Sebelum masuk ia mengetuk pintu. Ketika masuk ia mendapati Atasannya tengah berbicara di telefon. Ia kemudian berdiri menunggu.
***
Menyadari Elsa telah datang. Ia pun memberikan isyarat duduk kepadanya. Ia masih harus menelfon. Diam-diam Ia memperhatikan ketika wanita itu berjalan dan duduk dengan anggunnya. Benarkah demikian?. Atau hanya perasaannya saja?. Ia juga melihat berkas yang di pegangnya sedikit lusuh. Tidak hanya itu ekspresi wajah wanita itu terlihat sendu dan semakin tak terbaca. Ia ingin tahu apa yang membuatnya demikian.***
Elsa tengah merapikan beberapa berkas itu. "Br*ngs*k" ia memaki dalam hati. Ia baru menyadari ternyata berkas yang di pegangnya itu lusuh. Dengan susah payah ia menyusun semuanya kembali seperti semula. Berharap Atasannya tak akan menyadari itu.Ia sangat tenggelam dengan apa yang di lakukannya sehingga tak menyadari bahwa Atasannya telah selesai menelfon dan kini pria itu malah memperhatikannya.
***
Wanita itu terlihat kesulitan disana. Tapi itu malah membuatnya melihat sisi lainnya. Ternyata ia juga bisa sangat ceroboh. Dan entah bagaimana itu terlihat menghibur di matanya. Seandainya saja tak ada hal lain yang harus ia lakukan setelah ini. Ia tentu tak akan keberatan jika harus melihat pemandangan itu sepanjang waktu. Dan Ia terkejut dengan pikirannya sendiri.***
Elsa tak menyadari bahwa Atasannya telah duduk di seberangnya.
"Semuanya oke?"
Pertanyaan itu membuatnya sedikit tersentak. Dengan cepat ia melihat kearah pria itu. Tengah duduk dengan santai.
'Sudah berapa lama ia disana?', batinnya.
"Udah bisa mulai?" Ia justru balik bertanya.
"Boleh" Jawab pria itu.
Mereka menghabiskan banyak waktu dalam pembicaraan itu.***
Saat makan siang bersama sahabatnya. Ia terus memikirkan pembicaraannya dengan Atasannya. Dia merasa seolah-olah pria itu terus menatapnya, ia bahkan memergokinya sendiri, tapi, anehnya pria itu tak berpaling dan justru semakin terang-terangan. Dan saat pembicaraan itu semakin mendekati akhirnya, Kennan malah terlihat seolah-olah mengulur waktu agar pembicaraan itu semakin lama saja.Rasanya benar-benar frustasi. Kalau saja bukan karena istrahat makan siang, mungkin saat ini pun ia masih bersamanya. Butuh usaha keras saat ia menolak tawaran makan siang bersamanya. Apa yang akan orang-orang katakan. Jika ia mengiyakan tawaran itu.
***
Kennan membereskan beberapa hal, sebelum makan siang. Kebodohannya untuk terus bersama wanita itu telah menyita banyak waktunya. Jika Elsa menerima tawaran makan siangnya maka ia nekat akan membatalkan janji temunya dengan beberapa orang penting. Ia merasa terlalu terpengaruh dengan suasana hatinya saat itu, hingga sanggup melupakan kesejahteraan perusahaan kakeknya.Dalam perjalanannya menuju tempat pertemuan, ia sedang melihat kembali beberapa dokumen penting. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ia meraih dan melihat layarnya. Alisnya bertaut. Bingung. 'Maya?, apa yang diinginkan wanita ini'. Ia tidak ingin mengangkatnya. Jadi ia mematikan ponselnya. Ia merasa terganggu.
***
Makan siang telah berakhir. Ia berpisah dengan Lisa di toilet. Ia memperhatikan penampilannya. Tampak bersih. Namun, sedikit polesan pelembab bibir akan membuatnya terlihat segar.Ia keluar dan harus melewati koridor kosong, 'kemana semua orang?'. Ia melihat jam, ternyata sudah waktunya kembali. Namun, langkahnya terhenti. Ia merasakan seseorang sedang memperhatikannya. Tepat di belakangnya. Ia mengumpulkan keberaniannya,untuk menengok ke belakang, ia tak menemukan apa-apa disana. Kecuali, tanaman hiasan di pojokan itu sedikit bergoyang, tak ada angin, 'apa itu normal?' Ia membatin.
Ia berusaha mengenyahkan pikiran negatifnya dan terus berjalan bertingkah seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tapi firasatnya semakin kuat dan jelas, ia memandang jalan keluar koridor itu seakan semakin jauh. Tidak!. Ini hanya perasaannya!.
Ditengah perdebatan dirinya, sesosok tangan kuat mencengkram bahunya. Ia tersentak kaget lantas berbalik menghadap sosok itu. Irwan!. Ia terlalu syok untuk bersuara. Matanya bergetar karena takut dan kaget. Sementara pria itu hanya tersenyum memandangnya. Mengerikan.
"Maaf. Kaget yah?"
Katanya kalem. Namun, terdengar seram di telingannya.
Elsa merasakan perasaan tidak nyaman di sekujur tubuhnya. Ia benar-benar harus menjauhi pria ini. Berbahaya.
"Lu ngapain disini?" Ia berusaha agar suaranya tak bergetar. Ia terus memegang tangannya yang gemetaran agar berhenti.
Pria itu tak berniat menjawab, ia hanya berdiri terus menatapnya. Mengukur lawan bicaranya. Hal itu membuatnya semakin ketakutan.
"Gue...gue harus kerja" Elsa berjalan dengan cepat dan setengah berlari. Meninggalkan pria itu berdiri terpaku.***
Ini diluar dugaannya. Melihat reaksi ketakutan wanita itu, membuatnya marah. Ia tak bermaksud menakutinya. Ia pikir jika melakukan hal itu maka Elsa akan menyukainya. Ia melihat semua kejadian pagi tadi saat Reno si b*j*ng*n itu menyeret Elsa dengan tiba-tiba.Ia sangat penasaran dengan apa yang mereka lakukan atau pun bicarakan. Dan ketika wanita itu meninggalkan Reno disana. Senyum sinis menggantung di bibir wanita itu. Ia tampak senang tapi juga sedih?. Ia ingin Elsa menganggapnya sebagai pria yang menarik.
Sepanjang tadi ia terus mencari kesempatan untuk bersama wanita itu. Tapi sampai istrahat makan siangpun ia harus menelan kekecewaannya. Ia terus membuntuti Elsa bersama sahabatnya. Hampir semua orang telah kembali bekerja.
Namun, kedua wanita itu justru ke toilet. Dengan hati-hati ia terus melihat akses itu dan semangatnya muncul ketika, ia melihat hanya Lisa yang keluar dari sana. Ia pun nekat memasuki koridor itu dan terus mengawasi pintu toilet.
Selanjutnya yang terjadi adalah usahanya gagal. Ia semakin membuat Elsa menjauhinya. Ia benar-benar frustasi. Dan justru semakin terobsesi menginginkan wanita itu. Walaupun dengan keadaan yang seperti itu, ia justru merasa bangga telah menyentuh wanita itu. Bahu wanita itu sangat kuat dan tegang. Dan Kepala pria itu terus di penuhi dengan pikiran yang tidak-tidak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Mine
RomansaMe and mine Lihat! Apa yang telah kau lakukan padaku... By : Zaya Nara