CHAPTER 3 "Doctor"

38 6 2
                                    

"Tapi aku tidak pantas menjadi temanmu," tutur Sarang lugu setelah mereka berbincang cukup lama.

"Kenapa kau bicara seperti itu?"

"Aku orang biasa."

"Aku pun orang biasa....oh hahahaha kau masih menyangka bahwa aku anak presiden?" tanyanya mengejek.

Sarang mengangguk polos.

Anak itu lantas berdiri. Sarang sedikit terkejut, takut dia akan terjatuh.

"Kau mau kemana? turun?"

"Tidak. Sudah kau diam saja."

"Annyeonghaseyo namaku Ahn Jaehyun. Rumahku di Seoul. Aku kesini karena sedang berlibur ke rumah kakekku. Aku anak pemilik rumah sakit baru di daerah ini. Aku bukan anak presiden, aku anak biasa sepertimu. Yang hebat adalah orang tuaku. Saat ini aku hanya bisa bergantung kepada mereka. Aku belum bisa menjadi apa-apa. Dan asal kau tau, tidak ada namanya standar dalam pertemanan!" ujarnya panjang. Rupanya, anak itu hendak memperkenalkan diri kepada Sarang.

"Neoneun nae cheos chingu-ya. Ah, aniya, lebih tepatnya naui cheos yeoja chingu," lanjutnya. (Kamu teman pertamaku. Ah, tidak, lebih tepatnya teman perempuan pertamaku)

"Jadi, kamu anak pemilik rumah sakit tempat ibuku dirawat?" gadis itu terfokus pada kalimat ke-4 yang Jaehyun ucapkan.

"Ibumu dirawat disana?" tanyanya balik.

"Iya, kan hanya itu rumah sakit besar disini."

"Aku tidak mengerti mengapa dia selalu menutupinya dariku. Dia menderita sendirian," lirih Sarang kembali mengingat ibunya.

Entah ide darimana, Jaehyun mengajak Sarang untuk berdiri bersamanya. Mencoba untuk menghibur gadis itu.

"Coba kau lihat langit, lalu lihat dirimu. Kita ini masih terlalu kecil untuk putus asa seperti itu," ucapnya sembari menuntun Sarang dengan jari telunjuknya.

"Kalau kamu terus memiliki harapan, ibumu juga pasti akan sembuh," tambahnya kemudian.

"Sarang-ah bisakah kau lebih lama disini? Kau tidak perlu khawatir karena ayahmu sedang menjaga ibumu, kan?" ucap Jaehyun bersemangat seolah tebakannya benar.

"Ayah? Aku tidak memilikinya. Entah dimana dia berada, aku tidak tahu," jawab Sarang dengan entengnya.

"Maksudnya?" tanya Jaehyun tidak mengerti.

"Tapi aku penasaran akan suatu hal," sahut gadis itu tanpa berniat menjawab pertanyaan anak itu.

"Mwo?" (Apa?)

"Apa kau bisa mengetahui data dokter di rumah sakit milik orangtuamu?"

"Aku belum pernah mencobanya, tapi mungkin bisa."

"Boleh aku minta bantuanmu?"

Seolah mendapat sedikit titik cerah, tanpa menunggu lebih lama lagi, Sarang pergi mengajak Jaehyun ke rumah sakit.
"Aku akan melihat ibu sebentar, kau tunggu disini saja ya," titah gadis itu pada Jaehyun. Jaehyun menurut untuk menunggu di lobby.

Saat Sarang masuk ke dalam ruangan ibunya, beberapa dokter dan suster sedang berkumpul di dalam.

"Ada apa ini, dok?"

Sarang dibawa oleh salah seorang suster untuk keluar dari ruangan ibunya. Dengan nada lembut suster itu menjelaskan.

"Ibumu jatuh pingsan. Untung saja ada anak laki-laki yang menolongnya. Jadi, ibumu sudah aman sekarang."

Sarang menyesal sudah meninggalkan ibunya. Dia menggenggam erat tangan ibunya dan meminta maaf.

Diranjang tempat tidurnya Sarang dapat merasakan ibunya tengah berkeringat dingin. Sarang hendak membantu mencari handuk kecil namun tidak juga menemukannya.

Ordinary People (보통 사람들)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang