Kennan harus menerima panggilan telfon, jadi membiarkan Maya berjalan terlebih dahulu.
Segera setelah selesai ia langsung memasuki ruangan, menyusul wanita itu. Ia tidak menyangka akan menemukan Elsa disana. Sedang duduk santai dan ia terlihat sangat berbeda dengan pakaian kasualnya, kaos oblong longgar krem serta celana coklat pendek selutut. Pandangan matanya terus menyusuri wanita itu. Ia tak menyangka bahwa pakaian sederhana itu membuatnya terlihat menarik.
Namun ia merasa suasananya tampak tegang dan saat pandangannya bertemu dengan Elsa. Ia terkejut sebab wanita itu langsung tersenyum kearahnya. Ia terlalu kaku untuk membalas senyuman itu. Sesuatu dalam dirinya seperti di bangunkan. Rasanya menyenangkan.
Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita itu walaupun kini Elsa tak lagi memandangnya. Ia tak akan tahu bahwa pria itu disana jika saja Elsa tak mengalihkan pandangnnya menatap kepada pria di seberangnya.
Disana duduk seorang pria. Pria yang berbicara dengan Elsa kemarin di perusahaan sebelum mereka pulang. Dia Reno. Seseorang memberitahukan tentang itu padanya. Raut wajah pria disana itu, sangat tegang. Ia berkali-kali berganti memandangnya dan Maya. Kennan merasa pria ini tidak menyukainya. Tapi tak perduli.
***
Semuanya terjadi begitu saja, saat ini mereka semua telah duduk. Suasananya sangat canggung. Elsa menyadari hal itu. Tapi tak berusaha melakukan apa-apa. Ia hanya perlu mencari saat yang tepat untuk keluar dari situasi ini.Sedangkan Maya di lihatnya wanita itu terus menerus gelisah. Reno terus memandanginya dengan wajah mengeras. Sudah bisa di pastikan pria itu marah. Marah besar.
Kennan. Pria itu tampak santai dan diam-diam memperhatikannya. Tatapan pria itu membuatnya risih dan juga tidak nyaman. Tatapannya seolah-olah dapat menembus dan membaca pikirannya. Juga Ia tak tampak terganggu dengan suasana di ruangan itu. Sebaliknya ia justru terlihat tak perduli.
Mboh kemudian masuk dan menjamu tamunya. Merasakan atmosfir tidak nyaman di ruangan, membuat wanita gemuk itu cepat-cepat beranjak keluar dari sana.
***
Di tempat lain-
Ibu Maya tengah menghadiri perkumpulan arisan keluarga besar almarhum suaminya yang bahkan tak mengharapkan kehadirannya. Ia merasa keluarga besar almarhum suaminya itu mengundangnya bergabung hanya untuk menunjukan sopan santun mereka saja.Juga untuk terus menerus diam-diam mengawasinya. Ibu Maya justru berpendapat bahwa yang harus mereka awasi bukanlah dirinya tapi keponakan mereka, Elsa. Anak itu semakin hari semakin kurang ajar saja.
Ia bahkan hanya memikirkan perlakuan dingin anak itu namun mampu membuat tensi darahnya tinggi dan lehernya menjadi kaku. Ia semakin sering menemui dokter pribadinya. Yang mana biayanya sangat mahal.
Ia telah berada di tempat itu selama 3 jam, bayangkan!. Dan mereka hanya melibatkannya dalam percakapan sebentar saja. Selebihnya ia merasa benar-benar asing dan diabaikan. Dan untuk itulah sepanjang hidupnya setelah menikahi ayah Maya ia terus menerus menyesal. Selain karena harta kekayaan suami dan status keluarga suaminya, ia mana mungkin mau bersedia menikahi pria itu. Mereka semua hanyalah kumpulan orang-orang sombong!
Jika mengingat masa lalu mereka, bukanlah salahnya jika almarhum suaminya itu justru lebih memilih ia dari pada perempuan yang telah di jodohkan untuknya. Ia selalu mengatakan bahwa Cintanya mengalahkan cinta wanita itu untuknya. Pikiran itu terus tertanam dalam benaknya sampai saat ini. Dan tak mau menerima pendapat bahwa orang lain justru memiliki pemikiran yang cenderung berbeda dari pemikirannya.
