Hari ini ibu Sarang diperbolehkan untuk pulang. Namun entah kenapa, ada yang membuat perasaan gadis itu menjadi was-was seperti ini. Tidak mau berlarut dalam pikirannya, ia buru-buru mengalihkan fokusnya dengan merapihkan pakaian ibunya ke dalam sebuah tas berukuran sedang. Sementara itu, sang nenek tengah mengurusi administrasi. Ibu Sarang ikut membantu Sarang meski gadis itu sudah bersusah payah melarangnya.
Tak lama, datang seorang anak laki-laki dengan stelan jas yang elegan tengah menggenggam bouquet bunga yang berukuran lebih besar dari kepalanya itu.
"Annyeonghaseyo, ini untukmu Nyonya Oh," ucap Jaehyun sembari memberikan bouquet bunga tersebut kepada ibu Sarang.
"Terimakasih. Kau tidak perlu repot-repot."
"Aku tidak merasa direpotkan kok," anak itu menggeleng sambil tersenyum.
"Dasar anak presiden," cicit Sarang pelan, sayangnya masih bisa didengar oleh si lawan bicara.
"Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu!" tegur Jaehyun tak terima.
Ketika sang nenek kembali, ia meminta cucu satu-satunya itu untuk mengambil obat, Sarang menurutinya dengan wajah khawatir. Jaehyun pun mengekori langkah gadis itu.
"Kau kenapa?" tanya Jaehyun kebingungan.
"Kenapa aku merasa tidak tenang, ya? Padahal ibu sudah diperbolehkan untuk pulang, seharusnya aku merasa senang."
"Itu mungkin hanya perasaan khawatir, tenanglah, ibumu sudah jauh lebih baik," timpalnya sambil mengusap lembut rambut Sarang.
"Kalau aku pulang sementara Jinwoo datang kesini, bagaimana? Lalu, bagaimana dengan Doyoon temanmu itu?"
"Sudahlah, itu urusanku, yang penting kau senyum dulu sekarang!"
"Hah?"
"Mukamu kusut!" Jaehyun lantas menggelitik tubuh kecil Sarang dan sukses membuat gadis itu tertawa terpingkal-pingkal.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau memakai pakaian seformal ini?"
"Setelah aku menghantarmu mengambil obat, aku akan pergi ke pemakaman pamanku."
"Dekat sini?"
"Lumayan jauh dari sini. Tenanglah, aku akan kembali."
"Janji?"
"Janji."
Sarang kembali ke kamar rawat ibunya, kemudian Jaehyun pamit pada ibunya. Nyonya Oh meminta izin untuk memeluk anak itu. Dan dengan pelukan yang sangat erat wanita itu berkata,
"Teruslah mendampingi Sarang ya, temani dia."
"Pasti, bu. Tenang saja," jawabnya tanpa ragu.
Selepas Jaehyun pergi, Sarang hanya bisa melihat sosok itu yang semakin berjalan menjauh meninggalkan rumah sakit dari jendela kamar.
"Putri ibu sedang bersedih ya? Tidak bisa jauh-jauh dari pangerannya," ledek Nyonya Oh melihat raut sedih yang jelas nampak dari wajah putrinya.
"Apa sih eomma? Aku biasa saja kok," elak Sarang.
Ibu Sarang lantas tersenyum. Tapi, tak sampai sepersekian detik ekspresinya berubah seperti menahan rasa sakit. Nyonya Oh berusaha menutupinya dari Sarang, ia lantas memalingkan wajahnya.
"Sarang sayang, boleh ibu minta sesuatu? Kamu bawa barang ini dulu ke rumah, ibu kan pulangnya sore. Sekalian tolong belikan ibu eomuk, ibu sangat ingin memakannya."
"Oke, ibu mau apa lagi?"
"Sini!" ibu meminta Sarang untuk mendekat.
Nyonya Oh memeluk putrinya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary People (보통 사람들)
Fanfiction[UPDATE AKHIR PEKAN] Suatu saat nanti, ketika kisah itu pelan pelan menghampiri kembali. Jangan kau tolak. Jangan kau hindari. Jangan salahkan dirimu. Kau pantas berbahagia. Percayalah