BAB 3 (TERUSLAH TERSENYUM)

13 0 0
                                    

Dua hari kemudian, tepat setelah sholat subuh. Mereka menyusuri pantai bersama-sama, terlihat Dira yang asyik berlarian mengikuti pasang surutnya ombak. Ke empat laki-laki itu tengah duduk bersama-sama kecuali Dira. Ia sedang berlarian bermain dengan ombak di pinggir pantai.

"Subhanallah, cantik ya," puji Dion.

"Iya, Di. Cantik," lanjut Dimas.

"Laut emang selalu gitu kali, baru liat laut?" ejek David pada keduanya. Dayyan hanya tersenyum lebar di tempatnya.

"Sok tahu lu, Dim," ucap Dion pada Dimas.

"Apaan Di? Beneran cantik kok." ujar Dimas.

"Emang apaan?"

"Dira kan?" bisik Dimas.

"Udah-udah," sambil menutup mulut Dimas.

"Berarti lu Dav yang sok tahu," ujar Dimas.

"Gak masalah, kan yang aku maksud lautnya. Nah kalo beda ya gak masalah."

David maju ke depan tepat di tengah-tengah antara Dion dan Dimas duduk. Sementara Dayyan mulai berkeliling mengambil gambar.

"Di, lu masih sama?" tanya David, menyelidik.

"Iya, Dav. Masih dia. Apa gua harus berhenti?"

"Pengen jawabannya sekarang?"

"Iya, gua butuh secepatnya."

"Tunjukin, Dim!"

Dimas pun mengarahkan pandangan Dion ke arah Dira dan Dayyan. Dion hanya memandangi keduanya kemudian berlalu.

"Gua tahu, tapi gua lebih tahu mereka dari yang kalian lihat," kata Dion bersemangat.

"Baiklah, kalo gitu gak ada masalah. Waktunya kita senang-senang, guys. Kita ke sini gak untuk ngerenungin kesedihan tapi untuk merubah mood kita, sarapan yuk!" seru David.

***

Mereka pun kembali ke tujuan mereka untuk menikmati pantai, Dimas dan David menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Sementara Dion bergegas mengambil matras di Villa. Dimas mulai berbicara lagi pada David.

"Dav, apa iya Dion lebih tahu kedekatan Dayyan dan Dira dari yang kita lihat?"

"Entahlah, Dim."

"Ya gua heran aja, apa iya Dion gak bisa lihat tatapan Dayyan ke Dira?"

"Emang sekelihatan itu dalam penglihatanmu, Dim?"

"Iya, itu versi gua, Dav."

"Tapi bukannya gua yang paling dekat dengan Dira di antara kalian semua?"

"Kalo soal itu lu menang, Bro."

"Ya udah, gak usah mikir yang nggak-nggak. Lu kan tahu Dion ke Dira gimana."

"Iya, iya, lu pengen bilang kan kita gak boleh hancur karena cewek?"

"Nah, itu lu paham."

"Gua lapar, panggil mereka makan gih, Dav."

David pun memanggil ketiganya sarapan, akhirnya sarapan dengan personil lengkap. Suasana yang seakan tadi tak terjadi apapun. Setelah sarapan mereka bermain voli pantai, sesuai aturan mereka saat ngumpul adalah no gadget. Apapun boleh mereka lakukan selain bermain gadget.

"Yang lagi sakit harus makan yang banyak," ucap David sambil memberikan nasi pada Dira.

"Makasih, Dav." ucap Dira.

"Keren, Dav," bisik Dimas.

"Cuman ngasih nasi doang."

"Bukan itunya, elu menengahi mereka. Daripada Dira bingung mau ngambil nasi dari Dayyan atau Dion ya mending elu dah," jelas Dimas yang masih berbisik.

5DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang