CHAPTER 6 "Seoul"

33 4 3
                                    

Sebagai pusat Korea Selatan, Seoul tentu mengalami banyak perubahan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Sejak beberapa tahun gadis itu meninggalkan kota ini, ia dibuat takjub akan kemajuan ibukota K-Pop tersebut. Tidak dapat dipungkiri kota ini adalah pusat politik, budaya, sosial dan ekonomi di Korea Selatan dan Asia Timur. Juga pusat bisnis, keuangan, perusahaan multinasional, dan organisasi global.

Sesampainya di rumah sang Bibi, lagi-lagi ia dibuat takjub akan kemegahan bangunan tingkat dua bergaya minimalis klasik dengan perpaduan warna putih, abu-abu, serta hitam. Sarang sampai melongo dan terdiam di depan pintu.

"Ayo masuk!" tarik Taehyun.

Hampir seluruh isi rumah itu bergaya klasik, dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan yang indah buatan sang bibi.

Sarang memberhentikan langkahnya tepat di depan salah satu lukisan. Taehyun yang sedang memegang tangan gadis itu pun akhirnya ikut menoleh dengan pandangan heran lalu tersenyum kemudian.

"Ikatanmu dengan ibumu pasti sangat kuat. Kau dapat dengan mudah mengenalinya," ucap sang Bibi.

"Ini lukisan ibu?"

Taehyun dan Nyonya Cha kompak mengangguk. Sarang menatap lukisan itu dalam. Matanya sudah mulai berkaca-kaca sampai akhirnya Taehyun menyadari perubahan wajah gadis itu. Sendu. Itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresi Sarang.

"Ayo hapus air matamu, kau itu kuat! Jangan sampai bibi Oh tau kalau kau masih mudah menangis," nasihat Taehyun berusaha menenangkan Sarang.

Taehyun membawa Sarang ke kamar yang akan Sarang tempati kedepannya.

"Ini kamarmu, bersebelahan dengan kamarku. Kalau kau ada apa-apa ke kamarku saja," kata Taehyun kemudian berlalu meninggalkan Sarang untuk beradaptasi di kamar barunya.

Sarang menempatkan barang-barang miliknya pada tempat yang di sediakan. Sarang tak banyak membawa barang. Tak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar.

"Sarang, ayo kita makan siang dulu!" suruh sang bibi kepada gadis itu.

Mereka bertiga pun makan siang bersama. Disini lauknya sangat lengkap dan beragam, gadis itu jadi tidak sabar untuk melahapnya.

"Bi, paman tidak libur di musim dingin?" tanya gadis itu membuka obrolan ringan.

"Iya. Dia ada perjalanan bisnis ke Bali, Indonesia."

Setelah itu, pembicaraan mereka terus berlanjut hingga tidak ada lagi makanan yang tersisa di piring masing-masing.

"Sudah waktunya kamu istirahat," ucap bibi kepada Sarang.

"Yahhh, tidak seru kalau langsung istirahat. Jalan-jalan dulu yuk?" sela Taehyun.

"Apa kau berniat ingin mati dalam keadaan membeku? Cuaca sedang dingin-dinginnya. Besok saja jalan-jalannya," nasihat sang bibi.

"Baik, bu."

Sarang dan Taehyun kembali ke kamarnya masing-masing. Tapi tak lama setelahnya Taehyun mengetuk pintu kamar Sarang.

"Kau sudah tidur?"

"Belum. Ada apa?"

Taehyun memasuki kamar Sarang dan duduk di kursi belajar Sarang.

"Besok aku dan teman-temanku akan pergi ke konser. Kau mau ikut?"

"Apa besok kau ada rencana lain?"

"Tidak, kan?" tanyanya lagi. Bahkan, belum sempat gadis itu menjawab.

"Emm,.. maaf ya aku tidak bisa ikut. Aku sangat ingin mengunjungi makam ibuku."

Ordinary People (보통 사람들)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang