokal yang tak kalah mewahnya. Ia memperhatian hampir semua orang yang berpengaruh hadir disana. Setidaknya ada hampir 20 orang dengan Atasannya sendiri.Mereka tengah menyantap makanan yang tersaji. Lisa walaupun terlihat anggun dalam mengunyah tapi ia telah menghabiskan 2 piring makanan pendamping. Elsa sebaliknya, tidak tenang sebab memikirkan dirinya harus lembur malam ini. Pekerjaan yang seharusnya ia selesaikan saat ini justru menumpuk. Ia makan seadanya. Kemudian memandang kearah atasannya itu. Di ujung meja ia terlihat sangat pantas. Maya tak pernah melewatkan apapun yang bersinar. Ia lalu berganti memandang Reno. Tak ada harapan. Mata mereka bertemu. Mereka berpandangan sesaat sebelum akhirnya Reno menyerah dan tertunduk lesu. Tak akan baik jika Reno tau siapa sebenarnya saingannya saat ini. Itu akan makin membuatnya terpuruk. Elsa membatin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Mine
RomanceMe and mine Lihat! Apa yang telah kau lakukan padaku... By : Zaya Nara