Masa Sekolah

237 69 56
                                    

Ini karya aku yang pertama ya wahai para penikmat halu 🍃 maafin kalo ada kesalahan dalam penulisan ✌✌
I hope my writing makes enjoyable reading

" Bodo Amat "
Adalah kata yang melekat pada diriku sejak aku SMP, itulah juga alasan mengapa aku tidak mempunyai banyak teman. Tapi bukan berarti aku punya banyak musuh.
Aku Nabila Nazwa ...
Wanita biasa yang tak luput dari salah
Wanita sederhana yang tak luput dari hinaan
Kata orang...
Aku ini cantik dan lugu
Tapi sebenarnya...
Aku tidak selugu yang terlihat dari luar...
Untuk orang-orang yang kusayangi,
Kalian lebih mengenal wanita dan orang seperti apakah aku ini.

🌸🌸🌸

Tidak ada sesuatu tentangku yang istimewa untuk di ceritakan saat duduk di kursi SMP. Tapi aku punya dua sahabat yang sangat istimewa saat duduk di kursi SMA. Nesa dan Vania. Mereka adalah dua sahabat sejatiku sampai sekarang. Mereka menemani ku walaupun aku sedang susah. Mereka juga yang bergantian menuliskan surat izin pabila aku tidak masuk sekolah dan tidak mengirim surat. Tanpa diminta, mereka sudah inisiatif sendiri. Vania adalah seorang muslim anak dari ketua yayasan salah satu universitas di Bandung. Dan Nesa adalah seorang Khonghucu anak dari guru di SMA kami. Kami bertiga menjadi sorotan laki-laki saat berjalan di lapangan. Kata orang kami sama-sama cantik, tapi banyak juga yang bilang Nesa lah yang paling cantik karena dia berkulit putih dan bermata sipit wajar saja karena Ibunya adalah orang China yang berpindah kebangsaan Indonesia sejak menikah dengan Ayahnya. Tapi kalau yang paling pintar sudah pasti ada di Vania, dia hampir sempurna juga jika menjadi model karena bentuk tubuhnya adalah impian semua gadis. Dan aku, kepintaran ku biasa-biasa saja. Tapi aku mempunyai wajah yang kata orang baby face, you know lah gimana baby face itu. Katanya bikin semua orang pengen nyubit sih.

***

Pada saat aku masih duduk di kursi SMA, aku mempunyai pacar bernama Irza, sebenarnya hanya untuk bercanda saja. Tapi ternyata, setelah dia selingkuh dengan dua wanita lain, aku mulai sakit hati dan sangat marah. Aku mulai menjadi sosok yang berbeda, aku yang dulu selalu punya pacar dan sering ganti pacar sekarang tidak lagi, aku yang dulu banyak bicara sekarang banyak diam. Bahkan aku mulai membenci dan tidak bicara dengan semua lelaki kecuali keluargaku. Aku menjadi seorang yang dingin.

" Bil, tadi si Rian nyariin lo. Katanya ada sesuatu yang mendesak " Jelas Vania

" Van, lo kan udah tau dia ngejar-ngejar gue terus. Gue nggak suka " Tegas ku

" Hahahaaa... Gue juga tau jawaban lo pasti gitu. Yaudah yuk kita ke kantin " ajak Vania

Di kantin

" Bil bil, hari ini gue jemput lo jam 7 yaa " Tawar Nesa

" Duhh Nes, lo tau kan, mana boleh temen kita yang satu ini keluar malem-malem " Vania mengejekku

" Udah deh lo berdua jangan kenceng ngomongnya, udah tau gue dilarang sama Ayah gue " Jawabku dengan kesal karena memang aku tidak diperbolehkan keluar malam.

Selama kelas XII, aku hanya satu kali sempat dekat dengan pria tampan bernama Iqbal. Dia lelaki yang baik, murah hati, dan pastinya pintar. Aku menyukai nya karena dia ramah.

" Bil, mau aku antar pulang nggak? " ajak Iqbal saat aku belum di jemput.

" Gimana yaa, aku sih mau aja, tapi aku nggak berani Bal, kamu kan tau Ayah ku pemarah "

" Ahh udah gakpapa, aku nanti bakal jelasin kok kalo Ayah kamu nanya "

" Duhh gimana ya.. "

" Udah nggak usah pikir panjang " Jawab Iqbal dengan senyum nya yang manis karena lesung pipinya membuat ku yakin.