Mendapat pesan singkat dari anaknya membuatnya memberang marah dalam hati.
'Kurang ajar si Reno itu... Apa yang ia pikirkan sampai mendatangi Maya secara langsung?!'. Ia tak akan bisa tenang sampai ia pulang. Tapi sungguh tidak lah sopan jika ia harus pergi sebelum waktunya. Walaupun ia membenci keluarga itu. Tapi, tetap saja ia tetap harus bersikap baik terhadap mereka demi anaknya Maya.'Ia akan mencari cara'.
***
Maya sedang berusaha mencairkan suasana, dengan susah payah membuat bahan pembicaraan dan berusaha untuk tidak melibatkan Elsa disana, ia terlihat berhati-hati saat harus meminta pendapat Reno terhadap suatu hal.Itulah saat Elsa menerima panggilan telefon dari mas Gun suami Lisa. Tidak biasanya mas Gun menelfonnya.
"Tumben, Ada apa mas?"
"He... maaf telefon kamu tiba-tiba..Duh mas bingung! Lisa pingsan! Sekarang dirumah sakit!"
"Loh kok! Sekarang dimana mas?"
Pria itu menjelaskan posisinya dimana.
"Saya kesana mas"
"Hati-hati, maaf mas ngerepotin kamu"
"Nggak masalah"Ia memutuskan panggilan dan segera berdiri panik. Hal yang terpikirkan saat itu adalah merampas kunci mobil Maya atau memintanya secara halus. Ia sendiri tidak tau kenapa pemikiran itu muncul. Sangat bar-bar.
Namun, sebelum melakukan keduanya. Kennan telah berdiri dan menawarkan dirinya.
"Tidak bisa!, kamukan tamu saya!" Maya bangkit menentang gagasan itu.
Tanpa sadar sifat keras kepalanya muncul. Dan ia bahkan seperti tak menyadari hal itu.
Reno ikut berdiri, ingin mengatakan sesuatu tapi menahan diri.
Melihat hal itu Elsa tiba-tiba timbul rasa kasihannya. Inilah kesempatan bagi keduanya."Tolong pak" katanya kepada kennan.
Mereka pun bergegas keluar dan beberapa saat kemudian menghilang.***
Maya dengan rasa kesal yang luar biasa. Sampai bergetar karena marah.
"Br*ngs*k, perempuan muka dua!"
Reno terkejut melihat keadaan Maya saat itu. Ia tidak tahu bahwa wanita itu bisa menjadi sangat pemarah.
"Hentikan!" Bentaknya.
Mendengar hal itu Maya kemudian menyadari bahwa ia tidak sedang sendirian.
"Mau ngapain lu kesini!?"
"Jadi itu pria yang lu maksud?, huh?!"
"Nggak ada urusannya sama lu!, keluar sekarang juga!"
"May, sekali gue keluar dari rumah ini, mungkin itu adalah yang terakhir gue ketemu lu, jadi sebelum lu nyesal sebaiknya lu pikirin lagi keadaan kita sekarang!"
"Kita udah tamat Ren. Habis!"Mendengar jawaban itu membuat raut wajah pria itu tak terbaca namun sangat jelas bahwa ia sangat murka. Ia tak menyangka bahwa wanita ini benar-benar membuangnya.
"Baik!, semoga lu nyesal karena udah ambil keputusan ini!" Ia melangkah keluar dengan perasaan marah.
"Omong kosong! Nggak akan! Br*ngs*k!" Teriaknya. Bersamaan itu ia mendengar suara pintu tertutup dan kembali sunyi.Ia terduduk lemas. Air matanya jatuh membuat pandangannya kabur. Ia menangis histeris. Rasanya sangat menyakitkan sekaligus menyebalkan! Rencananya gagal! Dan ia terlalu keras kepala untuk bisa menerimanya dengan mudah!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Mine
RomanceMe and mine Lihat! Apa yang telah kau lakukan padaku... By : Zaya Nara