"Sejak kapan berteman harus izin terlebih dulu?" tanya Jaehyun dengan dahi berkerut.
"Aku kan tidak setara dengan kalian."
"Aku sama denganmu, sama-sama menjaga seorang ibu," timpal Jinwoo.
"Aku juga!" sahut Jaehyun tak mau kalah.
"Mwo?" Jinwoo sedikit heran.
"Sama. Seumuran dengan kalian, pokoknya sama!"
"Apa kalian tidak keberatan? Aku ini mudah menangis dan merepotkan."
"Aku selalu penasaran akan sesuatu. Tenang saja kau tidak perlu khawatir akan hal itu," jawab Jaehyun.
"Banyak omong," komentar Jinwoo pada sahabatnya itu.
"Nah! Dia yang seharusnya kau waspadai. Tidak pernah punya ekspresi yang menyenangkan, menjawab pertanyaan saja selalu menyakitkan."
"Hahaha," tawa Sarang pun meledak pada akhirnya.
Jinwoo dan Jaehyun yang melihat Sarang tertawa dengan lepas cukup terpaku selama beberapa detik. Memirsa wajah manis gadis itu yang tidak pernah bosan untuk dipandang. Sejak itu, mereka bertiga menjadi sangat akrab bahkan sulit dipisahkan. Sarang jadi tak merasa sendiri lagi. Hari-harinya diisi dengan dua anak laki-laki itu. Nyonya Oh menjadi lebih tenang melihat anaknya lebih semangat dari sebelumnya.
Rona bahagia kini selalu terukir di wajah anak manis itu, bukan sekadar senyum palsu seperti dulu.
Sarang selalu dibantu Jaehyun dalam merawat dan menemani ibunya. Suatu ketika, saat Sarang, Jaehyun dan Jinwoo sedang bermain di taman, Sarang dipanggil oleh neneknya. Begitu kembali kehadapan dua anak laki-laki tersebut wajah Sarang mulai memerah dan perlahan air mata keluar dari kedua pelupuk matanya.
"Ada apa?" tanya Jaehyun khawatir.
Jinwoo pun berinisiatif memberikan beberapa helai tisu kepada Sarang.
"Ibuku besok di operasi."
"Tenanglah, ibuku sudah melewati banyak operasi. Dia akan baik-baik saja," tutur Jinwoo berusaha menenangkan.
"Iya, kamu harus kuat. Ini salah satu langkah untuk kesembuhan ibumu," tambah Jaehyun.
Sarang pun menghapus air matanya.
.
.Dengan langkah gontai ia pergi menuju kamar rawat ibunya. Sarang melihat tanda tidak boleh makan di depan ranjang ibunya, pertanda untuk orang yang akan di operasi. Bohong kalau ia tidak khawatir, sejujurnya ia sangat ingin menangis namun ia kembali mengingat kata-kata dua temannya itu.
"Nanti selesai operasi ibu mau makan apa? Akan kubelikan apapun untuk ibu."
"Sini nak," titah Nyonya Oh dengan nada suara yang lemah.
Ibu sarang memeluk Sarang erat. Disaat Sarang khawatir, ibunya lah yang pantas merasakan rasa takut.
"Ibu maunya makan kamu hehehe," kekeh Nyonya Oh seraya membetulkan posisi tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary People (보통 사람들)
Fanfiction[UPDATE AKHIR PEKAN] Suatu saat nanti, ketika kisah itu pelan pelan menghampiri kembali. Jangan kau tolak. Jangan kau hindari. Jangan salahkan dirimu. Kau pantas berbahagia. Percayalah