" Yaudah deh iya "

Saat di perjalanan, aku merasa sangat gugup karena berboncengan dengan orang yang aku suka setelah lama tidak bisa menyukai yang lain. Sesampainya di depan rumah senang sekali rasanya karena sedang tidak ada orang. Lega sudah aku bernafas. Kedekatan ku dengan Iqbal tak bertahan lama ketika dia ingin berpacaran dengan ku.

" Bil, jujur... Sebenarnya aku udah lama suka sama kamu " kata Iqbal saat aku dan dia di perpustakaan sekolah.
Saat itu perasaan ku tak terkendali, aku hanya menunduk dan pura-pura tidak mendengar.

" Bil, kamu mau gak jadi pacar aku? "

" Apa? Jadi pacar kamu? Iqbal, aku udah bilang sama kamu kalo aku nggak bisa pacaran, aku dilarang orangtua ku, Bal " jawab ku dengan lantang sampai semua orang di dalam perpustakaan mendengar. Tentu saja aku merasakan suasana yang janggal dan lalu pergi ke kelas.

Di kelas, aku hanya bisa merebahkan wajahku di meja. Sambil meratapi mengapa orangtua ku sekarang sangat kekeh melarangku tidak keluar rumah apalagi untuk berpacaran. Aku ingin minta maaf pada Iqbal karena merasa bersalah. Ketika aku ingin ke kelasnya, ada banyak orang di lapangan, aku penasaran dan ingin melihat apa yang terjadi. Ternyata, orang-orang sedang melihat Iqbal menyatakan cinta pada seorang wanita. Aku terkejut dan berjalan mundur kembali ke kelas. Sambil berlari, tak terasa ternyata air mataku jatuh.

" Bil, udah jangan nangis lo. Ngapain lo nangisin dia. Dia itu jahat " Tegas Nesa

" Nes, Van... Gue nggak nyangka dia setega itu sama gue. Ya gue tau mungkin gue udah bikin dia malu karena nolak dia di depan orang-orang. Tapi kenapa dia harus nembak orang lain. Di depan gue pula. Gue nggak nyangka " Sahutku sambil terisak

" Gue sih yakin dia cuma mau ngebales lo Bil, udahlah ngapain lo nangisin cowok "

" Udahlah Bil lo sendiri aja lagi, kan udah biasa "

" Coba deh Bil lo liat mata Iqbal, teduh banget keliatan kalo dia bener-bener nggak ada rasa buat lo. Dia cuma suka kecantikan lo doang " Kata Vania

" Hahh? Emang lo bisa liat dari mata dia? Nggak mungkin lah dia nggak ada rasa, dia baik sama gue Van "

" Ya ampun Bil, lo kenapa sih jadi cewek polos amat. Coba lo cari tau, dia baiknya sama siapa aja. Dia baik nya cuma sama cewek yang cantik-cantik "

"Deg"
Seakan-akan waktu berhenti dan aku menyadari nya. Marah sekali rasanya sempat menyukai seorang pria seperti dia. Sejak itu, aku kembali seperti dulu lagi, cuek dan bodo amat dengan semua lelaki. Saat aku berulang tahun, sudah biasa terdapat 5 atau 7 kado di atas mejaku. Dan itu dari lelaki yang menyukai ku. Apabila isi kadonya terlalu mewah dan mahal, aku tidak ingin menerima dan langsung mengembalikannya.

Di hari kelulusan, merupakan hari yang sangat menyenangkan bagiku. Tidak ada kata perpisahan untuk Vania dan Nesa, karena kami masuk ke perguruan yang sama di Bandung. Di hari itu rasanya aku yang paling bahagia, karena aku akan mulai memasuki kehidupan yang baru. Di Bandung, kami bertiga tinggal di rumah milik Ibuku. Vania dan Nesa sempat tidak enak tapi aku berkata mereka sudah seperti saudaraku. Di kampus, aku merasakan perubahan yang besar. Sayangnya bukan berubah menjadi baik, malah berubah menjadi nakal dan tak teratur.

Imam Terbaik Ku (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang